
Reviewed by: Riki Paramita, Jan 17, 2008 at 2:59 PM.
Adalah sebuah kesalahan besar apabila metalheads melewatkan rilisan anyar dari Dimmu Borgir ini yang bisa jadi merupakan sebuah milestone yang sangat representatif dalam upaya menjadikan Black Metal sebagai sebuah bentuk seni yang legitimate (a legitimate form of art). Pada mulanya saya cenderung menjagokan Emperor sebagai band Black Metal yang akan membawa Black Metal ke level yang lebih tinggi di blantika metal dunia, akan tetapi non-aktifnya Emperor menghasilkan album sejak Prometheus…(2001), dan perkembangan yang luar biasa pada Dimmu Borgir di tahun2 belakangan ini menjadikan ‘the chosen one’ sepertinya tidak akan jauh dari Shagrath dan seluruh personil dari kastil kegelapan (Dimmu Borgir = ‘dark castle’).

Dimmu Borgir, seperti sering didengar sejak dari rilisan 1997 yaitu “Enthrone Darkness Triumphant”; seringkali disebut sebagai band yang tidak dapat dikategorikan sebagai ‘Trve Black Metal’ karena permainan mereka yang cenderung sangat memperhatikan harmonisasi antar instrumen, bervariasi dalam hal tempo lagu, peranan keyboard yang sangat dominan, dan sound gitar yang terdengar seperti Thrash-style. Entah siapa yang mendefinisikan batasan dari ‘Trve Black Metal’ ini, apabila ‘Trve Black Metal’ diterjemahkan sebagai permainan yang raw, evil, dan gelap seperti Mayhem – “De Misteriis Dom Sathanas” (1993) atau Darkthrone – “Transylvanian Hunger” (1994), maka Dimmu Borgir tentu saja tidak dapat dikategorikan satu domain dengan nama2 besar tadi. Akan tetapi bukankah baik Darkthrone maupun Mayhem juga sudah mengalami evolusi dari segi sound maupun self concept? Jadi siapa yang paling ‘trve’? Tidak penting! Dimmu Borgir adalah band yang berideologi gelap dengan ciri2 musik Black Metal yang pekat (screaming vocals, blastbeats, haunting keyboards), dengan berbagai modifikasi di beberapa bagian seperti adanya clean vocals yang bernuansa opera dan musik orkestra yang membuat musik Dimmu Borgir menjadi begitu megah dan relatif kompleks. Singkat kata, Dimmu Borgir adalah wujud dari Black Metal modern; award winning Black Metal!

“In Sorte Diaboli” dibuka dengan track “The Serpentine Offering” yang dengan megah menggambarkan maksud dari “In Sorte…” secara keseluruhan. Sebuah track yang dibuka dengan epic-style intro yang sekilas seperti theme2 yang sering dipakai di trilogi Lord of the Rings atau theme yang mengiringi pertarungan light-sabre antara Darth Vader dan Luke Skywalker :-). Sebuah intro yang sangat megah dan tiba2 kita dikejutkan dengan gemuruh gitar Silenoz dan double bass Hellhammer. Kemudian enter vokal Shagrath yang sangat evil: “My decent is the story of everyman, I am hatred, darkness and despair. My decent is the story of everyman, I am hatred, darkness and despair.” Vokal Shagrath tidaklah terlalu shrieking atau high pitch seperti kebanyakan style vokal Black Metal, tetapi lebih growl-style meneruskan ‘tradisi’ Dimmu Borgir sejak era “Enthroned…”. Duet Silenoz dan Galder di departemen gitar juga lebih cenderung ke Thrash-style riff dengan duet lead & rhythm yang cukup clean dari segi production (thanks to Fredrik Nordström), jadi kita tidak akan menemukan ‘guitar layer’ yang tebal dan ‘berisik’ seperti kebanyakan Black Metal tradisional. Sementara itu ICS Vortex lebih menarik perhatian dengan clean vocals-nya yang bernuansa opera ketimbang permainan bass-nya. Vocal style dari ICS Vortex ini memberikan image yang lebih ‘dingin’ dan ‘gelap’ untuk musiknya Dimmu Borgir, dan memberikan blueprint bagaimana seharusnya clean vocals bisa ‘match’ dengan Black Metal tanpa terkesan ‘dipaksakan.’ Ada banyak sekali band Black Metal yang gagal dengan eksperimen clean vocals ini, dan Dimmu Borgir adalah sebuah pengecualian. Departemen drums? Jangan khawatir, kali ini Dimmu Borgir diperkuat oleh drummer yang sangat berkarakteristik Black Metal, yaitu Hellhammer. Hellhammer adalah salah satu musisi yang mendefinisikan Black Metal di awal 2nd wave untuk genre ini di Norwegia sana bersama dengan Mayhem, the Godfather of Black Metal. Pengalaman Hellhammer memperkuat band2 dengan karakterisitik sound yang beraneka ragam (ie: Mayhem, Covenant, Gorgoroth, sampai Arcturus) menjadikan struktur lagu Dimmu Borgir di album ini tidak terpaku pada pattern ‘cepat’ saja, tetapi juga menjelajahi tempo-tempo yang lebih bervariasi. Sementara itu di departemen keyboards, Mustis memberikan aura evil sekaligus megah melalui permainan keyboards-nya dan menjadikan musik Dimmu Borgir sangat berkarakteristik, sekaligus memperkuat peranan keyboards di genre ini. Dari sisi musisi dan musisicianship, “In Sorte Diaboli” adalah sebuah karya yang megah dan kompleks, yang akan membawa Black Metal ke tingkatan yang lebih tinggi.
Track2 di album “In Sorte…” ini adalah saling berhubungan satu sama lain, dan membentuk cerita mengenai ‘attractiveness of the dark side’ yang bersifat bersambung di album Dimmu Borgir berikutnya.
Line Up:
- Stian Thoresen (aka. “Shagrath”) – Vocals
- Sven Atle Kopperud (aka. “Silenoz”) – Rhythm Guitar/Vocals
- Thomas Rune Andersen (aka. “Galder”) – Lead Guitar
- Simen Hestæs (aka. “ICS Vortex” ) – Bass, Clean Opera Vocals
- Øyvind Johan Mustaparta (aka “Mustis”) – Keyboards
- Jan Axel Von Blomberg (aka “Hellhammer”) – Drums
Tracks:
- The Serpentine Offering – 5:09
- The Chosen Legacy – 4:16
- The Conspiracy Unfolds – 5:23
- The Sacrilegious Scorn – 4:00
- The Fallen Arises – 2:59
- The Heretic Hammer (North American Bonus Track) – 4:37
- The Sinister Awakening – 5:09
- The Fundamental Alienation – 5:17
- The Invaluable Darkness – 4:44
- The Foreshadowing Furnace – 5:49
Categorised as : Symphonic/ Melodic Black Metal, Modern Black Metal
