GORGOROTH – “Under The Sign of Hell 2011” (2011): Apakah Memang Sangat Buruk?

Gorgoroth-Under 2011Article Written by: Riki Paramita

Setelah merilis “Quantos Possunt Ad Satanitatem Trahunt” pada 2009, Gorgoroth memasuki babak baru dari life cycle-nya sebagai elite di domain Black Metal. Sebuah era dimana Infernus, sang gitaris dan konseptor, kembali berperan secara sangat signifikan dalam penulisan track dan konsep album, setelah sebelumnya  sempat banyak diintervensi oleh Gaahl (Vokal) & King ov Hell (Bass) terutama pada periode “Incipit Satan” (2000) sampai “Ad Majorem Sathanas Gloriam” (2006). Hasilnya? “Quantos…” kembali menarik hati para purist di domain Black Metal dan album ini seringkali disebut-sebut sebagai bagian ke-3 dari trilogi “Pentagram” (1994) dan “Antichrist” (1996). Sementara itu “Under The Sign of Hell” (1997) masih disebut-sebut sebagai puncak dari Gorgoroth. Apakah hal ini yang mendorong Infernus untuk melakukan rekaman ulang terhadap materi-materi “Under The Sign of Hell” di 2011? Hanya Infernus yang paling mengerti mengenai motif sebenarnya dari re-recording album ini. Melakukan rekaman ulang terhadap sebuah album yang disebut-sebut sebagai puncak pencapaian dari band yang bersangkutan, tentunya merupakan sebuah  tantangan tersendiri. Para fans yang bersifat purist maupun fans dengan mindset yang lebih terbuka akan mempunyai ekspektasi yang sangat tinggi terhadap hasil rekaman ulang ini. Di sini Infernus menempatkan dirinya pada sebuah persimpangan jalan yang penuh tantangan. Infernus sudah mulai mendapatkan tekanan dari media dan fans ketika masih dalam proses rekaman ulang album ini. Kenapa? Begini, Gorgoroth adalah salah satu dari sedikit band yang berkategori originator dari 2nd wave Black Metal movement di Norwegia pada awal 90-an.  Gorgoroth adalah salah satu dari sedikit band yang dianggap pantas untuk menuliskan “True Norwegian Black Metal” di sampul album atau sleeve CD-nya. “Under The Sign of Hell” adalah album yang dirilis pada 1997 dan merupakan salah satu produk abadi dari Grieghallen Studio di Bergen, Norwegia, yang juga menghasilkan rilisan-rilisan yang bersifat blueprint seperti Immortal –“Pure Holocaust” (1993), Emperor – “In The Nightside Eclipse” (1994), dan sang originator dari northern darkness yaitu Mayhem – “De Mysteriis Dom Sathanas” (1994). Semuanya adalah pride of Norway. Bagaimana dengan rekaman ulang “Under The Sign of Hell”?

Gorgoroth-Under 1997

Gorgoroth – “Under The Sign of Hell” versi 1997. Salah satu legacy terbaik dari True Norwegian Black Metal.

Album ini direkam ulang di Monolith Studio yang berlokasi di sekitar Stockholm, Swedia. Jadi, sebuah True Norwegian Black Metal yang direkam di Swedia, di studio pribadi milik Tomas Asklund yang dikenal dengan jam terbangnya bersama Dark Funeral dan Dissection. Seperti yang kita ketahui, scene Norwegia dan Swedia masih mempunyai persaingan yang terselubung mengenai status sebagai yang terbaik untuk Black Metal di jazirah Skandinavia. Sepertinya ini adalah ‘dosa’ pertama Infernus: sebuah legacy dari Norwegian Black Metal yang direkam ulang di studio Swedia, dengan engineer yang juga orang Swedia (Tomas Asklund sendiri). Akan tetapi, bukankah pada “Quantos…” yang dirilis 2 tahun sebelumnya, Infernus juga sudah mulai mengikuti arus globalisasi dengan mengikutsertakan mantan Obituary yaitu Frank Watkins di departemen bass, selain Asklund sebagai drummer dan pemilik studio? Sepertinya hal ini dianggap sangat berbeda: “Quantos…” adalah bagian dari life cycle-nya Gorgoroth, sebagai wujud dari band ini yang ber-evolve sehubungan dengan perkembangan scene Black Metal dan intrik-intrik di dalam internal Gorgoroth sendiri. Semacam life must go on untuk Infernus dan Gorgoroth. Fans dari neraka mengerti hal ini. Akan tetapi merekam ulang “Under The Sign of Hell” bersama orang Swedia di studio yang terletak di sekitar Stockholm adalah sama dengan merusak salah satu legacy terbaik dari Norwegian Black Metal. Setelah album rekaman ulang ini selesai digarap dan dirilis pada 2011, reaksi fans dan media semakin keras: mayoritas mengkategorikan album ini sebagai ‘sangat buruk’ dan production yang relatif bersih (clean) yang dikerjakan oleh Tomas Asklund disebut-sebut sangat merusak dan telah membuat “Under The Sign of hell 2011” seperti kehilangan jiwanya sebagai True Norwegian Black Metal. Review di situs metal-archives.com memberikan penilaian rata-rata 35/100 untuk album ini, sementara situs bestblackmetalalbums.com memberikan rekomendasi untuk ‘menjauhi’ album ini (“But a word of warning: avoid their latest re-recording of Under The Sign Of Hell from 2011, make sure you get the 1996 version!” Catatan: maksudnya adalah rilisan 1997). Apakah “Under The Sign of Hell 2011” ini sedemikian buruknya?

Pertanyaan ini sangat menarik perhatian saya sebagai fans Black Metal yang mengikuti perkembangan scene ini sejak 90-an dan juga menempatkan norma-norma True Norwegian Black Metal sebagai sesuatu yang bersifat ‘sakral’ di preferensi saya di domain Black Metal.  Akan tetapi untuk dapat menilai album ini dengan lebih fair adalah dengan membandingkan “Under The Sign of Hell” 2011 dan 1997 dari aspek musik dan kemasan album (artworks, packaging) secara keseluruhan. Sehingga kita bisa mendapatkan komparasi yang fair untuk masing-masing versi dan dapat menilai album ini sebagai sebuah karya yang terlepas dari aspek-aspek sentimen di scene Black Metal.

Infernus

Infernus, sang founder, konseptor, penulis lirik, dan gitaris Gorgoroth.

Kita mulai dari aspek musisi yang membangun masing-masing album: baik rilisan 1997 dan 2011 masih menempatkan Pest di departemen vokal dan Infernus di departemen gitar dan bass (Catatan: di rilisan 1997, line bass di track “Revelation of Doom” bukanlah oleh Infernus, hanya di satu lagu ini). Pest 1997 dan 2011 kurang lebih masih sama, hanya saja versi 2011 ini lebih tambun. 🙂 Sementara  Infernus sedikit berbeda: Infernus 1997 adalah musisi dengan idealisme dan passion dan devotion yang sangat besar di Black Metal. Sementara Infernus 2011 adalah figur yang lebih matang baik secara pribadi maupun musikalitas akan tetapi juga disebut-sebut sudah kehilangan beberapa aspek passion dan sedikit kehilangan sentuhannya di Black Metal. Saya setuju dengan pendapat bahwa Infernus 2011 adalah pribadi yang lebih matang, akan tetapi untuk menyebut Infernus sudah kehilangan passion di Black Metal adalah sedikit berlebihan. Ada baiknya kita membandingkan Infernus dengan kompatriotnya seperti Satyr dari Satyricon dan Ihsahn dari Emperor. Relatif terhadap keduanya Infernus masih terlihat relatif true. Satyr dan Ihsahn sudah evolve dengan eksplorasi yang lebih berani. Sementara Infernus masih memakai norma-norma lama di Black Metal dan memilih untuk konsisten di konsep awal Gorgoroth. Jadi, masih ada passion dan devotion pada diri Infernus. Bagaimana dengan departemen drum?

Tomas Asklund

Tomas Asklund, orang Swedia di belakang drum kit Gorgoroth sekaligus pemilik Monolith Studio.

Permasalahannya ada di sini: Tomas Asklund sepertinya menjadi tokoh antagonis karena mengisi tempat yang sebelumnya ditempati oleh Grim, dimana drumming-nya dianggap sebagai salah satu dari yang terbaik di scene Norwegia terutama di album “Under The Sign of Hell” (1997) bersama Gorgoroth. Akan tetapi secara teknis, Asklund dengan jam terbangnya bersama Dark Funeral dan Dissection adalah relatif seimbang dengan Grim yang juga dikenal dengan permainannya bersama Borknagar dan Immortal (Erik, may you rape the angels!). Jadi secara musisi, “Under The Sign of Hell” 1997 dan 2011 adalah relatif seimbang dan berada pada kelas yang sama. Bagaimana dengan aspek musiknya sendiri?

Track#1: “Revelation of Doom”

Track pembuka “Revelation of Doom” dimainkan dengan lebih baik pada rilisan 2011. Kenapa? Salah satu kelemahan rilisan 1997 adalah untuk track yang bertempo cepat: sound dari drum yang sangat raw dan di-mix seperti berada ‘di depan’ sound gitar membuat permainan cepat Infernus kurang dapat didengar dan dinikmati. Production yang lebih clean pada rilisan 2011 membuat kelebatan nada pada permainan cepat Infernus dapat didengar dengan lebih jelas dan sound drum berada pada porsi yang seharusnya. Mungkin inilah salah satu alasan kenapa Infernus ingin melakukan rekaman dan production ulang terhadap album ini.

Infernus 1997

Infernus pada sleeve CD rilisan 1997: raw, misterius, dan ‘dingin.’ Satu-satunya band photo pada rilisan ini.

Track#2: “Krig”

Kurang lebih sama dengan “Revelation…” Blast beats dengan production yang sangat raw membuat riffing gitar Infernus seperti berada di belakang dinding. Akan tetapi entah kenapa track rilisan 1997 terasa lebih baik dibandingkan dengan rilisan 2011. “Krig” di rilisan 2011 adalah seperti menikmati black coffee tanpa caffeine (atau JD tanpa alkohol). Ada sesuatu yang sangat substantial yang hilang pada rilisan 2011.

Track#3: “Funeral Procession”

Sekali lagi, kesan ‘dingin’ yang sebelumnya sangat terasa di rilisan 1997, pada rilisan 2011 seperti hilang dan menjadikan “Funeral Procession” rilisan 2011 seperti kehilangan ‘jiwa’-nya.

Track#4: “Profetens åpenbaring”

Sebuah track dengan nuansa Viking yang merupakan kombinasi antara clean vocal dengan sentuhan opera dan screaming vocal yang standard Pest/ Gorgoroth. Sebuah track yang menjadikan riffing gitar Infernus sebagai pusat perhatian. Versi 1997 terdengar seperti rough mix dari versi 2011. Kenapa? Tentu saja karena production di rilisan 1997 yang lebih raw, dan juga karena track ini adalah seperti anomali dari keseluruhan track2 di album ini. “Profetens åpenbaring” (“Revelations of The Prophet”) adalah track yang bernuansa epic, Viking style. Sehingga production dan mixing yang bersih justru menjadikan “Profetens…” bisa dinikmati dengan lebih baik.

Track#5: “Postludium”

Track ini tidak didapat pada rilisan 2011. Tidak masalah karena track ini juga lebih merupakan intro untuk track sesudahnya dan tidaklah mempunyai aspek musikal.  Akan tetapi terdapat sebuah kesalahan pada rilisan 2011: pada CD-nya “Postludium” tercantum sebagai salah satu track. Sepertinya ini adalah kesalahan cetak dimana masih menggunakan master yang sama dengan rilisan 1997.

Gorgoroth 2009

Gorgoroth, formasi 2009. Paling kiri adalah Frank Watkins, mantan bassist Obituary.

Track#6: “Ødeleggelse og undergang”

Pada “Ødeleggelse og undergang” (“Destruction and Doom”) rilisan 1997 sepertinya mempunyai mixing yang sedikit berbeda dengan “Revelation of Doom” dimana layer gitar berada di depan drum sehingga ketika blast beats tidaklah terlalu ‘berisik’. Bertenaga dan sangat berkarakter. Sementara itu versi 2011 dengan production yang lebih clean, kita dapat mendengar riffing dan melodi dari gitar Infernus dengan lebih jelas.  Pada track ini, baik versi 1997 maupun 2011 mempunyai keindahannya masing-masing. Versi 1997 tetap sangat berkarakter dengan sound yang raw, sementara versi 2011 mempunyai nilai plus pada sound gitar Infernus yang dapat didengarkan dengan lebih jelas, dimana riffing dan melodi gitar Infernus menjadi kekuatan pada track ini.

Track#7: “Blood Stains The Circle”

Vokal Pest yang seperti Gollum yang sedang kerasukan plus musik yang sangat sangat raw dan dingin menjadikan “Blood Stains the Circle” versi 1997 mengalahkan versi 2011 yang sangat ‘steril.’

Track#8: “The Rite of Infernal Invocation”      

Pada awalnya saya menyangka bahwa track ini adalah yang mempunyai make over paling signifikan dari keseluruhan track di rilisan 2011: durasi original di rilisan 1997 yang relatif panjang yaitu 6:49 dipangkas menjadi 3:15. Riffing gitar yang cukup catchy, ditambah dengan lead guitar yang demonic membuat track ini menjadi salah satu track terkuat di rilisan 1997. Akan tetapi rilisan 2011 yang lebih clean justru menjadikan karakter track ini menjadi lebih kuat lagi dimana hal ini adalah mirip dengan track pembuka yaitu “Revelations of Doom.” Sound gitar Infernus menjadi lebih detail dan lebih dapat dinikmati. Bagaimana dengan bagian yang hilang pada rilisan 2011 yang cukup panjang durasinya (3:34)? Jangan khawatir, Infernus hanya menghilangkan bagian-bagian yang tidak perlu. 🙂

Infernus 3

Track#9: “The Devil Is Calling”    

Track pada rilisan 2011 menjadi terdengar sangat steril dibandingkan dengan rilisan 1997. Track ini pada rilisan 2011 menjadi seperti sebuah track dengan  riffing Heavy Metal biasa dengan vokal Black Metal.  Production yang clean justru membuat sentuhan dan aura ‘dingin’ menjadi hilang. Untuk track2 yang bertempo standar (tidak cepat dan tidak pula lambat) seperti ini, rilisan 1997 yang ‘suram’ malah menjadi lebih baik dibandingkan dengan rilisan 2011 yang ‘bersih.’

Bagaimana dengan artworks dan packaging CD secara keseluruhan? Menurut saya desain cover untuk rilisan 2011 adalah lebih baik dari rilisan 1997 yang terkesan ‘datar.’ Desain untuk cover adalah dengan menggunakan foto yang sama akan tetapi pada rilisan 2011 dilakukan re-touch sehingga terkesan menjadi lebih ‘gelap’ dan ‘dingin.’ Foto-foto di sleeve CD-nya juga menjadikan rilisan 2011 lebih baik, dimana menampilkan foto dari seluruh musisi yang terlibat di dalam pembuatan album ini, sementara rilisan 1997 hanya menampilkan foto Infernus saja. Secara desain tidak ada yang istimewa baik dari rilisan 1997 maupun 2011, hanya saja rilisan 2011 masih lebih baik dari rilisan 1997.

Infernus 2

Setelah mengamati masing-masing track dan membandingkannya satu persatu untuk rilisan 1997 dan 2011, saya dapat menyimpulkan bahwa “Under The Sign of Hell” versi 2011 tidaklah seburuk seperti yang ditulis oleh media. Menurut saya rilisan 1997 masih sedikit lebih baik daripada versi 2011. Akan tetapi pada versi 2011 kita juga akan menemukan banyak perbaikan dan improvisasi yang dapat dikatakan berkelas. Sepertinya resensi-resensi yang mengatakan bahwa versi 2011 adalah sangat buruk lebih disebabkan karena “Under The Sign of Hell” adalah sebuah album yang bersifat legacy di katalog True Norwegian Black Metal. Dan sebuah legacy atau legenda sepertinya memang harus dibiarkan apa adanya.

Line Up:

  • Infernus – Guitars, Bass, Lyrics
  • Pest – Vocals
  • Tomas Asklund – Drums

Tracks:

  • Revelation of Doom – 03:00
  • Krig – 02:35
  • Funeral Procession – 02:58
  • Profetens åpenbaring – 04:26
  • Ødeleggelse og undergang – 04:15
  • Blood Stains the Circle – 02:41
  • The Rite of Infernal Invocation – 03:16
  • The Devil Is Calling – 03:01
  • The Devil Is Calling – 03:01

Catatan: track “The Devil is Calling” muncul 2 kali yaitu pada urutan 8 & 9 pada CD-nya. Sehingga rilisan 2011 adalah ‘sama’ dengan rilisan 1997 yang berjumlah 9 track (dimana track “Postludium” adalah tidak termasuk ada rilisan 2011, dan ‘digantikan’ oleh “The Devil is Calling’ yang muncul 2 kali ).

Categorised as: Black Metal, 2nd Wave Black Metal, Norwegian Black Metal

One thought on “GORGOROTH – “Under The Sign of Hell 2011” (2011): Apakah Memang Sangat Buruk?

  1. Pilihan direkam ulangnya Under the Sign of Hell tentunya sudah dipikirkan dengan matang oleh Infernus sebagai head of Gorgoroth, dan memang mumpung Pest berada di departemen vokal pada masa itu,Saya pribadi menilai keputusan Infernus untuk merekam ulang album ini , melihat dari sisi ketidakpuasan dari sisi sound yang dihasilkan. Mungkin Infernus berpikir bahwa sound di tahun 1997 tersebut belum mewakili apa yang dia inginkan, sehingga dia berpikir dengan merekam ulang-nya di tahun 2011 ‘thats how the sound it should be ‘ .

    Karena dari struktur ‘lebar’ dan ‘tebal’ nya sound yang dipilih,mengingatkan saya pada album live mereka – Live at Grieghallen, disini kita menyimak Track Revelation of Doom dan Profetens Apenbaring (walau dengan vox Gaahl) dengan komposisi sound yg jauh lebih baik dari versi asli nya. Dan karakter sound inilah yang dipertahankan oleh Infernus di proses rekaman ulang album Under the sign of hell di tahun 2011.

    But Pytten still Pytten, resep dalam mengolah sound busuk ‘necrosound’ namun detail masih terjaga inilah yang justru membuat Under the sign of hell versi asli masih menjadi salah satu trademark 2nd wave of Blackmetal yang bagi sebagian orang (termasuk saya :D) justru berpikir ..ini album sudah bagus ..jangan direkam ulang, kalaupun mau direkam lagi ya buat saja materi baru 🙂 Namun mungkin Infernus tidak mau mengulangi kesalahan dengan flop nya Quantos Possum di pasaran ,FYI hanya satu lagu yang menurut hemat saya masih memiliki ‘semangat’ old Gorgoroth yaitu Satan Prometheus

Leave a comment