Article written by: Riki Paramita
Pada hari Selasa (02.09.13) dan Rabu (03.09.13) yang lalu saya berkesempatan untuk hadir di even Project Management Institute (PMI) Indonesia Chapter yaitu The 3rd International Project Management Symposium & Exhibition (Symex) yang diadakan di The Hilton Bandung. Sebuah acara yang menjadi ‘kewajiban’ bagi setiap penyandang sertifikasi Project Management Professional (PMP®) untuk menambah Personal Development Unit (PDU), saling berbagi pengalaman di bidang manajemen proyek, dan mengembangkan networking. Ada banyak sekali pelajaran dan inspirasi yang bisa didapat dari para pembicara yang tampil: mulai dari akademisi seperti Prof. George Ofori dari NUS, sampai ke para praktisi seperti Amro Elakkad, Robert Gan, Helen Telford, dan Markus Walter. Akan tetapi saya tidak menyangka bahwa pelajaran mengenai manajemen proyek akan terus berlangsung setelah sesi Symex selesai, dimana saya bertemu dengan Desecrator, gitaris WARKVLT, sebuah band Black Metal dari Bandung, di Purnawarman Resto, The Hilton Bandung.
Pertemuan dengan Desecrator ini mempunyai arti tersendiri bagi saya karena kami sudah lama sekali tidak bertemu: pertemuan kali ini adalah pertemuan yang pertama dalam periode 6 tahun, dan banyak sekali hal yang terjadi dalam 6 tahun. Di dalam periode 6 tahun, Desecrator dan band-nya sudah menghasilkan 2 mini album, 4 single, 2 split album, dan 1 full length album, serta tampil menjadi salah satu pembuka untuk konser Marduk di Jakarta, band Swedia yang merupakan salah satu main act dan band paling berdarah-darah di dunia Black Metal. Sebuah pencapaian yang tidak main-main tentunya, karena dalam kesehariannya Desecrator juga bekerja sebagai konsultan Teknologi Informasi dan juga aktif dalam mendapatkan dan memperbaharui sertifikasi profesional di bidang ini. Sementara itu, saya dalam 6 tahun terakhir disibukkan oleh aktivitas yang intensif di proyek-proyek teknologi & manajemen sistem informasi baik untuk proyek berskala nasional maupun internasional, serta belakangan juga aktif sebagai penulis independen di beyondheavymetal.com. Dengan latar belakang ini, saya khawatir bahwa pertemuan kali ini akan menjadi awkward dan menjadi pertemuan yang kaku antara seorang musisi independen dengan penulis independen. Setelah kita bertemu, say hello, dan memulai percakapan, ternyata kekhawatiran saya tidak terjadi. Karena yang terjadi adalah seperti yang diharapkan: pertemuan antara 2 teman lama yang sudah lama tidak bertemu.

Impish-“Thy Wrath of Fire” (2011), rilisan pertama Impish sejak 1999.
“Saya percaya dengan progress, bahwa segala sesuatunya membutuhkan proses dalam perkembangannya dan tidak terjadi secara instan”, Desecrator menjelaskan kepada saya mengenai langkah-langkah yang ditempuh ketika membangkitkan kembali IMPISH, sampai menghasilkan full length album di awal 2013 ini. “Thy Wrath of Fire” (2011), sebuah EP yang direkam live di studio, adalah rilisan pertama Impish sejak 1999. Kemudian dilanjutkan dengan sebuah single “Gerbang Kehancuran” (2011), sebuah split album dengan Bvrtan yaitu “Pesta Rakyat Hitam Kegelapan” (2011) yang penuh parodi, yang kemudian dilanjutkan dengan sebuah EP lagi yaitu “The Myst” (2011). “Di sini kami (Impish) secara intensif berlatih untuk saling mengenal satu sama lain secara musikalitas”, Desecrator menjelaskan. Sepertinya memang begitu, periode yang sangat intensif yang dimulai dengan “Thy Wrath of Fire” dan diakhiri dengan “The Myst” adalah periode yang di dalam terminologi manajemen proyek disebut dengan periode inisiasi (project initiation) dimana pada periode ini aktivitas utama yang dilakukan adalah memulai secara intensif proses Progressive Elaboration untuk jenis musik yang akan dimainkan, yaitu pemilihan sound, tema, gimmick, sampai blueprint dalam bermusik. Catatan: Progressive Elaboration adalah terminologi di bidang keilmuan manajemen proyek mengenai proses yang berkelanjutan dalam mengidentifikasikan known factor dari kondisi yang pada awalnya didominasi oleh unknown factor. Secara matematis, known factor di awal sebuah proses bisa jadi 0%, dan kemudian menjadi 100% di akhir proses, dan unknown factor adalah bersifat sebaliknya.

Impish-“The Myst” (2011), sebuah EP yang menjadi stepping stone untuk rilisan full length album: “Warkvlt” di 2013.
Masing-masing achievement dalam periode awal Progressive Elaboration ini ditandai dengan dirilisnya EP, single atau split album. Hal ini adalah diperlukan, karena merupakan sebuah short term victory untuk rangkaian aktivitas yang dilakukan (short term victory, meminjam istilah dari John P. Kotter, sang maestro Leadership & Change Management). Dengan milestone yang ditandai dengan sebuah short term victory tentunya moral dan semangat tim akan menjadi lebih baik karena dapat melihat langsung progress dan hasil yang sudah dicapai. Akan tetapi baik “Thy Wrath of Fire” maupun “The Myst” masih belum begitu bagus dari segi sound dan produksi. Ada banyak points of improvements yang dapat dilakukan untuk rilisan selanjutnya.
Periode inisiasi ini juga termasuk aktivitas team member recruitment, dan team building (jangan bayangkan sebuah team building yang berwujud outbound dan sejenisnya, akan tetapi hal ini adalah lebih ke membangun karakter masing-masing individu dan pengertian akan karakter rekan-rekannya yang lain). Pada periode ini Impish mencari formasi yang tepat di dalam team member, sampai menemukan formasi yang solid dengan Abaddon pada vokal, duet gitaris Desecrator dan Helvete, Bathory pada bass, dan Blasphemy pada drum. “Sampai pada suatu titik dimana tim kami siap untuk sebuah full length album”, Desecrator menjelaskan. Kemudian dimulailah proses pembuatan full length album yang berjudul “Warkvlt” dengan proses yang dimulai pada Maret 2012 dan selesai pada Desember 2012. Album ini digarap dengan sangat serius dan pada akhirnya menghasilkan sebuah full length album yang cukup representatif dan didistribusikan oleh Blackwinds Production, sebuah label asal Singapura. Blackwinds Production mendistribusikan Impish-“Warkvlt” mulai dari negeri jiran (Singapura, Malaysia) sampai Brasil dan Hungaria. Walaupun diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas, album ini sold out. Sebuah milestone dan short term victory yang cukup signifikan. Akan tetapi, Desecrator dan kawan-kawan sebenarnya masih belum puas dengan hasil production album ini. Maka diputuskanlah untuk merilis ulang album ini dengan production yang lebih baik. Maka lahirlah Impish-“Warkvlt” versi lokal dengan 9 track plus 4 bonus track. Akan tetapi Progressive Elaboration untuk eksistensi band ini di domain Black Metal di tanah air tidak malah menjadi lebih mudah setelah dirilisnya album ini. From the past, comes the storm.

Impish-“Warkvlt” (2013), sebuah album yang sangat kvlt dan penuh kontroversi.
“Kami berlima akhirnya memutuskan untuk keluar dari Impish, dan membentuk band yang sama sekali baru”, Desecrator menjelaskan mengenai langkah yang diambil sebagai jawaban atas dispute untuk nama “Impish.” Di sini saya tidak akan membahas mengenai siapa yang lebih berhak atas nama Impish maupun siapa yang benar atau salah. Saya lebih tertarik untuk membahas strategi Desecrator dan kawan-kawan untuk mendefinisikan ulang band mereka sebagai sebuah langkah yang dapat dianalogikan dengan Change Management atau Business Process Re-engineering (BPR) berskala kecil. Di sini, Desecrator dan kawan-kawan melakukan re-invention terhadap diri mereka sendiri. Langkah awal adalah dengan memutuskan untuk memakai nama “Warkvlt” untuk memudahkan dalam hal transisi (“Warkvlt” yang sebelumnya merupakan nama album, dikonversi menjadi nama dari band yang baru ini). Langkah selanjutnya dalam periode transisi adalah mengkomunikasikan perubahan ini ke para stakeholders Black Metal di tanah air: media dan fans. Media video di youtube.com digunakan untuk mengkomunikasikan perubahan ini melalui video “Warkvlt: an Introduction to The New Artilerry.” Sebuah gigs perpisahan pun dilakukan dengan wujud partisipasi Impish di acara Jakarta Bawah Tanah pada 16 Juni 2013. Pada gigs ini, Impish mengumumkan langsung pembentukan band yang baru: “Warkvlt”, yang diikuti dengan perubahan yang signifikan dari format dan referensi musik mereka. Ketika perubahan sudah dikomunikasikan ke para stakeholders di domain Black Metal, Desecrator dan kawan-kawan pun bergerak cepat untuk menghasilkan rilisan selanjutnya: sebuah single. Akan tetapi sound untuk Warkvlt sebagai sebuah band harus didefinisikan terlebih dulu. Progressive Elaboration pun berlanjut.

Warkvlt-“In Nomine Odium” (Single, 2013)
“Saya dengan lebih intensif mengeksplorasi sound gitar, sementara Sigit (Abaddon) juga intensif mempelajari Marduk. Begitu juga dengan anggota band yang lain, seperti Riyan (Blasphemy) yang mempelajari Infernal War. Warkvlt harus menjadi resultan dari ide dan pemikiran original dari masing-masing anggotanya”, Desecrator menjelaskan mengenai persiapan Warkvlt untuk merilis sebuah single. Pendekatan ini mirip dengan pendekatan Focus Group Discussion di dalam keilmuan manajemen proyek dimana di dalam situasi kritikal tertentu, pemikiran kolektif dari masing-masing project team member seringkali menghasilkan resultan berupa keputusan yang lebih komprehensif ketimbang pemikiran satu individu saja. Hasil dari Focus Group Discussion versi Warkvlt adalah: single “In Nomine Odium”! Seperti yang pernah saya tulis pada resensi mengenai single ini, “In Nomine Odium” secara musikalitas adalah melebihi apa yang sudah mereka capai melalui Impish-“Warkvlt”. “Sepertinya hasil yang kami peroleh melalui pendekatan (kolektif) di Warkvlt menghasilkan hasil yang cukup baik. Melalui Warkvlt, kami juga merasa lebih nyaman dengan nama, dan tema-tema lagu kami yang cenderung ke War (Black) Metal” kata Desecrator.
Related post:
- Artikel resensi Impish-“Warkvlt” (2013) di beyondheavymetal.com
- Artikel resensi Warkvlt-“In Nomine Odium” (2013) di beyondheavymetal.com

Warkvlt – True Indonesian War Metal.
Kemana arah Warkvlt selanjutnya? “Full length album”, jawab Desecrator dengan tegas. “Full length album adalah sangat penting, karena dari sinilah hasil karya kami dikenal oleh orang-orang yang tidak sempat melihat kami live di panggung”, Desecrator menjelaskan. “Akan ada beberapa aspek Vader dan Malevolent Creation di rilisan full length kami”, sambung Desecrator, menjelaskan mengenai influence yang bersifat non Black Metal di format musik Warkvlt. Sampai seberapa besar Warkvlt menurut visi dari Desecrator dan kawan-kawan? Menjawab hal ini, Desecrator tertawa. “Saya tidak tahu, karena (kami) bermain musik adalah untuk bersenang-senang. Having fun. Akan tetapi mentang-mentang hanya having fun bukan berarti kami tidak serius dalam berkarya”, sambung Desecrator. Penjelasan dari Desecrator mengenai life cycle band-nya ini merupakan sebuah aplikasi nyata dari konsep Progressive Elaboration di bidang keilmuan manajemen proyek: sebagai sebuah perjalanan yang secara progresif mengidentifikasikan known factor dari sebuah perjalanan yang seringkali bersifat a journey into unknown. Warkvlt memang belumlah menjadi sebuah band besar di ranah Metal di tanah air, akan tetapi mereka mempunyai segala tools dan mindset yang dibutuhkan untuk mencapai hal tersebut, dan pembicaraan saya dengan Desecrator yang berdurasi hampir 3 jam adalah sebuah pelajaran yang sangat representatif mengenai Progressive Elaboration dan Change Management dari sosok yang sepertinya kurang relevan: seorang gitaris Black Metal!

Desecrator at work: kultur Metal adalah sebuah kombinasi yang ‘brutal’ antara kerja keras, persistensi, dan kerja cerdas.
Sekali lagi, saya ingin menggarisbawahi, bahwa ada banyak nilai-nilai positif dan cerita inspiratif yang dapat kita ambil apabila kita cukup berani untuk melihat sebuah lagu, album, band, atau kultur Heavy Metal (dan turunannya, dimana dalam hal ini adalah Black Metal) dari perspektif yang berbeda. Pelajaran tidak hanya akan dapat kita peroleh dari seorang profesor dari dunia akademis atau seorang konsultan manajemen profesional saja. Karena bisa jadi seorang gitaris Black Metal dengan corpse paint, asesoris paku dan ikat pinggang peluru ternyata lebih mengerti mengenai aplikasi Progressive Elaboration, Communication Management, Team Building, atau Change Management di lapangan.


teaser dari split cd Warkvlt – Sereignos
http://www.youtube.com/watch?v=WrJeKgK-yBk
Pingback: Inisiasi War Metal: WARKVLT | Jurnal Head Banger