INFERNAL WAR “Axiom” (2015): Sebuah Nyanyian Perang Penuh Amarah dan Adrenalin dari Polandia

Infernal War 2015 2

Infernal War dengan formasi 2015: Vaneth “Triumphator” (Gitar), Herr Warcrimer (Vokal), Zyklon (Gitar), Krzysztof “Godcrusher” Michalak (Bass), dan Paweł “Stormblast” Pietrzak (Drum). Para ‘penjahat perang’ dari Polandia ini telah kembali dengan “Axiom” sebagai nyanyian perang mereka yang terbaru di 2015. Foto: http://decibelmagazine.com.

Infernal War - Axiom

Reviewed by: Riki Paramita

INFERNAL WAR kembali merilis full length album setelah 8 tahun ‘menghilang’. Full length album mereka yang terakhir adalah “Redesekration: The Gospel of Hatred and Apotheosis of Genocide” yang dirilis pada tahun 2007. Di rentang 2007 sampai dengan 2015, Infernal War hanya sempat merilis 1 EP (“Conflagator”, 2009), 1 split album (“Transfiguration”, 2010), dan 1 kompilasi (“Chronicles of Genocide”, 2014). Apa yang menyebabkan mereka vakum begitu lama? Sepertinya ini hanyalah masalah fokus para musisi di Infernal War yang terbagi antara meneruskan Infernal War dan proyek-proyek lainnya seperti Voidhanger atau Iperyt. Dimana hal ini dirasakan cukup menyebalkan bagi fans yang menunggu begitu lama untuk rilisan Infernal War yang baru, seperti halnya saya. 🙂 Sehingga ketika Infernal War mengumumkan bahwa mereka akan merilis “Axiom” sebagai full length album mereka yang ke-3 di Desember 2014 yang lalu, maka tanggal dirilisnya album tersebut pada 17 April 2015 menjadi hari yang sangat ditunggu-tunggu. Setelah mendengarkan 11 track pada album ini, deksripsi yang paling tepat untuk Infernal War “Axiom” adalah: sebuah album Death Metal yang penuh amarah dan adrenalin, berkecepatan tinggi, akan tetapi tidak bersifat repetitif apalagi membosankan untuk disimak. Death Metal? Sepertinya Infernal War di “Axiom” memang lebih tepat untuk dideskripsikan sebagai Death Metal. Aspek-aspek Black Metal yang membuat mereka sangat unik sebagai pengusung Blackened Death Metal di 2 full length album sebelumnya adalah sangat minimal ditemukan di album ini. Herr Warcrimer dan kawan-kawan pun sudah dengan ‘resmi’ melepas corpse paint mereka. Akan tetapi hal ini tidaklah membuat Infernal War menjadi krisis identitas, melainkan justru semakin menguatkan eksistensi mereka sebagai pengusung War (Death) Metal dengan sound dan ciri khas mereka sendiri. Continue reading

METALLICA “Lords of Summer” (2014, Single): Menuju Mahakarya Selanjutnya dari Sang Maestro

Metallica 2014

Metallica di 2014: Kirk Hammett (Gitar), Lars Ulrich (Drum), James Hetfield (Vokal, Gitar), dan Robert Trujillo (Bass). Lords of summer have returned! Foto: http://www.facebook.com/metallica.

Metallica Lords of Summer

Reviewed by: Riki Paramita

Sebelum membahas single dari METALLICA “Lords of Summer” yang baru dirilis pada 20 Juni 2014 yang lalu (untuk versi iTunes), marilah kita tanyakan ke diri kita sendiri: kapan terakhir kali Metallica benar-benar memukau kita dengan materi-materi yang dikategorikan baru? Bagi saya, Metallica moment terakhir adalah ketika mendengarkan “Enter Sandman” untuk pertama kalinya pada tahun 1991. Sudah lama sekali. Sebelum “Enter Sandman”, Metallica moment adalah ketika saya mengalami pergeseran paradigma dalam preferensi musik setelah mendengarkan “Master of Puppets” dan “Blackened” untuk pertama kalinya. Terutama “Blackened”, permainan cepat James dan Kirk benar-benar merombak preferensi saya yang sebelumnya didominasi oleh sound seperti Whitesnake dan Iron Maiden. Akan tetapi, hari itu sudah lama berlalu. Setelah itu Metallica cenderung untuk mengeluarkan rilisan yang (menurut saya) mengecewakan, dan membuat preferensi saya semakin jauh dari Metallica. Saya sempat berharap banyak pada “Death Magnetic” yang dirilis pada 2008 yang lalu. Akan tetapi album ini pun ‘kalah bersaing’ di player saya dengan rilisan2 lainnya pada periode tersebut seperti misalnya Dream Theater “Black Clouds and Silver Linings.” Sehingga saya pun dapat memahami kalau kemudian Metallica meraih sukses besar melalui tur mereka yang didominasi oleh track2 klasik dari periode awal sampai black album (1983-1991). Materi-materi dari periode awal sampai black album secara telak mengalahkan materi-materi pasca black album. Metallica di abad 21 ternyata masih mengandalkan “Creeping Death”, “Master of Puppets”, “Enter Sandman”, atau “One”. Akan tetapi, para fans (termasuk saya) sebenarnya masih mempunyai keyakinan bahwa Metallica akan kembali menghasilkan sebuah karya masterpiece di abad 21 ini. Continue reading

KREATOR – Enemy of God (2005)

Kreator-EOG

Reviewed by: Riki Paramita, Sep 4, 2005 09:16 PM.

KREATOR is back. Ketika mendengar Kreator akan merilis album baru, maka akan muncul pertanyaan di dalam pikiran saya sebagai old school thrasher: Apakah saya akan mendapatkan pure German thrash aggression a la “Extreme Aggression” (1989) atau “Coma of Souls” (1990)? Raw metal aggression seperti pada periode awal di “Endless Pain” (1985) atau “Pleasure to Kill” (1986)? Metal dengan influence Industrial seperti “Renewal” (1992)? American Thrash Sound  ala Slayer seperti pada “Cause for Conflict” (1995)? Atau barangkali melodic metal dengan renungan yang dalam ala new age seperti pada “Endorama” (1999)?  My metal brothers, kita bakalan mendapatkan sebuah mixture yang representatif dari perjalanan musikal Kreator. Pada dasarnya, di “Enemy of God” mereka kembali ke root mereka: Thrash Continue reading