IMPISH – Warkvlt (2013)

Impish-Warkvlt

Reviewed by: Riki Paramita

IMPISH, sang pendekar Black Metal dari bumi Pasundan dan album full length perdananya. Apa yang bisa kita harapkan dari sebuah rilisan lokal dengan genre Black Metal? Saya yakin bahwa rekan-rekan yang telinganya sudah terbiasa dengan Marduk, Dimmu Borgir, Emperor, Immortal, Gorgoroth, dan nama-nama impor lainnya, masih akan memberikan apresiasi yang sangat positif kalau mendengarkan rilisan Black Metal lokal: dimulai dari era embrio seperti screaming yang mengerikan Sacrilegious di “Lucifer’s Name Be Prayed”, Hellgods dengan “When The Forest Become My Kingdom”,  dilanjutkan dengan karya-karya yang lebih matang di era Metalik Klinik yang menghasilkan war anthem “Kabut Keabadian” yang menjadi lagu kebangsaan massa Black Metal di tanah air, eksistensi band-band “sakit” seperti Soulsick atau Ritual Orchestra, dan tentu saja Impish. Ada banyak sekali talenta dan karya-karya bagus yang secara diskret bermunculan di periode pertengahan 90-an sampai sekarang.  Bedanya dengan scene Black Metal yang lebih mapan, scene di negara kita masih merupakan kumulasi dari inisiatif dan kreativitas-kreativitas diskret yang bermunculan dari individu dan kelompok yang pada akhirnya melahirkan komunitas Black Metal sebagai resultan.  Kelemahannya adalah, komunitas ini belumlah menjadi sebuah sistem industri yang mapan dari segi produksi dan distribusi. Akan tetapi kelemahan ini juga bisa menjadi kekuatan, karena biasanya pada sistem yang bersifat indie atau  independen akan lebih memfasilitasi idealisme dan kejujuran dalam berkarya (being trve ov your existence), kebersamaan yang tinggi di dalam komunitas tersebut, dan karya-karya yang muncul adalah hasil kerja dari individu-individu yang mempunyai devotion dan passion yang tinggi di Black Metal.  CD “Warkvlt” dari Impish yang saat ini saya pegang adalah berasal dari individu-individu seperti yang diceritakan di atas. Sebuah kombinasi yang kompleks antara kreativitas, kejujuran berkarya, devotion, passion, orisinalitas, dan sedikit penyakit jiwa kronis. 🙂

Impish-Band

“Warkvlt” dibuka dengan “Winter in Inferno”, sebuah track yang memberikan pesan mengenai positioning Impish sebagai pengusung raw Black Metal dengan war theme. Diawali dengan intro suara angin yang entah kenapa terasa membekukan, dan kemudian masuk blastbeats drumming dengan riffing gitar yang high tuned, dan screaming vocal dari Abaddon. Sekilas sangat-sangat inspired dari Panzer Division Marduk dengan beberapa elemen dari Rotting Christ. Riffing gitar Desecrator/ Helvete bermain dengan sangat cepat mengikuti blastbeats dan ketukan  cepat Blasphemy di departemen drum. Production yang cukup bersih membuat kita masih dapat mendengarkan bass pattern dari Bathory yang menjadi tulang punggung lagu bersama dengan ketukan drum Blasphemy. Sementara itu di departemen vokal, Abaddon dengan sangat representatif menyuarakan agresi, depression, alienation, dan despair, yang merupakan emosi dan ekspresi yang esensial dari Black Metal. Shrieking, screaming, in-pain vocal style, yang sekilas seperti mengadopsi style Erik “Legion” Hagsteadt secara representatif menceritakan “Winter in Inferno”, yang sepertinya adalah cerita berdarah-darah ketika Whermacht berhadapan dengan Red Army di musim dingin yang sangat ekstrim dan kejam. Sebuah track pembuka yang sangat megah, dimana dari segi songwriting juga sangat representatif: frase “Winter in Inferno” juga sangat unik dari segi tata bahasa. “Legions marching, winter in inferno! War drums beating, winter in inferno! Weapons striking, winter in inferno!, Pagan victory, winter in inferno!”

Desecrator of Impish

Track kedua, “Apokalyptikal Battlehymn” juga merupakan track yang kuat dengan tema yang masih berhubungan dengan “Winter in Inferno”, hanya saja di sini lebih frontal dalam menggambarkan battle yang sedang terjadi. Riffing gitar di “Apokalytikal…” sekilas memperlihatkan beberapa pengaruh dari elemen Deathmetal, mengingatkan saya pada Malevolent Creation di era “The Ten Commandments.” Sebuah fusion dan eksplorasi yang cukup berani.  Sekali lagi, judul dari track “Apokalyptical Battlehymn” juga terdengar sangat unik, sebuah perpaduan kata-kata yang tepat dalam menggambarkan tema lagu dengan aksen Black Metal yang kental.  Tempo yang cepat dan tema perang dengan sangat tiba-tiba berubah ketika memasuki track ke-3: “Revenge of The Unhallowed.” Track dibuka dengan gitar dan ketukan drum yang lambat, dengan style vokal dari Abaddon yang seolah-olah menceritakan penderitaan jiwa-jiwa yang sakit, keterasingan, dan kehampaan.  Tidaklah mengherankan karena track ini adalah ditulis untuk mengenang Jon Nodtveidt, sang gitaris dan frontman Dissection yang pada saat ini jiwanya sudah terbebas dari segala permasalahan dunia (dibebaskan dengan sebuah tembakan shotgun ke kepala). Aura dari track inipun sangat dingin dan mengerikan seperti halnya “Where Dead Angels Lie.”  Sebuah tribute ke sang maestro yang sangat mengerti arti dari kegelapan dan kehampaan.  Kemudian masuk track ke-4, sebuah track berbahasa Indonesia! “Kemenangan Laskar Infidel” sepertinya memang ditulis untuk menjadi war anthem dari fans Black Metal di tanah air. Tempo yang dimainkan kembali ke pattern cepat: blastbeats. Akan tetapi entah kenapa track ini terdengar tidak sekuat 3 track sebelumnya, barangkali spelling dalam Bahasa Indonesia yang terdengar awkward apabila dibawakan ke dalam bentuk screaming vocals. Hal ini terutama terasa ketika pada beberapa line sebelum bagian ref. Memang, adalah sebuah tantangan tersendiri untuk membawakan lirik berbahasa Indonesia ke dalam format growl atau screaming vocals di ranah Death Metal atau Black Metal.  Track ke-5 adalah “Unholy Victorious Destruction”, sebuah track dalam bentuk generik dengan blastbeats dan beberapa riffing yang dipengaruhi Deathmetal. Deathmetal influenced riffing ini justru secara representatif membentuk bagian-bagian yang menarik dan menghilangkan kesan repetitif. Kritik barangkali hanya dialamatkan ke intro dari track ini yang terdengar sangat “Age of Empires.” Saya berpendapat justru intro “Halo-halo Bandung” yang terdapat pada alternate mix untuk track ini adalah lebih representatif: lebih mencerminkan self identity dan origin dari Impish sendiri (Bandung, euy!), dan juga mengacu pada penciptaan lagu “Halo-halo Bandung” yang  berasal dari medan perang sesungguhnya di kota Bandung. Bukankah Seringai juga membawakan “Lissoi” pada album mereka? 🙂  Track ke-6 “Legion Apostate” adalah sebuah pelajaran tentang blastbeats dan riffing gitar yang saling mengisi yang sinkron dengan tema pada track2 sebelumnya.  Again, dengan beberapa riffing gitar yang menarik perhatian. Track ke-7, “Tales of Malevolent Gods” adalah sebuah anomali dengan style yang lebih ke Thrash yang dimainkan dengan sangat cepat dimana hanya Abaddon yang tersisa yang berada di dalam norma Black Metal. Secara topik, track ini juga berbeda dengan track2 sebelumnya. Kemudian masuk track ke-8, “Lycanthrophy” yang juga merupakan anomali dari sisi songwriting. Sesuai dengan judulnya, track ini bercerita tentang Lycanthropus Erectus yang merupakan sekuel dari “Shadows of The Fullmoon”, sebuah single lawas dari band ini. Anomali semakin terasa karena justru track inilah yang menurut saya mempunyai karakter terkuat di keseluruhan album. Riffing gitar yang menarik yang seolah-olah beradu cepat dengan blastbeats. Pada 1:36 kita dapat mendengar duet gitar dan bass dengan sangat cepat, sementara Abaddon berteriak “Lycantroophy…” Menariknya, pada bonus track di paket album ini, kita juga dapat mendengarkan versi original dari “Shadows of The Fullmoon” yang dari segi sound adalah sangat raw dan mengambil format seperti sound  Behemoth di era awal. Cukup memberikan refreshment untuk paket album ini secara keseluruhan.

Impish-Band2

Secara keseluruhan Impish – “Warkvlt” adalah sebuah karya Black Metal yang dimainkan dengan sangat baik sekali. Album ini adalah salah satu dari sedikit rilisan Black Metal lokal yang sangat kuat dalam hal songwriting, pemilihan theme, dan artworks. Topik yang dipilih dalam penulisan lagu juga sangat representatif dan tidak terjebak di topik-topik yang terkesan dangkal dan cheesy (salah satu perangkap klasik dalam menulis track Black Metal). Production untuk album ini juga sangat bersih dan tidak over produced, sehingga sound yang dihasilkan pun masih terdengar organik. Desecrator sebagai main songwriter menjalankan tugasnya dengan sangat baik dan menjadikan “Warkvlt” sebagai Black Metal tales yang berkelas. Masing-masing musisi yang terlibat di dalam pembuatan album ini juga sangat mengerti bidangnya: Desecrator dan Helvete di departemen gitar berhasil menjaga track2 Impish dari perangkap repetitif dan sound yang monoton, melalui kreativitas mereka sebagai rhythm master. Sementara Blasphemy dan Bathory menjaga Impish untuk konsisten di ketukan cepat tanpa menjadi membosankan dan miskin variasi. Dan tentu saja, jangan lupakan Abaddon: voice of Impish yang secara representatif menyuarakan agresi, depresi, rasa sakit, keterasingan, kehampaan, sekaligus pencarian yang merupakan elemen-elemen penting untuk Black Metal. Mereka berlima adalah musisi yang sangat mengerti bidangnya dengan passion dan devotion yang tidak perlu dipertanyakan lagi di domain Black Metal di tanah air. Apakah mereka berempat adalah musisi yang akan mengangkat Black Metal ke tingkatan berikutnya di blantika musik keras di tanah air? Saya yakin kita semua tidak tahu jawabannya, akan tetapi saya juga yakin bahwa mereka berlima akan terus berkarya.

Last but not least, saya ingin mengatakan bahwa “Kabut Keabadian” akan selalu menjadi war anthem di kalangan fans Black Metal di tanah air. Akan tetapi Impish – “Warkvlt” akan diperlakukan sama halnya dengan fans Thrash/ Heavy Metal di tanah air memperlakukan Roxx – Self Titled (Black album): sebagai sebuah milestone yang signifikan di genre-nya. Segala macam bentuk kontroversi dan dispute hanya akan menambah status kvlt & legend dari album ini.

Line Up :

  • Desecrator – Guitar
  • Helvete – Guitar
  • Abaddon – Vocals
  • Blasphemy – Drums, Programming
  • Bathory – Bass

Tracks :

  1. Winter in Inferno – 04:18
  2. Apokalyptikal Battlehymn – 03:50
  3. Revenge of the Unhallowed – 03:30
  4. Kemenangan Laskar Infidel – 03:31
  5. Unholy Victorious Destruction – 03:17
  6. Legion Apostate – 04:53
  7. Tales of Malevolent Gods – 03:44
  8. Lycanthrophy (Shadows of the Fullmoon pt.2) – 02:37
  9. Blasphemer (Sodom Cover) – 02:40

Bonus Tracks:

  1. Apokalyptikal Battlehymn (Alternate mix)
  2. Unholy Victorious Destruction (Alternate mix)
  3. Blasphemer (Sodom cover, alternate mix)
  4. Shadows of The Fullmoon

Categorised as: Black Metal, Raw Black Metal, War Black Metal

2 thoughts on “IMPISH – Warkvlt (2013)

    • Hail to Warkvlt! Tetap produktif dalam berkarya! Fun dan happiness adalah ketika kita mengeluarkan sebuah karya. Musik adalah untuk fun dan happiness tadi. Bukan untuk berkompetisi atau sebagai media untuk memperlihatkan bahwa yang satu lebih baik dari yang lain. Keberagaman pemikiran seharusnya menjadi asset untuk memajukan Black Metal di tanah air. Bukan sebaliknya. Btw, selamat untuk Warkvlt yang termasuk ke dalam daftar ‘Best Indonesian Black Metal Albums’ versi bestblackmetalalbums.com! Horns up!

Leave a comment