MARDUK “World Funeral” (2003): Ketika Sang Serigala Skandinavia Menemukan Kembali Serpihan Jiwa dan Karakternya yang Hilang

Marduk Band 2003 11

Marduk dengan formasi di album “World Funeral” (2003): Erik “Legion” Hagstedt (Vokal), Roger “B-War” Svensson (Bass), Emil Dragutinovic (Drum), dan Morgan Hakansson (Gitar). “World Funeral” adalah album terakhir dengan Legion & B-War yang menandai berakhirnya sebuah era dan dimulainya Marduk di era yang baru.

Marduk World Funeral Cover

Article written by: Riki Paramita

Marduk di Tahun 2001: Mau Kemana Setelah Trilogi Blood, Fire, & Death?

Kalender menunjukkan angka tahun 2001. Pada saat itu, MARDUK – sang mesin perang Black Metal dari Swedia (The Black Metal War Machine), baru saja menyelesaikan album yang merupakan sebuah trilogi dengan konsep yang Bathory-ish, yaitu ‘blood, fire, & death’. Album bertemakan ‘blood’ direpresentasikan oleh “Nightwing” yang dirilis pada tahun 1998. Album dengan tema ‘fire’ adalah “Panzer Division Marduk” (1999) yang monumental. Sementara album dengan topik ‘death’ adalah “La Grande Danse Macabre” pada tahun 2001. Marduk sempat merasa kehabisan kreativitas setelah merilis “Panzer Division Marduk” yang tidak hanya sebuah album yang bersifat groundbreaking, akan tetapi juga sebuah eksperimen yang berani dengan 30 menit (8 tracks) blast beats secara non-stop. Album ini barangkali adalah album Black Metal paling brutal pada saat itu. Mau kemana lagi setelah itu? Mau dibawa kemana arah dari musik Marduk setelah tidak ada lagi ruang gerak untuk agresivitas dan brutality?

Akhirnya Morgan Hakansson dan kawan-kawan memilih untuk menurunkan tempo pada album berikutnya yang bertemakan ‘death’, yaitu “La Grande Danse Macabre”. Pada album ini Marduk mulai memperbanyak mid-tempo dengan riffing yang cenderung groovy dengan pengaruh yang sangat tidak biasa, seperti vibe Hard Rock & Heavy Metal. Akibatnya, para fans dari neraka pun marah besar. Merasa dikhianati oleh Marduk yang seperti berusaha untuk sell-outs. Bagi para fans fanatik, signature Marduk adalah kecepatan (baca: riffing cepat + blast beats). Setelah “La Grande…” dirilis dan tur selesai dilakukan, pada tahun 2002 Marduk kembali bersiap-siap untuk materi album yang baru. Tantangan untuk album ini adalah: meneruskan vibe musik seperti di album sebelumnya (“La Grande…”), plus permainan cepat ala “Panzer Division…” dimana fusion ini harus terdengar cukup ‘berat’ dan agresif, sehingga dapat dicapai keseimbangan antara sound Marduk yang klasik (cepat, hyperblast Black Metal) dengan sound yang bersifat eksperimen (riffing & vibe Heavy Metal & Hard Rock). Sekali lagi tantangan ini dialamatkan ke Peter Tägtgren, si jenius di belakang meja mixer, yang juga merupakan pemilik dari Abyss Studio yang kembali digunakan oleh Marduk untuk proses rekaman dan produksi album yang baru ini. Album yang baru ini merupakan Abyss-works yang ke-5, dan diharapkan akan sangat berbeda dengan 4 album sebelumnya. Sebuah tantangan untuk Peter Tägtgren!

Marduk World Funeral Cover 2

Vernichtungskrieg: War of Annihilation

Pada bulan September 2002, setelah semua materi dirasakan siap, Marduk kembali memasuki Abyss Studio untuk proses rekaman. Pasukan Marduk pada saat itu adalah Morgan Hakansson (Gitar), Erik “Legion” Hagstedt (Vokal), Roger “B-War” Svensson (Bass), dan pendatang baru di belakang drum kit yaitu Emil Dragutinovic. Emil yang pada saat itu baru berusia 22 tahun direkrut untuk menggantikan Fredrik Andersson yang resign setelah selesainya tur “La Grande Danse Macabre” di awal tahun 2002. Dengan formasi ini, Morgan dan kawan-kawan berusaha untuk mengembalikan reputasi Marduk sebagai yang tercepat dan paling ekstrim di skena Black Metal dunia. Judul yang digunakan untuk album yang baru ini pada awalnya adalah berbahasa Jerman yaitu “Vernichtungskrieg” atau “War of Annihilation” dalam Bahasa Inggris. Judul ini dianggap kurang tepat karena tidak satupun materi yang baru ini bertemakan perang. Ada yang bertemakan sejarah Perang Dunia II akan tetapi tidak secara eksplisit mengangkat tema perang. Materi yang dipersiapakan oleh Marduk di album yang baru ini adalah cenderung untuk mengangkat topik mengenai kematian disamping hal-hal yang sangat generik di Black Metal (blasphemy, horror, darkness). Judul album ini kemudian diganti menjadi “Death Cult”, yang kemudian direvisi lagi menjadi “World Funeral”.

“World Funeral” kemudian difinalkan sebagai judul album yang baru. Proses rekaman memakan waktu kurang lebih selama 1 bulan pada September 2002. Setelah break, Marduk kembali ke Abyss Studio pada November 2002 untuk mixing final dan mastering.

World Funeral: Aksi Black Metal yang Berat dan Brutal, Sekaligus Steril

Seperti apakah “World Funeral” di tangan Peter Tägtgren? Pada dasarnya Peter masih mempertahankan vibe seperti di “La Grande…”, akan tetapi dengan merubah sound gitar menjadi lebih berat dan tajam yang bahkan terkesan seperti downtuned seperti layaknya Death Metal. Perubahan lainnya yang dilakukan oleh Peter adalah di sektor drum: suara drum menjadi lebih tebal dan bertenaga. Sehingga blast beats akan menghasilkan sound yang menggemuruh dan berat. Peter juga menyediakan ‘ruang’ yang cukup untuk sound bass sehingga permainan bass dapat didengarkan dengan sangat jernih. Vokal diletakkan lebih ‘ke depan’ sehingga tidak ‘tertutup’ oleh gemuruh gitar dan drum, dengan porsi yang cukup sehingga tidak menjadi terlalu dominan atau malah menutupi musiknya. Dengan setting-an seperti di atas, Peter Tägtgren bermaksud untuk menghasilkan sound yang berat dan agresif sekaligus bisa mengakomodasi aspek eksperimen dari musik Marduk.

Marduk Band 2003 1

Hasilnya adalah: “World Funeral” yang sangat berat dan agresif, lebih berat dari “Panzer Division Marduk” (1999) maupun “Heaven Shall Burn” (1996). “Panzer Division..” dan “Heaven Shall Burn” memang lebih cepat, akan tetapi terkesan ‘lebih ringan’ dibandingkan dengan “World Funeral”. “World Funeral” cenderung untuk terdengar seperti Death Metal yang sangat polished dan bening (kecuali vokal Erik “Legion” Hagstedt, yang masih sangat Black Metal). Tujuan awal untuk menjadikan “World Funeral” menjadi berat dan agresif sudah tercapai, akan tetapi dengan mengorbankan vibe Black Metal yang justru hilang yang disebabkan oleh pendekatan digital sound seperti ini. “World Funeral” menjadi terlalu steril dan cenderung tidak mempunyai ‘jiwa’ Black Metal.

World Funeral: Track by Track

“World Funeral” banyak dikritik sebagai sebuah album dengan digital sound yang berusaha untuk menjadi ekstrim dengan sound yang sintetik. Pendapat ini ada benarnya. Akan tetapi tidaklah benar kalau dikatakan bahwa album ini ‘tidak berjiwa.’ Barangkali memang tidak ‘berjiwa’ Black Metal. Akan tetapi album ini masih mempunyai ‘jiwa’ yang sangat gelap di balik agresinya yang kejam.

With Satan and Victorious Weapons – 03:51

Track pembuka di “World Funeral”. Track yang sangat agresif dan brutal, yang merupakan salah satu track yang paling kejam yang pernah dikomposisikan oleh Marduk di era Erik “Legion” Hagstedt sebagai vokalis. Riffing gitar yang tajam, serangan lead yang tremolo-picked, gemuruh blast beats dari Emil Dragutinovic, dan dentuman bass Roger “B-War” (yang dapat didengarkan dengan jelas), mengiringi vokal Erik “Legion” yang terdengar seperti orc yang sedang marah. Black Metal yang agresif, cepat, brutal, dan kejam.

Peter Tägtgren ingin menjadikan track Marduk yang groovy menjadi ‘berat.’ Sehingga wajar kalau track yang secara alamiah sudah cepat dan berat seperti “With Satan…” akan terdengar menjadi sangat mengerikan. Walaupun soundscape di track ini terdengar tidak alami, akan tetapi track ini masih bisa merepresentasikan emosi yang penuh amarah dan kebencian.

Track ini dan juga seluruh track di “World Funeral” tidaklah mempunyai Black Metal feel seperti halnya “Opus Nocturne” atau “Heaven Shall Burn”, melainkan lebih ke arah representasi feel yang biasa kita rasakan ketika menyimak sebuah track Technical Death Metal.

Marduk Band 2003 2

Bleached Bones – 05:20

Perhatikan riffing dan permainan bass di awal track ini yang diiringi ketukan drum yang cenderung lambat: berat, suram, dan penuh aura kegelapan. Inilah yang ingin dicapai oleh Peter Tägtgren untuk track yang bertempo lambat: tetap ‘berat’ dengan aura kegelapan yang pekat. Bayangkan kalau track ini dimainkan dengan mixing seperti di album sebelumnya (“La Grande…”). Tentu akan terkesan sangat komersil dan sell out! Akan tetapi di “World Funeral” justru sebaliknya, track ini menjadi terdengar sangat gelap dan mengerikan walaupun dalam tempo lambat. Perhatikan vokal Erik “Legion” di bait “…but the darkness has fallen and the clock strikes ten. Excuse me my darling but the shadows are calling again.” Mengerikan, seperti sebuah film serial killer yang dimainkan dengan sangat baik.

Cloven Hoof – 03:26

“Cloven Hoof” mempunyai formula yang mirip dengan track ke-1 (“With Satan…”). Cepat, dengan blast beats drumming yang semakin memperlihatkan kelas Emil Dragutinovic yang tidak hanya sekedar pengganti dari Fredrik Andersson, melainkan juga menjadi sebuah steroid untuk energi musik Marduk.

Peter Tagtgren 2

Peter Tägtgren, si jenius di belakang meja mixer dan sekaligus pemilik Abyss Studio. Peter dan Abyss Studio telah menghasilkan 5 album Marduk di periode 1996 – 2003. Foto: http://painworldwide.com.

World Funeral – 03:31

Dentuman drum Emil Dragutinovic membuka “World Funeral” yang langsung disambut dengan riffing gitar yang cepat dari Morgan Hakansson, berikut blast beats drumming dari Emil. “World Funeral” masih menggunakan formula yang sama dengan track ke-1 dan ke-3. Hal ini sepertinya menjadi semacam ‘pesan’ yang ingin disampaikan oleh Marduk bahwa mereka sudah kembali ke ‘jalan yang benar’ yaitu ke musik yang menjadi signature mereka, Hyper-blasting Black Metal yang berdarah-darah. Akan tetapi gempuran demi gempuran dengan sound yang berat seperti ini akan cenderung untuk menjadikan telinga yang paling ekstrim sekalipun menjadi lelah. Syukurlah bahwa track “World Funeral” mempunyai chorus yang cukup catchy sehingga track ini tidak menjadi (terlalu) membosankan. Ini adalah salah satu kelemahan sound yang di-engineer oleh Peter Tägtgren: permainan agresif ala Marduk dengan sound gitar dan drum yang ‘tebal’ seperti ini akan membuat telinga cepat lelah. Sementara itu setting-an sound seperti “Opus Nocturne”, “Panzer Division Marduk”, atau “Heaven Shall Burn” yang lebih ‘tipis’ dan ‘ringan’ justru membuat pendengar betah untuk menyimak dari awal sampai akhir.

To the Death’s Head True – 03:58

Marduk menurunkan tempo melalui track ini. “To the Death’s Head True” adalah cenderung bertempo lambat dengan double bass yang intens. Morgan di departemen gitar tidak lagi menggeber tempo, melainkan dengan tremolo-riffing yang lambat, depresif, dan murung. Dari sini, sound Marduk yang bernuansa epic pun dimulai. Sound yang akan sering kita temui di era Mortuus sebagai frontman.

Castrum Doloris – 03:34

Dan dengarkanlah lagu ini! Dengarkanlah Erik “Legion” yang seperti menyanyikan sebuah balada dengan format vokal Black Metal, yang diiringi riffing gitar bernafaskan Hard Rock yang murung. Seperti nyanyian sedih orc yang sedang patah hati! 😀 “Castrum Doloris” (“Castle of Grief”) adalah salah satu track Marduk favorit saya sampai sejauh ini. Track ini merupakan interpretasi Marduk terhadap “Epistel 81”, sebuah literatur sastra klasik dari Carl Michael Bellman, seorang komposer dan sastrawan Swedia pada abad ke-18. Siapa bilang wawasan Marduk hanya berputar-putar di sekitar kegelapan dan perang?

Berkat mixing yang tepat dan cenderung sempurna dari Peter Tägtgren, track ini tetap terdengar ‘berat’ walaupun dengan tempo dan riffing yang bernafaskan Hard Rock/ Heavy Metal. Ternyata sebuah mixing yang steril sekalipun masih bisa menghadirkan ‘jiwa’ di dalam sebuah track Black Metal.

Saya membayangkan kalau track ini ‘dinyanyikan’ oleh Mortuus, tentunya akan semakin teatrikal dan emosional.

Emil Dragutinovic

Emil Dragutinovic, si anak baru di belakang drum kit Marduk di album “World Funeral”. Emil ibarat sebuah suntikan steroid untuk musiknya Marduk pada saat itu. Foto://metal-archives.com.

Hearse – 04:54

“The funeral is about to begin, sir”, membuka “Hearse” sebagai track yang relatif modern untuk Marduk di album ini: berusaha mengkombinasikan sound cepat dengan riffing yang mempunyai ketukan yang bervariasi, mulai dari mid-pace sampai lambat. Sebuah track yang tidak one-dimensional, dimana pendekatan seperti track ini akan banyak digunakan oleh Marduk si album-album berikutnya. Perhatikan riffing gitar yang cenderung ke arah Thrash Metal pada 02:45 sampai dengan 03:32: catchy dan menarik perhatian.

Night of the Long Knives – 05:31

Marduk kembali speed up melalui track ini. Satu-satunya track yang bertemakan sejarah dan Perang Dunia II (walaupun secara tidak langsung). Track yang menurut saya paling lemah dari keseluruhan track di “World Funeral”, dengan riffing dan vokal yang cenderung membosankan. Komposisi dari musik di track ini gagal merepresentasikan pembantaian massal pasukan Sturmabteilung (SA) oleh korps Schutzstaffel (SS) yang menandai perubahan radikal pemerintahan negara Jerman di tahun 1934 yang menuju ke arah diktator totalitarian. Ada kesan bahwa track ini dikomposisikan secara terburu-buru. Sayang sekali.

Bloodletting – 05:49

“Bloodletting” adalah track bertempo mid-pace yang groovy: baik riffing maupun solo gitar Morgan menunjukkan arah ekspansif yang tepat dan memperkaya sound Marduk. “Bloodletting” adalah track Marduk pertama yang bisa membuat kepala dan kaki bergoyang. 😀 Sekali lagi, sebuah embrio untuk sound Marduk di album-album berikutnya.

Blessed Unholy – 05:02

Pembukaan dari “Blessed Unhloy” adalah Marduk dalam permainan yang habis-habisan di tempo cepat. Sayang sekali, perubahan tempo pada sepertiga akhir track ini ke arah yang lambat dan cenderung dipengaruhi oleh sound Doom/ Depressive, justru membunuh karakter track ini.

Blackcrowned – 02:18

Sebuah track yang seringkali dijadikan sebagai intro untuk membuka konser Marduk. Sebuah track instrumental yang megah dan penuh aura kegelapan. Track ini merupakan adaptasi dari karya Henry Purcell, seorang komposer Inggris era baroque yang hidup di abad ke-17, yaitu sebuah instrumental yang berjudul “Music for the Funeral of Queen Mary”. Di tangan Marduk, track ini berubah menjadi “Blackcrowned” yang didominasi suara organ yang seperti dimainkan di sebuah kapel yang berhantu, perkusi yang dramatis, dan sedikit sentuhan distorsi dari gitar dengan tune Black Metal. Sungguh megah!

Peter Tagtgren at Abyss Studio

Peter Tägtgren di ruangan kerjanya di Abyss Studio (Dalarna, Swedia). Foto: http://radiotangra.com.

World Funeral: Secara Keseluruhan

“Blackcrowned” menutup “World Funeral” dengan suasana kematian dan kegelapan yang absolut. Di tangan Peter Tägtgren, Marduk kembali menemukan agresivitasnya yang sempat hilang di album sebelumnya, dan memenangkan hati para fans fanatik mereka yang sempat kecewa. “World Funeral” barangkali terlalu steril untuk ukuran Black Metal. Akan tetapi melalui digital sound yang tidak lazim untuk sebuah band Black Metal, Peter Tägtgren berhasil mengeluarkan semua potensi yang dipunyai Marduk di album ini. Peter Tägtgren tidak sepenuhnya berhasil menemukan ‘jiwa’ Marduk yang sempat hilang, akan tetapi juga tidak bisa dikatakan gagal. “World Funeral” tetap mempunyai karakter yang sangat kuat. Apabila dibandingkan dengan 4 Abyss-works sebelumnya, maka “World Funeral” adalah album Marduk yang terbaik dengan inovasi yang sangat berani dari Peter Tägtgren di belakang meja mixer.

Marduk Wolf Logo

Logo serigala dari Marduk. Sang serigala dari Skandinavia menemukan kembali serpihan-serpihan jiwanya yang sempat hilang melalui “World Funeral”

Pasca World Funeral: Selamat Tinggal Kepada Para Teman Lama, Selamat Datang Para Teman Baru!

“World Funeral” adalah album terakhir Marduk yang melibatkan Peter Tägtgren dan Abyss Studio. Album ini juga merupakan yang terakhir yang melibatkan si pretty boy Erik “Legion” Hagstedt sebagai vokalis dan Roger “B-War” Svensson sebagai bassist. Akan tetapi Morgan Hakansson bukanlah seorang leader yang lemah, justru sebaliknya Morgan adalah seorang leader dengan karakter yang sangat kuat. Morgan menjadikan momen kepergian Erik dan B-War sebagai kesempatan untuk memperkuat Marduk. Morgan kemudian merekrut Magnus “Devo” Andersson sebagai pemain bass yang baru, yang pada saat itu juga merupakan pemilik dari Endarker Studio yang berlokasi di kota Norrköping. Studio ini kemudian menjadi headquarter Marduk. Dan era rekaman dan produksi secara mandiri pun dimulai (tidak kurang 5 album Marduk berikutnya direkam dan diproduksi secara mandiri di Endarker Studio, pada rentang waktu 2006 – 2015). Vokalis yang baru? Morgan kemudian melirik sang vokalis kharismatik di atas panggung Funeral Mist. Seorang vokalis yang kharismatik, teatrikal, dengan teknik vokal yang cukup lengkap untuk ukuran Black Metal. Dan era Mortuus pun dimulai.

Tracks:

  1. With Satan and Victorious Weapons – 03:51
  2. Bleached Bones – 05:20
  3. Cloven Hoof – 03:26
  4. World Funeral – 03:31
  5. To the Death’s Head True – 03:58
  6. Castrum Doloris – 03:34
  7. Hearse – 04:54
  8. Night of the Long Knives – 05:31
  9. Bloodletting – 05:49
  10. Blessed Unholy – 05:02
  11. Blackcrowned – 02:18

Musisi:

  • Legion – Vocals
  • B. War – Bass
  • Emil Dragutinovic – Drums
  • Morgan “Evil” Hakansson – Guitars

Recording Studio: Abyss Studio (Dalarna, Swedia), September (recording) & November (mixing) 2002

Production/ Engineering: Marduk/ Peter Tägtgren

Categorized as: Black Metal, 2nd Wave Black Metal

Label: Bloddawn Productions, Century Media Records (re-issue, 2014)


Tentang Penulis

SAMSUNG CAMERA PICTURES

Riki Paramita adalah founderowner, dan penulis utama di Beyondheavymetal.com. Riki adalah pemerhati musik dan skena Extreme Metal, terutama untuk kategori Black Metal, Death Metal, dan Thrash Metal. Tujuan utama dari inisiatif Beyondheavymetal.com adalah untuk memperbanyak informasi mengenai rilisan anyar dan klasik untuk kategori musik Extreme Metal, sehingga informasi berbahasa Indonesia yang ditulis dengan bahasa yang baik, ringan, dan terstruktur mengenai rilisan-rilisan musik kategori ini tidak lagi relatif susah didapat, dan pada akhirnya dapat saling berbagi informasi dengan sesama penggemar. Dalam kesehariannya, Riki adalah konsultan Teknologi dan Manajemen Sistem Informasi yang sangat aktif terlibat di berbagai proyek baik untuk skala nasional maupun internasional.

Leave a comment