Resensi Klasik: GORGOROTH – “Quantos Possunt ad Satanitatem Trahunt” (2009)

Gorgoroth 2009

Gorgoroth formasi 2009: Frank Watkins (Bass), Infernus (Gitar), Skyggen (Gitar), Pest (Vokal), dan Vyl (Drums). Skyggen dan Vyl adalah additional musician untuk live session.

Gorgoroth-QPAST

Shortly Reviewed by: Riki Paramita

“Quantos Possunt ad Satanitatem Trahunt” (2009) menandakan era baru di Gorgoroth dimana sang founding father dan konseptor dari band ini, yaitu Infernus (aka Roger Tiegs) kembali memegang peranan yang signifikan dalam proses kreatif untuk penulisan lagu, komposisi musik, dan tema dari album. Sebelumnya, kurang lebih selama 8 tahun ke belakang driving forces di dalam tubuh Gorgoroth dipegang oleh duet Gaahl (aka Kristian Espedal) dan King ov Hell (aka Tom Cato Visnes) mulai dari penulisan lagu, komposisi musik, tema album, bahkan sampai proses kreatif di desain stage act (masih ingat Krakow gigs yang kontroversial?). Pasca perpisahan yang kisruh dengan Gaahl dan King ov Hell, Infernus kembali menghimpun kekuatan untuk menentukan arah Gorgoroth selanjutnya melalui album ini, “Quantos Possunt ad Satanitatem Trahunt” (untuk selanjutnya disebut dengan “QPAST”). Continue reading

GOD SEED – “I Begin” (2012): Menyimak Kiprah dari ‘Gorgoroth Perjuangan’

God Seed-I Begin

Reviewed by: Riki Paramita

Dan keputusan pengadilan pun sudah bulat. Hari itu, pada 10 Maret 2009, pengadilan di Norwegia (Oslo District Court) menetapkan keputusan mengenai hak cipta dan hak paten terhadap nama “Gorgoroth”: Infernus (Roger Tiegs) diputuskan sebagai pemegang hak paten yang sah terhadap nama Gorgoroth dan dengan begitu hak paten yang sebelumnya didaftarkan atas nama King ov Hell (Tom Cato Visnes) dan Gaahl (Kristian Espedal) menjadi invalid. Pengadilan memutuskan bahwa Infernus adalah pemilik sah dari nama Gorgoroth dan keterlibatan Infernus di Gorgoroth adalah sesuatu yang mutlak dimana tidak mengikutsertakan Infernus di dalam aktivitas Gorgoroth adalah bertentangan dengan undang-undang paten di Norwegia kecuali hal tersebut adalah keputusan pribadi dari Infernus sendiri. Bagi King ov Hell dan Gaahl, hal ini adalah seperti melakukan stage diving akan tetapi kemudian para penonton justru menghindar dan mereka jatuh ke lantai venue dengan kepala terlebih dahulu: menyakitkan sekaligus memalukan. Continue reading

GORGOROTH – “Under The Sign of Hell 2011” (2011): Apakah Memang Sangat Buruk?

Gorgoroth-Under 2011Article Written by: Riki Paramita

Setelah merilis “Quantos Possunt Ad Satanitatem Trahunt” pada 2009, Gorgoroth memasuki babak baru dari life cycle-nya sebagai elite di domain Black Metal. Sebuah era dimana Infernus, sang gitaris dan konseptor, kembali berperan secara sangat signifikan dalam penulisan track dan konsep album, setelah sebelumnya  sempat banyak diintervensi oleh Gaahl (Vokal) & King ov Hell (Bass) terutama pada periode “Incipit Satan” (2000) sampai “Ad Majorem Sathanas Gloriam” (2006). Hasilnya? “Quantos…” kembali menarik hati para purist di domain Black Metal dan album ini seringkali disebut-sebut sebagai bagian ke-3 dari trilogi “Pentagram” (1994) dan “Antichrist” (1996). Sementara itu “Under The Sign of Hell” (1997) masih disebut-sebut sebagai puncak dari Gorgoroth. Apakah hal ini yang mendorong Infernus untuk melakukan rekaman ulang terhadap materi-materi “Under The Sign of Hell” Continue reading

WARKVLT – In Nomine Odium (Single, 2013)

Warkvlt-In Nomine Odium

Reviewed by: Riki Paramita

IN NOMINE ODIUM, sebuah single terbaru dari Warkvlt setelah sebelumnya merilis album dengan judul yang sama di dalam periode Impish yang merupakan pre-Warkvlt. Dengan argumen ini tentunya kita dapat menyebut Impish – “Warkvlt” (2013) sebagai pre-full length album dari band ini yang dapat kita jadikan benchmark terhadap “In Nomine Odium” sebagai agresi mereka yang terbaru (Catatan: beberapa resensi barangkali akan menyebut Impish-“Warkvlt” (2012) sebagai pre-full length album dari Warkvlt atau Warkvlt dengan self titled, akan tetapi secara official “In Nomine Odium” adalah rilisan pertama dari band ini dengan nama Warkvlt. It doesn’t matter at all, karena saya lebih tertarik untuk fokus ke karya mereka sebagai point of reference).

Continue reading

IMPISH – Warkvlt (2013)

Impish-Warkvlt

Reviewed by: Riki Paramita

IMPISH, sang pendekar Black Metal dari bumi Pasundan dan album full length perdananya. Apa yang bisa kita harapkan dari sebuah rilisan lokal dengan genre Black Metal? Saya yakin bahwa rekan-rekan yang telinganya sudah terbiasa dengan Marduk, Dimmu Borgir, Emperor, Immortal, Gorgoroth, dan nama-nama impor lainnya, masih akan memberikan apresiasi yang sangat positif kalau mendengarkan rilisan Black Metal lokal: dimulai dari era embrio seperti screaming yang mengerikan Sacrilegious di “Lucifer’s Name Be Prayed”, Hellgods dengan “When The Forest Become My Kingdom”,  dilanjutkan dengan karya-karya yang lebih matang di era Metalik Klinik yang menghasilkan war anthem “Kabut Keabadian” yang menjadi lagu kebangsaan massa Black Metal di tanah air, eksistensi band-band Continue reading

DIMMU BORGIR – In Sorte Diaboli (2007)

Dimmu Borgir-In Sorte

Reviewed by: Riki Paramita, Jan 17, 2008 at 2:59 PM.

Adalah sebuah kesalahan besar apabila metalheads melewatkan rilisan anyar dari Dimmu Borgir ini yang bisa jadi merupakan sebuah milestone yang sangat representatif dalam upaya menjadikan Black Metal sebagai sebuah bentuk seni yang legitimate (a legitimate form of art). Pada mulanya saya cenderung menjagokan Emperor sebagai band Black Metal yang akan membawa Black Metal ke level yang lebih tinggi di blantika metal dunia, akan tetapi non-aktifnya Emperor menghasilkan album sejak Prometheus…(2001), dan perkembangan yang luar biasa pada Dimmu Borgir di tahun2 belakangan ini menjadikan ‘the chosen one’ sepertinya tidak akan jauh dari Shagrath dan seluruh personil dari kastil kegelapan (Dimmu Borgir = ‘dark castle’).

Continue reading

BEHEMOTH – The Apostasy (2007)

Behemoth-The Apostasy

Reviewed by: Riki Paramita, Oct 5, 2007 11:24 AM.

BEHEMOTH, band extreme metal Polandia yang melewati batas norma  Black Metal dan Death Metal kembali hadir dengan album terbaru mereka The Apostasy. Kesan pertama ketika melihat artwork album ini adalah sebuah album yang merupakan ekstensi dari konsep yang sudah mereka rumuskan sejak di era “Satanica” (1999), “Thelema Six” (2000), “Zos Kia Kultus” (2002), dan sampai pada akhirnya mencapai tingkat masterpiece pada “Demigod” (2004). Kalau “Satanica” adalah album yang bersifat breakthrough untuk shifting mereka ke gerbang Death Metal sound (sebelumnya Behemoth adalah band Black Metal dengan sound yang relatif raw dan primitif); dan “Demigod” adalah breakthrough untuk konsep, songwriting, dan soundscape; maka kata-kata apa yang tepat untuk menggambarkan “The Apostasy”?

Continue reading