DREAM THEATER dan “Dream Theater” (Self Titled, 2013)

Dream Theater-S:TArticle written by: Riki Paramita

Sebuah self titled album, apabila dirilis setelah sebuah band eksis di genre-nya (dengan beberapa album) adalah lebih dari sekedar album ‘berikutnya’ melainkan sudah menjadi sebuah personal statement: sebuah personal statement tentang eksistensi, differensiasi dalam bermusik, perspektif pemikiran, dan seringkali menjadi semacam summary dari eksistensi band tersebut secara keseluruhan. Sebuah penegasan mengenai identitas dari band itu sendiri: sebuah album yang apabila didengarkan, diharapkan akan memberikan deskripsi yang relatif komprehensif dari band tersebut, dan tidak hanya berisikan tema atau topik yang seringkali bersifat diskret yang ditampilkan pada album-album ‘biasa.’ Singkat kata, sebuah self titled (terutama apabila bukan album yang pertama) akan memberikan tekanan psikologis tersendiri ke band yang bersangkutan untuk menghasilkan sebuah masterpiece dimana Continue reading

Top 20 Album Death Metal Menurut beyondheavymetal.com (Bagian 2 dari 2)

Deranged-Band

Deranged, salah satu aksi Death Metal dari Swedia.

Article written by: Riki Paramita

DEATH METAL: barangkali ini adalah salah satu musik dalam bentuk yg paling ekstrim yang pernah dimainkan oleh manusia; riff gitar yang cepat dan berat, ketukan drum yang seperti senapan mesin, dan vokal dalam format growl atau deep growl. Singkat kata: ekstrim! Kalau dianalogikan ke karya seni lain seperti seni rupa atau lukisan, barangkali ini adalah bentuk lukisan yang paling abstrak seperti karya Pablo Picasso atau Salvador Daly. Seperti halnya karya Picasso dan Daly, meskipun “abstrak” genre Death Metal tetap mempunyai komunitasnya tersendiri yang sangat loyal pada karya2 musisi di genre ini, meskipun jumlahnya (barangkali) tidak sebanyak komunitas genre2 lain yang lebih populer.

Bagian 2:

Continue reading

Top 20 Album Death Metal Menurut beyondheavymetal.com (Bagian 1 dari 2)

Erik Rutan

Erik Rutan dari Hate Eternal.

Article written by: Riki Paramita

DEATH METAL: barangkali ini adalah salah satu musik dalam bentuk yg paling ekstrim yang pernah dimainkan oleh manusia; riff gitar yang cepat dan berat, ketukan drum yang seperti senapan mesin, dan vokal dalam format growl atau deep growl. Singkat kata: ekstrim! Kalau dianalogikan ke karya seni lain seperti seni rupa atau lukisan, barangkali ini adalah bentuk lukisan yang paling abstrak seperti karya Pablo Picasso atau Salvador Daly. Seperti halnya karya Picasso dan Daly, meskipun “abstrak” genre Death Metal tetap mempunyai komunitasnya tersendiri yang sangat loyal pada karya2 musisi di genre ini, meskipun jumlahnya (barangkali) tidak sebanyak komunitas genre2 lain yang lebih populer. Continue reading

Mengenang SUFFOCATION Live di Jakarta (2007)

Suffocation-Band 2007

Suffocation, formasi 2007: Mike Smith (Drum), Derek Boyer (Bass), Frank Mullen (Vokal), Guy Marchais (Gitar), Terrance Hobbs (Gitar).

Reported by: Riki Paramita

Binded, Tortured, and Finally Got Killed: SUFFOCATION Live in Jakarta 2007

  • Even: Suffocation, Infecting Indonesia Tour 2007
  • Venue/ Date: Jakarta, 12 Agustus 2007, Pantai Festival Ancol
  • Opening Act: Panic Disorder, Kumal, Purgatory, Jasad, Tengkorak
  • Event Organizer: Mipro (Boss Ucok)

Catatan: versi original dari artikel ini pernah di-posting di mailing list i-Rock!, pada 14 Agustus 2007.

First of all,  saya ingin mengucapkan terima kasih dan salut yang sebesar2nya ke rekan2 Mipro, terutama Boss Ucok, yang sudah bersusah payah mendatangkan Suffocation ke Indonesia. You rule brothers! Well, saya bukanlah ‘the chosen one’ seperti rekan2 even organizer, musisi Extreme Metal lokal, atau para kontributor lainnya yang secara signifikan berkontribusi untuk dunia Metal di tanah air. I am nobody from nowhere. Kontribusi saya barangkali hanyalah pada level selemah-lemahnya ‘iman Metal’; yaitu menjadi Metalhead yang akan terus konsisten datang ke even2 Metal (Catatan penulis: hal ini sangat tidak konsisten, karena dari 2008 sampai 2013 aktivitas consulting secara telak mengalahkan aktivitas Metal :-(), membeli rilisan original dari musisi2 Metal lokal (masih konsisten sampai 2013 :-)), dan pada beberapa kesempatan menulis hal-hal yang positif tentang Metal (I’m trying! 🙂 2013); sehingga Metal tidak disalahartikan sebagai sub-kultur marginal yang seringkali berkonotasi negatif. Continue reading

Manajemen Perubahan: Cerita Tentang Tom Angelripper dan Gitar Bass-nya

Thomas Sucht Angelripper

Tom Angelripper dari Sodom, band Thrash Metal Jerman.

Article Written by: Riki Paramita

Catatan: versi original dari artikel ini pernah di-posting di mailing list i-Rock!, pada 6 Juni 2007 menjelang konser Sodom di Jakarta.

Ruhr – Gelsenkirchen,  Jerman Barat, 1980: Ruhr, sebuah kota kecil yang terletak di antara Essen dan Bochum, adalah salah satu kota industri yang menyokong sistem industri di tanah Bavaria. Ruhr mensuplai industri di negara Jerman Barat (1980, masih Jerman Barat) dengan hasil tambangnya yang melimpah, seperti batu bara dan biji besi. Masyarakat di kota tsb secara garis besar masih bersifat komunal, yang ditandai dengan sedikitnya keberagaman profesi  dan cara hidup; tidak mengherankan, karena sebagian besar penghuni kota kecil ini berprofesi sebagai pekerja tambang. Profesi yang sejak revolusi industri di Jerman, diwariskan turun temurun oleh seorang bapak ke anaknya, anaknya ke anaknya lagi, dan seterusnya. “Inherited fate” ini terjadi dari satu generasi ke generasi seterusnya.   Singkat kata, masyarakat di kota Ruhr ini seperti terbelenggu dengan rutinitas, pola pikir, dan bahkan “takdir” mereka sebagai pekerja tambang. Sepertinya tidak ada jalan lain untuk hidup. Continue reading

WARKVLT – In Nomine Odium (Single, 2013)

Warkvlt-In Nomine Odium

Reviewed by: Riki Paramita

IN NOMINE ODIUM, sebuah single terbaru dari Warkvlt setelah sebelumnya merilis album dengan judul yang sama di dalam periode Impish yang merupakan pre-Warkvlt. Dengan argumen ini tentunya kita dapat menyebut Impish – “Warkvlt” (2013) sebagai pre-full length album dari band ini yang dapat kita jadikan benchmark terhadap “In Nomine Odium” sebagai agresi mereka yang terbaru (Catatan: beberapa resensi barangkali akan menyebut Impish-“Warkvlt” (2012) sebagai pre-full length album dari Warkvlt atau Warkvlt dengan self titled, akan tetapi secara official “In Nomine Odium” adalah rilisan pertama dari band ini dengan nama Warkvlt. It doesn’t matter at all, karena saya lebih tertarik untuk fokus ke karya mereka sebagai point of reference).

Continue reading

IMPISH – Warkvlt (2013)

Impish-Warkvlt

Reviewed by: Riki Paramita

IMPISH, sang pendekar Black Metal dari bumi Pasundan dan album full length perdananya. Apa yang bisa kita harapkan dari sebuah rilisan lokal dengan genre Black Metal? Saya yakin bahwa rekan-rekan yang telinganya sudah terbiasa dengan Marduk, Dimmu Borgir, Emperor, Immortal, Gorgoroth, dan nama-nama impor lainnya, masih akan memberikan apresiasi yang sangat positif kalau mendengarkan rilisan Black Metal lokal: dimulai dari era embrio seperti screaming yang mengerikan Sacrilegious di “Lucifer’s Name Be Prayed”, Hellgods dengan “When The Forest Become My Kingdom”,  dilanjutkan dengan karya-karya yang lebih matang di era Metalik Klinik yang menghasilkan war anthem “Kabut Keabadian” yang menjadi lagu kebangsaan massa Black Metal di tanah air, eksistensi band-band Continue reading

DIMMU BORGIR – In Sorte Diaboli (2007)

Dimmu Borgir-In Sorte

Reviewed by: Riki Paramita, Jan 17, 2008 at 2:59 PM.

Adalah sebuah kesalahan besar apabila metalheads melewatkan rilisan anyar dari Dimmu Borgir ini yang bisa jadi merupakan sebuah milestone yang sangat representatif dalam upaya menjadikan Black Metal sebagai sebuah bentuk seni yang legitimate (a legitimate form of art). Pada mulanya saya cenderung menjagokan Emperor sebagai band Black Metal yang akan membawa Black Metal ke level yang lebih tinggi di blantika metal dunia, akan tetapi non-aktifnya Emperor menghasilkan album sejak Prometheus…(2001), dan perkembangan yang luar biasa pada Dimmu Borgir di tahun2 belakangan ini menjadikan ‘the chosen one’ sepertinya tidak akan jauh dari Shagrath dan seluruh personil dari kastil kegelapan (Dimmu Borgir = ‘dark castle’).

Continue reading

HATE ETERNAL – Fury & Flames (2008)

Hate Eternal-Fury

Reviewed by: Riki Paramita, Mar 11, 2008 1:24 PM.

HATE ETERNAL  (Baca: ERIK RUTAN) telah kembali, sang future king of Death Metal telah kembali, dengan sederet muka baru yang cukup berhasil menterjemahkan visi “the demon” (julukan Erik Rutan) ke dalam track2 Death Metal yang cepat, keras, teknikal, berkarakter, sekaligus berkelas. Hate Eternal memang seringkali disebut sebagai band pribadi Erik Rutan. Akan tetapi dukungan dari rekan2 musisi yang lain sangatlah berpengaruh terhadap resultan yang hendak dicapai, yaitu kualitas dari musik Hate Eternal sendiri. “Conquering the Throne” (1999) adalah sebuah euphoria pertama bagi Erik Rutan setelah lepas dari Morbid Angel; dan diimbangi oleh Doug Cerrito (gitar) dari Suffocation, sehingga sound yang dihasilkan secara garis besar adalah hybrid antara Suffo sound & Morbid Angel sound. Pengaruh dari band mereka

Continue reading

SERINGAI – Serigala Militia (2007)

Seringai-Serigala MIlitia

Shortly Reviewed by: Riki Paramita, Mon, Dec 10, 2007 at 10:35 AM.

SERINGAI – Serigala Militia adalah sebuah rilisan yang brilian. Yang menarik perhatian saya pada rilisan ini adalah pendefinisian konsep album & penulisan lirik yang dilakukan dengan sangat serius sehingga pada akhirnya menghasilkan track2 yang tidak saja kuat secara musikalitas tetapi juga kuat dalam konsep, lirik, dan tema album secara keseluruhan.  Perhatikan lirik2 pada “Mengadili Persepsi (Bermain Tuhan)” atau “Citra Natural”; Seringai adalah lebih dari sekedar anak2 Harley yg bermain Metal: mereka juga menawarkan pemikiran yang relatif dalam yang dipandang dari perspektif youngsters yang sudah muak dengan segala hypocrisy di kehidupan sehari2. Sangat straightforward tanpa terkesan dangkal; dalam tanpa terkesan sok tahu atau menggurui. Konsep & lirik barangkali adalah salah satu bagian

Continue reading

OBITUARY – Xecutioner’s Return (2007)

Obituary-Return

Reviewed by: Riki Paramita, Nov 5, 2007 11:03 AM.

OBITUARY kembali merilis album terbarunya, 2 tahun setelah “Frozen in Time” (2005). Album Obituary kali ini digarap dengan sangat serius dengan judul yang sangat provokatif: “Xecutioner’s Return.” Resensi mengenai album ini akan dinarasikan dalam bentuk dialog imajiner antara 2 orang anak Metal lama (baca: tua) yang kembali bernostalgia dengan Obituary. Adegannya kira2 adalah 2 orang konsultan yang sedang on bench yang merupakan sahabat lama sejak SMA (sekarang SMU), dimana masa SMA mereka adalah zamannya Sepultura – “Arise”, Suffocation – “Effigy of The Forgotten”, dan tentu saja Obituary – “Cause of Death”:

X: Woi bro.. serius banget. Lagi dengerin apa sih? Beyonce yang baru ya?

Y: Hehehe ngaco! Ini Obituary yang baru bro. Baru gw rip ke dalam i-pod gue. Album “Xecutioner’s Return.” Jangan salah, ‘Xecutioner’-nya tidak pake ‘E’ ya. Mengacu ke nama Continue reading

MONSTROSITY – Spiritual Apocalypse (2007)

Monstrosity-Spiritual

Reviewed by: Riki Paramita, Oct 23, 2007 4:16 PM.

MONSTROSITY adalah salah satu band yang bersifat underrated di domain Death Metal. Apabila kita berbicara mengenai originator dan main act di genre ini (Death Metal+Blastbeats)  pembicaraan selalu mengarah ke Morbid Angel, Suffocation, Cannibal Corpse, Deicide, atau Malevolent Creation. Untuk generasi berikutnya, publik lebih cenderung untuk membicarakan Dying Fetus atau Cryptopsy. Sementara itu untuk modern Death Metal, nama2 yang disebut tidak akan jauh2 dari Nile, Behemoth, Hate Eternal, atau Arch Enemy. Apa yang salah dengan Monstrosity? Padahal Monstrosity adalah band yang lahir pada periode awal pertumbuhan Death Metal pada akhir 80-an dan termasuk salah satu band yang disegani di Floridian Death Metal scene, yg merupakan ‘kota suci’ untuk Death Metal. Karya2 mereka dapat  Continue reading

DISSECTION – Reinkaos (2006)

Dissection-Reinkaos

Reviewed by: Riki Paramita, Oct 23, 2007 4:16 PM.

DISSECTION, hantu Black/ Death Metal dari Swedia pada 2006 yang lalu merilis “Reinkaos”; album yang akan menjadi rilisan terakhir mereka – paling tidak album terakhir yang melibatkan frontman/ gitaris mereka Jon Nodtveidt. Seperti yang kita ketahui, pada Agustus 2006 yang lalu, Jon Nodtveidt merasa bahwa dia sudah mendapatkan semua yang dia inginkan di dunia ini, dan merasa sudah mencapai apa yang seharusnya dia capai (achieved).  Jon kemudian menulis surat ke orang2 terdekatnya, menyalakan beberapa lilin dengan formasi lingkaran di apartemennya, dan kemudian di tengah lingkaran lilin tersebut Jon meledakkan kepalanya sendiri dengan sebuah shotgun. Bum ! Game over untuk Jon Nodveidt. Another fallen musician with “insanely genius” or “brilliant stupidity.”  Kita skip saja  cerita mengenai Jon dan keterlibatannya Continue reading