AMESOEURS “Amesoeurs” (2008): Sebuah Nyanyian Kehidupan Urban di Kala Mendung dan Hujan

Amesoeurs LP Cover 2

Cover dari album Amesoeurs ‘self-titled’ yang dirilis di tahun 2008. Album ini merupakan satu-satunya album dari kuartet asal Perancis ini, yang merupakan salah satu masterpiece untuk sub-genre Post Black Metal/ Shoegaze Black Metal.

Amesoeurs Band

Reviewed by: Riki Paramita

AMESOEURS adalah band yang berasal dari Avignon (Perancis), yang memainkan musik yang merupakan sebuah persenyawaan antara Black Metal, Post Punk, Shoegaze, dan Pop. Tidaklah cukup satu definisi untuk menceritakan musik Amesoeurs, karena musik mereka memang seperti mempunyai beberapa kepribadian. Kadangkala mereka terdengar seperti Burzum atau Darkthrone dalam bentuk mixing dan produksi yang sangat bersih. Pada kesempatan lain, mereka bisa muncul seperti The Cure atau Avril Lavigne dengan vokalis female yang terdengar seperti Frente dalam bentuk yang lebih mature dan murung. Jadi, secara garis besar kita dapat mendefinisikan musik Amesoeurs ke dalam 2 kategori, yaitu kategori ‘dark’ (gelap, dengan influence Black Metal) dan ‘light’ (terang, soft, tanpa influence Metal dan bahkan tanpa distorsi). Dimana masing-masing kategori ini secara luar biasa merepresentasikan emosi yang akan mengaduk-aduk perasaan pendengarnya. Kadang bernuansa sedih, murung, depresif, bahkan marah. Dan pada kesempatan lain ada nuansa nostalgia, ceria, dan penuh harapan. Suasana yang dibawakan oleh Amesoeurs adalah persis seperti yang digambarkan oleh cover album mereka yang sangat artsy: sebuah potret kehidupan urban di kota besar berikut dengan segala hingar bingar, tekanan, dan juga kegembiraan yang datang silih berganti. Seperti cuaca yang cenderung mendung dan hujan: hujan gerimis dan lebat, dan kemudian berhenti, dan kemudian menampilkan cahaya matahari yang menyeruak dari balik awan. Ya, dunia Amesoeurs adalah dunia kehidupan urban di kala mendung dan hujan. Melankolis, murung, sekaligus indah.

Stephane Neige Paut

Stéphane “Neige” Paut – Vokal, Gitar, Bass. Foto: http://popmatters.com.

Amesoeurs adalah band yang beranggotakan personil Alcest, yaitu Stéphane “Neige” Paut (Vokal, Gitar, Bass) dan Jean “Winterhalter” Deflandre (Drum). Baik Neige maupun Winterhalter adalah 2 nama yang cukup dikenal di skena Black Metal Perancis. Sementara personil yang lain adalah Fursy Teyssier (Gitar, Bass) dan Audrey Sylvain (Vokal, Piano). Baik Fursy maupun Audrey juga cukup dikenal kiprahnya di skena Black Metal Perancis yang penuh dengan aspek eksperimen. Neige adalah musisi yang dikenal sebagai salah satu pionir yang memperkenalkan fusion antara Shoegaze/ Post Rock dengan Black Metal untuk pertama kalinya. Neige cukup berhasil dengan eksperimennya tersebut, dan band-nya yang lain, yaitu Alcest, adalah sangat dikenal dengan sound Shoegaze Metal-nya yang unik. Jadi Amesoeurs pada dasarnya terdiri dari musisi-musisi lawas untuk kategori Post Black Metal dari skena Perancis.

Amesoeurs self-titled album yang dirilis pada tahun 2008 adalah satu-satunya full length album dari kuartet Perancis ini. Sebuah album yang berstatus kvlt di kalangan pecinta Post Black Metal dan disebut-sebut sebagai salah satu yang terbaik. Sayang, umur band ini tidak panjang. Karena perbedaan visi untuk masa depan band ini, Neige dan kawan-kawan memutuskan untuk membubarkan diri pada tahun 2009. Berikut adalah interpretasi dari Beyondheavymetal.com terhadap Amesoeurs “self-titled”:

Fursy Teyssier

Fursy Teyssier – Gitar & Bass. Foto: http://metal-archives.com.

Gas in Veins05:10

Track pembuka dari Amesoeurs: sebuah instrumental berkepribadian ‘dark’ dengan influence Black Metal yang kental. Dibuka dengan intro seperti sayup-sayup gemuruh petir dari kejauhan, yang langsung disambut dengan bass dan clean guitar yang dramatis. Suasana menjadi atmospheric dengan masuknya distorsi gitar pada 01:52. Distorsi dalam dosis yang cukup, sehingga aura murung yang direpresentasikan oleh track ini tetap terkesan indah. Blast beats drumming pada 03:14 tidaklah membuat track ini menjadi berat, melainkan secara secara representatif menampilkan ketergesa-gesaan yang seringkali membuat kita buta terhadap keindahan dan blessings yang seringkali justru dekat dengan keseharian kita. Background sound yang seperti sebuah keramaian memberikan aura terasing dan depresif. Sungguh mengejutkan bahwa keterasingan dan suasana murung bisa ditampilkan dalam aransemen musik yang begitu indah.

Catatan: suasana ‘depresi’ dan ‘murung’ yang ditampilkan di sini adalah seperti awan mendung dengan kilauan sinar matahari dari baliknya. Depresi, murung sekaligus bernuansa penuh pengharapan. Jadi bukan depresif yang bersifat suicidal seperti kebanyakan Depressive Black Metal. Jadi sama sekali bukan sound sakit jiwa seperti halnya Silencer, Shining atau Xasthur. Jauh, bro! 😀

“Gas in Veins”, audio streaming:

Les ruches malades 04:17

Track favorit saya di album ini. Berkepribadian ‘light’ dengan petikan gitar yang clean ala Shoegaze, rhythm dengan sedikit distorsi, drum dengan ketukan satu dua, dan clean vocals dari Audrey Sylvain yang terdengar sangat eksotik dengan logat Perancis-nya. Vokal Audrey sekilas seperti Avril Lavigne French version dalam bentuk yang sedih (“Damn Cold Night”?). Terdengar seperti lost di tengah keseharian yang berjalan dengan cepat, lost in the crowd, jiwa yang kesepian dan terasing di tengah keramaian. Beat dari musik di track ini seperti mengingatkan kita untuk tetap menari dan menghargai hari-hari kita walaupun dalam suasana hati yang mendung.

“Les ruches malades”, audio streaming:

Audrey Sylvain

Audrey Sylvain – Vokal & Piano. Foto: http://label.todestrieb.co.uk.

Heurt06:01

Langit kembali mendung melalui “Heurt” yang sangat Black Metal: rhythm gitar yang high tune, bass yang ritmik (dan terkadang progresif), dan blast beats. Sekilas seperti The Abyss dalam bentuk yang clean dan atmospheric. Ada beberapa bagian akustik dan petikan gitar yang menjadi penyeimbang bagian-bagian dengan tempo cepat. Vokal masih dengan clean vocals dari Audrey Sylvain yang kali ini terdengar seperti putus asa dan desperate. Track ini adalah sebuah kombinasi yang aneh: musik dengan format Black Metal akan tetapi dengan clean female vocals, yang walaupun terdengar murung dan putus asa tetap bernuansa seksi dengan logat Perancis-nya yang kental.

Recueillement07:00

“Recueillement” adalah track berkepribadian ‘dark’, dengan tempo yang cenderung lambat dan rhythm gitar dengan distorsi yang ringan, petikan gitar yang dengan karakter Shoegaze, dan screaming vocals yang seperti sebuah sampel dari album “Aske” milik Burzum. Apakah ini Audrey Sylvain dalam format screaming vocals? Atau Neige? Clean vocals Audrey Sylvain kembali muncul di sepertiga akhir lagu, yang seperti berdialog dengan spoken words dari Stephane “Neige” Paut. Konflik dan suasana desperate yang dibangun sejak dari track sebelumnya (“Heurt”) seperti menemukan resolusinya di bagian akhir track ini. Cahaya matahari dari balik awan mendung menjadi semakin terang, menimbulkan sebuah pengharapan yang optimis.

Winterhalter

Jean “Winterhalter” Deflandre – Drum. Foto: http://metal-archives.com.

Faux semblants04:21

“Faux semblants” adalah seperti sebuah nyanyian di musim semi yang indah. Sebuah track dengan kepribadian ‘light’ yang sangat  easy listening dengan influence Shoegaze. Sekilas seperti nyanyian Frente dengan vokal yang sama-sama berkarakter innocent, akan tetapi karakter Audrey Sylvain adalah seperti innocent yang sudah ditempa dengan tekanan kehidupan. Ada kematangan dalam karakter. “Faux semblants” akan membawa pendengarnya seolah-olah menikmati indahnya hujan gerimis dengan cuaca sedikit mendung dari sebuah café yang cozy di tengah-tengah hutan beton yang angkuh. Sebuah momen kecil yang indah dari kehidupan urban. Feel the gratitude & seize the day!

I XIII V XIX XV V XXI XVIII XIX – IX XIX – IV V I IV01:41

Track instrumental yang berisikan permainan piano dari Audrey Sylvain. Aura ‘nostalgia’ dan ‘kehilangan’ secara indah direpresentasikan oleh dentingan piano melalui jari-jari Audrey.

“Faux semblants”, audio streaming: 

Trouble (Éveils infâmes)04:49

Track paling agresif dari Amesoeurs. Berkepribadian ‘dark’ dengan screaming vocals dari Neige dalam balutan Black Metal yang ter-influence Thrash Metal riffing. Riffing gitar yang seolah-oleh diambil dari demo band Bay Area di 80-an, dikombinasikan dengan vokal ala Dark Funeral. Memperlihatkan karakter dari Neige dan Winterhalter yang mempunyai akar Black Metal yang dalam.

Video Girl04:11

Sebuah track yang berkepribadian ‘light’ dan bernuansa love song, seperti yang biasa kita dengar dan lihat di radio maupun MTV. Sangat radio friendly. Vokal Audrey bertutur menceritakan dialog imajiner antara si gadis di dalam video dengan seorang penontonnya. Pernahkah anda merasa begitu mengenal seseorang yang sebenarnya tidak pernah benar-benar hadir di dalam kehidupan anda? Ah, ternyata teman imajiner bukan hanya berada di dunia anak-anak saja, melainkan juga singgah di dunia orang dewasa.

Amesoeurs Band 2

Amesoeurs: Neige, Fursy, Audrey, & Winterhalter. Foto: http://united-metal.ru.

La reine trayeuse05:32

Sebuah track yang berkepribadian ganda, pada pertengahan pertama adalah terdengar seperti sebuah balada Shoegaze yang tenang, dan tiba-tiba berubah ke dalam format Black Metal lengkap dengan drumming dan distorsi. Vokal Audrey yang mula-mula tenang, berubah menjadi jeritan depresif di dalam balutan musik Black Metal. Seolah-olah seperti dua sisi, dua dunia, antara wajah yang ingin ditampilkan di depan orang banyak dengan apa yang dirasakan di dalam hati. Kita semua sepertinya juga sering bersikap seperti ini, terlihat tegar dan tangguh di luar, akan tetapi hancur luluh di dalam.

Amesoeurs04:03

Sebuah track dengan kepribadian ‘light’ dengan ketukan drum, bass, dan petikan gitar yang seperti datang dari Punk 80-an (Billy Idol, “White Wedding”? 😀 ). Sebuah track yang bernuansa gembira dan bersemangat walaupun di bawah tekanan. “Amesoeurs” adalah “Soulmate” dalam Bahasa Inggris. Ya, siapa yang tidak akan menjadi kuat apabila ditemani oleh sang belahan jiwa. “At the detour of a road, I will take your hand to never let it go and so that together we run like fools in the dark avenues.” Penggalan lirik lagu ini dalam Bahasa Inggris menjelaskan semuanya.

“Amesoeurs”, audio streaming:

Au crépuscule de nos rêves11:16

Track yang berjudul “To the Twilight of our Dreams” dalam Bahasa Inggris. Berkepribadian ‘dark’ dan seperti sebuah masterpiece dari Neige dan kawan-kawan mengenai ide bagaimana membentuk sebuah fusion dari Black Metal dan Shoegaze yang dalam banyak artikel disebut dengan Blackgaze, Shoegaze Black Metal, atau Post Black Metal dalam ruang lingkup yang lebih luas. Track ini sebenarnya sudah berakhir pada 05:30, dengan ruang kosong sampai dengan 08:54, yang kemudian diisi dengan sebuah mix kasar dari sampel musik elektonik sampai dengan akhir track ini. Apa yang direpresentasikan oleh musik sintetik pada akhir track ini? Barangkali sebuah pesan bahwa tidaklah ada batasan dalam bermusik. Art is limitless.

Amesoeurs Band 3

Audrey & Neige. Foto: http://label.todestrieb.co.uk.

Band seperti Amesoeurs adalah seperti menempatkan dirinya di dunia yang abu-abu, tempat dimana Black Metal, Shoegaze, Pop, Punk, dan Rock membentuk persenyawaan. Fans Black Metal dari neraka tidak akan menyukai album ini, karena aspek eksperimen yang terlalu jauh. Para fans Shoegaze, Punk, atau Pop tentunya akan cukup shock karena album ini mempunyai elemen-elemen Black Metal ala Burzum, Darkthrone, maupun Dark Funeral yang terlalu ‘berat’ untuk mereka. Jack Daniels tentunya terlalu berat untuk mereka yang terbiasa dengan Strawberry Milk Shake. Sebaliknya, Milk Shake pun akan terlalu manis dan eneg bagi yang terbiasa dengan drough beer atau JD. Jadi dimanakah tempat Amesoeurs? Amesoeurs memang tidak ditujukan untuk crowd yang ramai, melainkan ditujukan kepada mereka yang open minded, baik dari kubu Black Metal maupun dari kubu Shoegaze, Punk, dan Pop. Dengan keterbukaan pikiran, piece of contemporary art dari Audrey, Neige, Fursy, dan Winterhalter akan dapat diterima, dirasakan, dan dinikmati sebagai sebuah karya seni yang berjiwa.

Musisi:

  • Stéphane “Neige” Paut – Vocals, Guitars, Bass
  • Audrey Sylvain – Vocals, Piano
  • Fursy Teyssier – Guitars, Bass
  • Jean “Winterhalter” Deflandre  – Drums

Track:

  1. Gas in Veins – 05:10
  2. Les ruches malades – 04:17
  3. Heurt – 06:01
  4. Recueillement – 07:00
  5. Faux semblants – 04:21
  6. I XIII V XIX XV V XXI XVIII XIX – IX XIX – IV V I IV – 01:41
  7. Trouble (Éveils infâmes) – 04:49
  8. Video Girl – 04:11
  9. La reine trayeuse – 05:32
  10. Amesoeurs – 04:03
  11. Au crépuscule de nos rêves – 11:16

Recording Studio: Klangsmiede Studio E (Mellrichstadt – Jerman), 2008 – 2009

Production/ Engineering: Markus Stock

Categorized as: Post Punk, Post Black Metal, Depressive Rock

Label: Code666 Records


Tentang Penulis

SAMSUNG CAMERA PICTURES

Riki Paramita adalah founderowner, dan penulis utama di Beyondheavymetal.com. Riki adalah pemerhati musik dan skena Extreme Metal, terutama untuk kategori Black Metal, Death Metal, dan Thrash Metal. Tujuan utama dari inisiatif Beyondheavymetal.com adalah untuk memperbanyak informasi mengenai rilisan anyar dan klasik untuk kategori musik Extreme Metal, sehingga informasi berbahasa Indonesia yang ditulis dengan bahasa yang baik, ringan, dan terstruktur mengenai rilisan-rilisan musik kategori ini tidak lagi relatif susah didapat, dan pada akhirnya dapat saling berbagi informasi dengan sesama penggemar. Dalam kesehariannya, Riki adalah konsultan Teknologi dan Manajemen Sistem Informasi yang sangat aktif terlibat di berbagai proyek baik untuk skala nasional maupun internasional.

Leave a comment