Sebuah Catatan Metal: ROXX “To be Continued…” – Live di Borneo Beerhouse, Jakarta

Roxx @Borneo4

  • Event: ROXX, “To Be Continued…” Gigs
  • Venue/ Date: Jakarta, 07 Desember 2013, Borneo Beerhouse (Kemang, Jakarta)
  • Opening Act: None
  • Even Organizer: N/A

 Reported by: Riki Paramita

Roxx at Borneo Beerhouse

ROXX “To Be Continued…” bukanlah gigs dengan stage besar melainkan lebih bersifat seperti sebuah private gigs dengan limited audience yang diselenggarakan tanpa opening act. Ada beberapa fitur luxury yang dapat ditemukan pada gigs seperti ini: pertama, karena sifatnya yang limited audience saya tentunya dapat melihat stage act pada jarak yang sangat dekat. Di sela-sela aktivitas keseharian saya sebagai konsultan teknologi informasi dengan segala kompleksitasnya tentunya adalah sebuah refreshment yang sangat luar biasa untuk bisa melihat Jaya dan kawan-kawan rockin’ on stage yang hanya berjarak 1.5 meter di depan saya. Kedua, suasana yang terbangun dengan gigs seperti ini adalah sangat akrab: seperti sebuah reuni Roxx dan close friends (Oh well, I’m nobody in this case). Ketiga, biasanya pada gigs seperti inilah segala macam merchandise yang bersifat limited edition dari band yang bersangkutan dapat ditemukan: dan saya cukup beruntung untuk mendapatkan kaos Roxx – “Lobotomy” yang dinyatakan sebagai limited edition oleh official social media-nya Roxx (limited or not, saya tidak terlalu peduli. Karena saya sudah cukup happy mendapatkan official merchandise dari band legendaris ini. 🙂

Waktu pada malam itu sudah menunjukkan pukul 20:30, akan tetapi belum terlihat tanda-tanda bahwa gigs akan dimulai, walaupun suasana di sekitar Borneo Beerhouse sudah mulai ramai oleh komunitas dengan kostum hitam-hitam. Dari penampilan mereka dapat disimpulkan bahwa kebanyakan adalah berasal dari generasi “Master of Puppets” dan early years of Thrash Metal (atau dalam bahasa yang lebih sederhana: generasi Metal yang berusia late thirty, forty something, sampai late forty. Saya tidak tega untuk menulis kata ‘tua.’ Saya tidak menulis ‘tua’ khan?). 🙂 “Ini teman gue, Riki” kata teman saya Hendro sembari memperkenalkan saya dengan Trison Manurung sang vokalis Roxx. “Hai, apa kabar” kata Trison. Wow, tidak setiap hari saya dapat berjabat tangan dengan legendary rocker seperti Trison. So, bagi saya malam itu adalah sebuah event yang bersifat historis dalam konteks personal. Teman saya Hendro (aka “Droxx Caster”) yang memperkenalkan saya dengan Trison adalah teman lama dari personil Roxx jauh di hari ketika mereka masih menggunakan nama “Skull” dan “Navy Punk.” Dalam kesehariannya Hendro juga seorang konsultan Teknologi Informasi dan tidak hanya menjadi teman baik saya dalam menghadiri gigs Metal, melainkan juga sebagai konsultan yang handal di berbagai proyek Teknologi Informasi. Saya dan Hendro pun ikutan nongkrong di area luar Borneo Beerhouse yang sudah dipenuhi oleh kaum hitam-hitam: kebanyakan dari mereka memakai kaos band-band lawas seperti Motley Crue, Metallica, Slayer, Guns N’ Roses, sampai Ratt. Saya sendiri memakai jersey Motley Crue “Live and In Your Face “ 2011, sementara Hendro sangat tidak nyambung dengan kostum Behemoth “Demigod” 2008. 🙂  Kita tentunya tidak akan mendengarkan blast beats dan growl vocals pada malam ini. 🙂

Roxx @Borneo1

Kemudian sayup-sayup terdengar riffing gitar yang sangat familiar dari dalam ruangan Borneo Beerhouse: riffing pembuka dari track “Gontai” yang sangat memorable. Artinya Roxx sudah on stage. Saya pun kemudian memasuki ruangan kafe. And there they are: Roxx sudah berada di atas stage kecil yang berada di dalam ruangan beerhouse dan langsung menghentak dengan “Gontai” sebagai track pembuka.  Jaya masih terlihat fit dan garang dengan permainan gitarnya. Masih terlihat kegarangan dan keteguhan hati dari sang rocker veteran. Vokal Trison masih terdengar prima walaupun postur dan raut muka tidaklah dapat berbohong: Trison sudah menempuh jalan yang sangat panjang dan berliku sebagai seorang vokalis Rock/ Metal. Di sebelah Trison, berdiri sang pencabik bass: Tony Monot. Tony terlihat sangat tenang dan kalem. Masih tersisa di wajahnya beberapa jejak kecelakaan yang tempo hari menimpanya. Saya (dan fans Roxx lainnya) tentunya sangat lega melihat Tony dalam kondisi sehat dan kembali tampil di atas panggung bersama Roxx. Akan tetapi, siapakah gitaris yang berdiri di samping Tony? Sang gitaris sekilas terlihat seperti salah seorang personil F4 yang dipersenjatai dengan sebuah gitar Gibson. Siapakah sang pretty boy? Oh tidak, ini adalah DD Crow yang desperate dan nekat operasi plastik! 😀 Sebelum saya berasumsi dan mengambil kesimpulan yang lebih ngaco, Hendro memberitahu saya bahwa sang gitaris misterius adalah Rully, yang pada akhir 90-an sempat  bergabung dengan Roxx dan juga pernah nge-band bersama Bontel, adiknya Jaya. Akan tetapi saya masih mempunyai 1 puzzle yang belum terpecahkan: siapakah personil yang berada di belakang drum kit? Sang drummer misterius bermain dengan sangat presisi sekaligus powerful dan berhasil memainkan peranan yang tidak mudah di dalam pakem musiknya Roxx: bahwa gitar dan instrumen lainnya adalah mengikuti drum! Sebuah pola yang diusung jauh hari sejak Arry Yanuar masih berada di belakang drum kit-nya Roxx (puzzle mengenai drummer misterius ini kemudian akan terpecahkan di akhir gigs). Usai “Gontai”, Roxx langsung melanjutkan momentum dengan “Bila Kepalamu Tak Ingin Terbelah Dua”. Penonton yang walaupun berjumlah limited (ruangan Borneo Berhouse malam itu dipenuhi sekitar 50-an fans), tidaklah mengurangi histeria dan antusiasme penonton yang sangat enerjik akan tetapi masih sangat tertib. Tentu saja, penonton malam itu adalah teman-teman dekat Roxx, saudara, keluarga, dan para fans yang di kesehariannya banyak yang bekerja sebagai profesional mulai dari konsultan teknologi sampai eksekutif dengan level chief. Para old schooler yang ingin sejenak keluar dari keseharian dan larut di dalam nostalgia dengan Roxx yang merupakan salah satu pionir di skena Heavy Metal/ Thrash Metal di tanah air. Old school Metal rules tonight!

Roxx @Borneo5

Usai “Bila Kepalamu…”, Roxx menyempatkan diri untuk menyapa penonton. Pada kesempatan ini Jaya mengumumkan bahwa Roxx sedang mencari personil tetap untuk departemen drum karena ketidakcocokan dengan jadwal dari Raiden Soe, sang regular drummer. Artinya personil yang berada di belakang drum kit adalah benar seorang live session drummer! Pada titik ini, Roxx masih belum memperkenalkan sang additional musician ke audiens. Kemudian Roxx kembali menggebrak dengan “Price” dan “Toa Maut.” Kelar “Toa Maut” Jaya dan kawan-kawan mengambil posisi duduk dan bersiap untuk “Air Mata Hewan.” Penonton yang tidak sedikitpun menurun antusiasme-nya seringkali mengeluarkan komentar-komentar lucu yang terutama ditujukan ke Rully, sang gitaris ‘baru’ yang di sela-sela track tidak sedikitpun menyentuh alkohol melainkan konsisten dengan Coca Cola. Tidak jarang Trison dan Jaya juga ikut-ikutan ‘menghina-hina’ Rully. Sang pretty boy menanggapi dengan tersenyum walaupun kadang-kadang terlihat salah tingkah. Kemudian Roxx melanjutkan dengan “Air Mata Hewan” dan sebuah lagu tentang ‘perang’ yaitu “Praang!” :-D. Sampai di titik ini saya melihat bahwa formasi Roxx pada malam ini sangat solid: Rully sangat rapi memainkan bagiannya di departemen gitar terutama untuk bagian akustik. Sementara sang drummer misterius bermain seperti sudah bertahun-tahun memainkan track2 Roxx. Saya melihat sebuah kombinasi yang sangat harmonis antara Trison/ Jaya/ Toni di satu sisi dengan Rully/ sang drummer misterius di sisi lainnya. Sebuah formasi yang sangat menjanjikan antara originalitas original citizen dengan energi dan improvisasi younger citizen. Pada sela-sela lagu Trison juga menyempatkan untuk berkomunikasi dengan penonton, dan Jaya yang ‘semakin panas’ mulai kumat dengan melontarkan lelucon-lelucon yang selalu melibatkan kosa kata yang diambil dari nama organ tubuh yang berada di bawah pinggang dan di atas lutut. Penonton pun histeris tertawa, menjadikan gigs malam itu semakin bernuansa akrab.

Roxx @Borneo3

Kemudian gigs dilanjutkan dengan “Nothing Else Matters” yang menegaskan influence Metallica di musiknya Roxx, dan “Heroin”: sebuah track bernuansa getir sekaligus penuh kemarahan terpendam  dan protes terhadap kehadiran ‘si putih’ yang menjadi penyebab utama kepergian Arry Yanuar, sang pendiri sekaligus drumming innovator di belakang drum kit-nya Roxx. Jaya pun menjelaskan bahwa drum kit yang berada di atas panggung pada malam itu adalah milik almarhum Arry Yanuar yang dipinjamkan khusus untuk gigs malam itu, dan dia seperti merasakan ‘kehadiran’ Arry di tengah-tengah keluarga besar Roxx pada malam itu. Dari perspektif fans dan audiens, saya ingin mengatakan bahwa sang drummer misterius-lah yang ‘menghadirkan’ Arry pada malam itu dengan memainkan peranan almarhum Arry dengan sangat baik di belakang drum kit, menjadikan track2 Roxx seperti ‘hidup’, dan yang bersangkutan adalah sangat pantas untuk menjadi regular drummer-nya Roxx. Kemudian gigs dilanjutkan dengan sebuah track parodi dari “Fade to Black” milik Metallica dimana liriknya dirombak total sampai ancur oleh Trison: “Life it seems will fade away, drifting further every day” diganti dengan “Balonku ada lima, rupa-rupa warnanya.” 😀 Lucu, sekaligus skillful karena Jaya dan Rully memainkan bagian gitar dengan sangat baik sekali. Catatan: sejak track ke-6 sampai track ini (10), Roxx mengambil posisi duduk. Secara berkelakar Jaya mengatakan bahwa faktor usia sangat berperan dalam hal ini, dan langsung disambut dengan tawa riuh dari audiens. Kemudian Roxx mengambil posisi berdiri pada track “Jauh dari Tuhan” yang dilanjutkan dengan “Dari Dulu.” Penonton yang semakin panas ikut bernyanyi dengan Roxx dan suasana menjadi semakin riuh.

Roxx @Borneo2

Kelar “Dari Dulu”, Jaya mulai angkat bicara mengenai sang drummer misterus di belakang drum kit. Jaya kemudian bertanya ke audiens apakah yang bersangkutan pantas untuk menjadi regular member Roxx. Audiens menyambut dengan riuh menandakan approval dan dukungan mereka kepada sang drummer misterius. Kemudian Jaya memperkenalkan bahwa yang berada di belakang drum kit Roxx pada malam itu adalah Ryan dari OMNI band. Jaya menjelaskan bahwa Ryan baru latihan sebanyak 4 kali dengan Roxx, dan track selanjutnya adalah sebuah ujian untuk Ryan: membawakan “Rock Bergema” di hadapan para die hard fans Roxx pada malam itu! Dengan tenang Ryan memainkan drumming intro pada “Rock Bergema” dengan baik sekali: presisi sekaligus powerful (yang terlihat seperti sebuah ciri khas dari permainan Ryan). Dan “Rock Bergema” pun kembali bergema pada malam itu: menjadikan tema “To be Continued…” pada gigs malam itu seperti sebuah pesan bahwa Roxx masih eksis dan masih akan mengeluarkan karya-karya baru mereka di masa depan. The best days are yet to come!  Penonton pun sudah tidak terkendali: sudah tidak ada yang duduk di bar atau di lantai, semuanya larut dengan euphoria “Rock Bergema.” Roxx menutup penampilan mereka pada malam itu dengan “5 cm” yang bertempo cepat. “Saya sudah tua, man”, kata Jaya menanggapi audiens yang meneriakkan we want more, we want more. Dan berakhirlah gigs pada malam itu, meninggalkan harapan yang tinggi di kalangan para fans bahwa Roxx benar-benar akan to be continued. To be continued atau tidak, Roxx tetaplah akan dikenang sebagai salah satu band terbesar yang pernah eksis di skena musik Heavy Metal di tanah air. All hail Roxx! All hail the legend!

ROXX, as of 07 Desember 2013:

  • Jaya – Gitar
  • Trison – Vokal
  • Tony – Gitar
  • Rully – Gitar
  • Ryan – Drum

Tracks:

  1. Gontai
  2. Bila Kepalamu Tak Ingin Terbelah Dua
  3. Price
  4. Gelap
  5. Toa Maut
  6. Air Mata Hewan
  7. Praang!!
  8. Nothing Else Matters
  9. Heroin
  10. Fade to Black (Parody)
  11. Jauh dari Tuhan
  12. Dari Dulu
  13. Rock Bergema
  14. 5 cm.

Leave a comment