
Belphegor dengan formasi duet (2014): Helmuth Lehner (Vokal, Gitar), dan Vojtech R. “Serpenth” (Bass). Bersama-sama dengan musisi tamu lainnya, duet ini menghasilkan “Conjuring the Dead” sebagai album studio ke-10 dari sang raksasa Blackened Death Metal asal Austria, sekaligus sebagai album pertama setelah kesembuhan Helmuth Lehner dari komplikasi infeksi Typhus yang mematikan.

Article written by: Riki Paramita
Helmuth Lehner: Mengintip dari Balik Tirai Kematian
Cerita tentang album BELPHEGOR “Conjuring the Dead” (2024) adalah mirip dengan cerita album “The Satanist” dari Behemoth apabila dilihat dari perspektif sang frontman/ konseptor: baik Helmuth Lehner (Belphegor, gitaris/ vokalis/ konseptor) maupun Adam “Nergal” Darski (Behemoth, gitaris/ vokalis/ konseptor) adalah sama-sama memenangkan perjudian mereka dengan sang maut pada saat masing-masing album masih dalam fase penulisan. Apabila Nergal berhasil sembuh dari penyakit Leukemia yang mematikan, maka Helmuth Lehner berhasil sembuh dari komplikasi infeksi Typhus akut yang membutuhkan operasi dan penyembuhan yang panjang (memakan waktu kurang lebih 8 bulan). Komplikasi Typhus yang diderita oleh Helmuth tidak hanya membuat paru-paru sang gitaris menjadi rusak, melainkan juga menimbulkan kerusakan hati (liver), jantung, dan menjalar ke organ tubuh lainnya sampai ke kaki. Secara fisik, Helmuth menjadi lumpuh dan sangat susah untuk menggerakkan badannya sendiri. Singkat kata, Helmuth Lehner benar-benar berada pada kondisi yang fuc#ed up! Infeksi Typhus ini didapat oleh Helmuth ketika Belphegor melakukan tur di Brazil pada tahun 2011. Akibatnya, sisa tur di Amerika Selatan harus dibatalkan dan Helmuth langsung diterbangkan ke kampung halamannya di Austria untuk menjalani perawatan medis intensif. Praktis selama perawatan yang seadanya di Amerika Selatan dan dalam perjalanan menuju Austria, Helmuth berada pada kondisi yang mirip dengan sebuah koma. Helmuth Lehner seolah-olah diberikan kesempatan untuk mengintip dari balik tirai kematiannya sendiri.

Helmuth Lehner – gitaris, vokalis, konseptor, dan komposer di Belphegor. Dalam kesendiriannya, Helmuth berhasil menulis lirik dan musik untuk album baru Belphegor di tahun 2012.
Pulih, dan Produktif dalam Kesendirian
Akan tetapi ternyata cerita Helmuth juga mirip dengan Nergal. Berkat perawatan intensif tim medis di Austria dan berkat disiplin dari Helmuth sendiri, kondisinya pelan namun pasti cenderung membaik. Setelah 8 bulan yang panjang dan cukup menyakitkan untuk perawatan medis (karena melibatkan operasi di organ-organ tubuh seperti liver dan jantung) dan terapi penyembuhan, akhirnya Helmuth dinyatakan sembuh oleh tim dokter di rumah sakit tempat dia dirawat. Helmuth menyambut ‘kesempatan keduanya’ untuk tetap hidup dengan penuh suka cita sekaligus untuk lebih bersemangat dalam menjalani hidup dan berkarya di bidang yang ditekuninya, yaitu sebagai seorang musisi untuk menghasilkan sebuah album masterpiece untuk Belphegor! Kalender menunjukkan angka tahun 2012, dan sudah banyak waktu yang terbuang dan bersifat non produktif bagi Belphegor (terutama untuk proses penyembuhan Helmuth). Helmuth kemudian berlatih dan menulis materi lagu secara spartan: dengan mengisolasikan dirinya dari kehidupan normal untuk sementara, dan dengan tekun berlatih gitar dan menulis lagu selama 8 jam sehari! Dalam kesendiriannya, Helmuth berhasil mengkomposisikan musik dan materi lagu yang kemudian akan menjadi salah satu album terbaik yang pernah dihasilkan oleh Belphegor. “If you want to create obscure art you have to be surrounded by darkness and isolation, far away from the sheep horde”, Helmuth menjelaskan mengenai pendekatannya dalam penulisan materi album.
Dalam penulisan lagu untuk album yang baru ini, Helmuth tidaklah sendirian. Helmuth masih diampingi oleh kompatriot setianya, yaitu Vojtech R. “Serpenth” sang bassist yang juga aktif dalam penulisan lagu baik sebagai komposer maupun penulis lirik. Hasilnya: terbentuk beberapa collage untuk riffing gitar dan kumpulan lirik yang bercerita mulai dari kehancuran dunia akibat perang nuklir, cerita tentang kegelapan dan para iblis, sihir & ilmu hitam (tapi sama sekali tidak cute seperti cerita Harry Potter 😀 ), sampai topik-topik yang diangkat dari ‘perjalanan spiritual’ Helmuth sendiri ketika masih berjuang melawan penyakitnya yang mematikan. Setelah beberapa sesi latihan yang intensif yang juga melibatkan musisi tamu yaitu Martin “Marthyn” Jovanović di belakang drum kit, Helmuth merasa materi untuk album baru Belphegor sudah cukup representatif untuk memasuki sesi rekaman di studio. Album baru ini masih menggunakan nama sementara yaitu “Chapter #X”.
Sesi latihan untuk album Belphegor yang baru ini di-broadcast melalui channel media sosial, baik milik Belphegor sendiri maupun milik Nuclear Blast selaku label yang akan merilis album ini. Helmuth ingin menyampaikan pesan bahwa proses pembuatan album baru mereka sudah mencapai tahap yang signifikan, dan para fans bisa mengharapkan lahirnya sebuah masterpiece!

Sebuah Master Plan: Menuju Amerika!
Konsep dari album baru Belphegor ini adalah sebuah kombinasi dari elemen Black Metal ala Eropa dengan agresi Death Metal ala Amerika (Florida). “A combination of European metal coldness, atmosphere and sickest elements crossed with an American brutal sound, is the master plan”, Helmuth Lehner menjelaskan mengenai master plan Belphegor yang agak berbeda dengan album sebelumnya (“Blood Magick Necromance”, 2011). Pada album sebelumnya, elemen Death Metal tidaklah terlalu dominan. Malah mixing yang dilakukan Peter Tägtgren di “Blood Magick Necromance” adalah cenderung untuk mengeksploitasi elemen-elemen Black Metal ketimbang Death Metal. Helmuth pada dasarnya cukup puas dengan pendekatan Peter Tägtgren di album ini. Akan tetapi untuk album berikutnya, Helmuth menginginkan sound Death Metal yang lebih agresif dan elemen-elemen brutality lebih dikedepankan seperti layaknya konsep American Death Metal. Untuk mewujudkan visinya, Helmuth dan Serpenth memutuskan untuk terbang ke tanah Amerika, ke St. Petersburg Florida, untuk melakukan proses rekaman dan produksi di Mana Recording Studios. Studio yang dimiliki dan dikelola oleh Erik Rutan, sang mahaguru American Death Metal !

Helmuth Lehner & Erik Rutan dalam sebuah sesi rekaman “Conjuring the Dead” di Mana Recording Studios, St. Petersburg, Florida – AS.
Mana Recording Studios & Erik Rutan: Sebuah Proses Rekaman yang Paling Sulit bagi Belphegor
Erik Rutan, yang sudah menangani nama-nama besar seperti Cannibal Corpse, Malevolent Creation, Madball, sampai Devourment, dinilai sebagai figur yang tepat untuk menjadi sound engineer dan produser untuk album Belphegor yang baru. Walaupun Erik Rutan belum pernah menangani band seperti Belphegor sebelumnya. Jadi tantangannya adalah 2 arah: baik untuk Belphegor maupun Erik Rutan sendiri. Maka pada akhir Mei 2012, dimulailah sesi rekaman untuk album Belphegor yang baru di Mana Recording Studios. Apakah proses rekaman berjalan dengan mulus? Ternyata tidak juga! Erik Rutan adalah seorang perfeksionis yang cenderung untuk men-challenge musisi yang menggunakan studionya untuk habis-habisan mengeksplorasi dan mengimprovisasi permainan musik mereka. Bahkan Helmuth terpaksa melakukan banyak perubahan pada materi yang sudah mereka persiapakan sebelumnya di Austria. Sesi dengan Erik Rutan menjadi sesi rekaman yang paling sulit yang pernah dialami oleh Helmuth dan kawan-kawan. Penyelesaian album yang baru ini pun mengalami penundaan sampai 5 kali. “I thought I’d never finish the fu#ker”, celetuk Helmuth mengenai pendekatan Erik yang sangat challenging. Ada banyak break yang dibutuhkan dalam proses rekaman album yang baru ini. Akan tetapi pada akhirnya Helmuth dan kawan-kawan menyadari bahwa untuk membuat sebuah masterpiece memang dibutuhkan usaha dan kerja keras yang melebihi proses pembuatan album-album sebelumnya.
Setelah kerja keras selama 4 sesi rekaman terpisah di periode antara Mei 2012 sampai dengan April 2014, album Belphegor yang baru pun rampung. Belphegor “Conjuring the Dead” pun lahir. Judul album ini diperkenalkan ke publik satu bulan sebelum rampungnya proses produksi, yaitu pada Maret 2014.
“My guitars never sounded so precise on a Belphegor album. Everything sounds exactly how we wanted, raw more true, live sound”, Helmuth menjelaskan hasil kerja kerasnya dalam rentang waktu 2 tahun di Mana Recording Studios bersama Erik Rutan.
“He (Erik Rutan) helped so much and brought so much fire and dedication to get the album done after two long years”, Helmuth mengutarakan rasa terima kasihnya kepada Erik Rutan.

Vojtech R. “Serpenth” – bassist dan kompatriot Helmuth Lehner sebagai komposer di Belphegor.
Conjuring the Dead: Track by Track
Belphegor “Conjuring the Dead” dirilis pada bulan Agustus 2014 oleh Nuclear Blast Record. Reaksi dari publik Extreme Metal tidak melulu apresiatif terhadap album ini. Terutama karena perubahan sound yang cukup signifikan di album ini dibandingkan dengan “Blood Magick Necromance” (2011). Sound gitar pada “Conjuring the Dead” adalah lebih berat, dan cenderung untuk mengambil template dari American Death Metal seperti Hate Eternal atau Morbid Angel di era awal. Lead dan gitar solo pun cenderung untuk American style. Vokal Helmuth juga mengalami perubahan. Pada album ini Helmuth cenderung untuk pengambil growl yang lebih low pitch, walaupun ada beberapa screaming ala Black Metal. Akan tetapi vokal Helmuth cenderung untuk terdengar kurang powerful dibandingkan dengan album sebelumnya. Sepertinya hal ini disebabkan karena kondisi fisik Helmuth yang sedikit berbeda dibandingkan dengan 3 tahun yang lalu, karena efek penyakit yang dideritanya. Sound drum di album yang baru ini cenderung untuk terdengar sangat bertenaga dibandingkan dengan album sebelumnya. Ini adalah karakteristik Erik Rutan: sound drum, terutama snare dan kick drum dibuat sejernih mungkin sehingga menimbulkan kesan ‘berat’ pada sound Belphegor.
Gasmask Terror – 03:41
Agresi Blackened Death Metal yang merupakan signature dari Belphegor. Pujian layak dialamatkan ke Marthyn di belakang drum kit dengan double kick drum dan blast beats yang solid. Permainan gitar Helmuth masih dengan aura majestic dan dingin seperti halnya Black Metal Eropa. Akan tetapi beberapa bagian sudah memperlihatkan style yang sangat Amerika. Track ini masihlah seperti track di “Blood Magick Necromance” akan tetapi dengan setting-an ala Erik Rutan. Sebuah track pembuka yang elegan.
Conjuring the Dead – 04:33
American style baru terlihat dengan sangat jelas di track ini: riff gitar yang berat dan terdengar sangat Morbid Angel-ish dengan bass drum yang intens. Track ini dengan signifikan memperlihatkan arah dari musik Belphegor yang baru yaitu dengan lebih banyak mengekploitasi aspek Death Metal. Track ini membuat track di “Blood Magick Necromance” (2011) maupun “Bondage Goat Zombie” (2008) terdengar sangat ringan. Petikan gitar akustik di 02:55 dan penggunaan choir setelahnya menambah aura gelap sekaligus aspek stylish di musiknya Belphegor. Blackened Death Metal dalam bentuk yang sangat apik.
In Death – 04:12
Sekali lagi, sebuah track dengan riffing yang sangat Death Metal plus beberapa vibe Thrash. Shredding, groovy dan easy listening. Sepertinya track ini memang ditujukan untuk sedikit ‘menurunkan tegangan’ setelah gempuran 2 track awal. “In Death” adalah track yang diinspirasikan dari perjuangan Helmuth Lehner dalam mencapai kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Jadi agak aneh apabila vibe dari track ini adalah cenderung groovy. 😀

Martin “Marthyn” Jovanović – sang seasonal drummer di Belphegor.
Rex Tremendae Majestatis – 05:21
Track ini merupakan track yang sulit, karena merupakan interpretasi Belphegor terhadap “Requiem” karya Wolfgang Amadeus Mozart, sang komponis setengah dewa (yang juga berasal dari Austria). Jadi jangan heran kalau track ini mempunyai bagian-bagian petikan gitar akustik, drumming, dan riffing gitar yang cenderung mempunyai vibe yang ‘agung’ dan ‘sakral’, akan tetapi dengan aura horor yang sangat pekat. “Rex Tremendae…” adalah track terbaik di album ini, dan sangat representatif untuk dikedepankan mewakili ‘Austrian Classical Extreme Metal’.
Black Winged Torment – 03:27
Dibuka dengan intro horor yang sangat teatrikal. Mengumbar blast beats dan permainan gitar cepat. Sound engineering ala Erik Rutan menjadikan track ini menjadi ultra heavy, dimana blast beats drumming cenderung untuk menutup riffing gitar dan vokal. Apakah memang seperti ini sound yang hendak dicapai oleh Helmuth Lehner? Brutal sound, the American way.
The Eyes – 01:19
Sebuah track instrumental dengan petikan gitar akustik dan gitar solo. Cukup catchy dan efektif untuk menurunkan tegangan sekaligus mempertegas arah Belphegor untuk semakin stylish di sektor gitar.
Legions of Destruction – 04:28
Track ini seolah-olah menjadi sebuah simbol perpaduan American Death Metal dengan Black Metal Eropa, dengan riffing gitar yang terkadang terdengar sangat (Technical) Death Metal dan di lain kesempatan juga terdengar sangat atmospheric/ majestic. Demikian juga sektor vokal. Track ini mempunyai 2 orang vokalis tamu: kubu Amerika diwakili oleh Glen Benton, sementara kubu Eropa diwakili vokalis sakit jiwa dari Hungaria yaitu Attila Csihar! Track ini ibarat sebuah jamming antara old Belphegor dengan Deicide dan Mayhem. Brutal, atmospheric, sekaligus rumit.
Flesh, Bones and Blood – 03:32
Track dengan elemen-elemen eksperimen Slamming Death Metal dan Industrial. Helmuth dan kawan-kawan seperti memperluas teritori dari musik Belphegor. Sedikit aneh untuk telinga yang sudah terbiasa dengan album-album Belphegor sebelumnya.
Lucifer, Take Her! – 02:48
Track dengan tema horor dalam balutan riffing Death Metal dan Black Metal yang silih berganti mengiringi perubahan ketukan di sektor drum. Sebuah track yang cukup mencuri perhatian, akan tetapi terkesan bahwa ‘stamina’ Helmuth dan kawan-kawan sudah mulai ‘habis’, sehingga agak keteteran di penghujung album ini.
Pactum in Aeternum – 03:18
“Pactum in Aeternum” merupakan kelanjutan dari “Lucifer, Take Her!”. Sebuah track dnegan aura horor yang sangat pekat: petikan gitar akustik, keyboards yang atmospheric, dan latar belakang (background sound) yang seperti sebuah film horor. Permainan perkusi ritmik di 01:45 terdengar sangat menakutkan dengan suasana yang seperti di dalam sebuah ritual. Sejujurnya, terdengar mengerikan (really! 😀 ). Akan tetapi bukan sound seperti ini yang sebenarnya saya harapkan dari Belphegor. Apalagi untuk sebuah album yang diproses di Mana Recording Studio dengan Erik Rutan di belakang meja mixer.

Conjuring the Dead: Brilian, dengan Beberapa Kritik
“Pactum in Aeternum” menutup “Conjuring the Dead” seperti sebuah antiklimaks. Album ini dibuka dengan sangat megah pada 5 track awal, dengan jeda di track instrumental “The Eyes”, dan kembali mencuri perhatian dengan “Legions of Destruction”, dan setelah itu pelan namun pasti, album ini mulai kehilangan karakternya. Sound yang di-engineer oleh Erik Rutan secara brilian berhasil memberikan efek ‘berat’ dan ‘brutal’ seperti yang diinginkan oleh Helmuth Lehner. Akan tetapi Helmuth dan kawan-kawan juga terkesan seperti kekurangan ‘bahan baku’ untuk diproses di studionya Erik Rutan. Dua track bertemakan horor di akhir album ini lebih cocok seperti sebuah filler ketimbang track yang killer. Barangkali seperti inilah kritik yang saya alamatkan ke “Conjuring the Dead” sebagai nyanyian kegelapan yang terbaru dari Belphegor.
Bagaimana album ini secara keseluruhan? Secara keseluruhan, album ini adalah salah satu yang terbaik yang pernah dihasilkan oleh Belphegor. Bahkan album ini cenderung untuk menjadi sebuah breakthrough yang brilian bagi Belphegor yang berusaha untuk lebih mengeksploitasi aspek Death Metal ke dalam musik mereka (yang disebut dengan ‘Diabolical Death Metal’, menurut self-terminology dari Belphegor sendiri) . Mixing dan produksi juga dilakukan dengan pendekatan yang tepat. Hanya 2 sampai 3 track yang rentan kritik.
Bagaimana posisi “Conjuring the Dead” apabila dibandingkan dengan “Blood Magick Necromance” (2011), “Walpurgis Rites – Hexenwahn” (2009), atau “Bondage Goat Zombie” (2008)? “Conjuring the Dead” tidaklah dapat dibandingkan secara langsung dengan rilisan-rilisan Belphegor sebelumnya, karena rilisan sebelumnya adalah lebih cenderung ke vibe Black Metal. Rilisan-rilisan awal mereka memang mempunyai kadar Death Metal yang lebih banyak dibandingkan 3 album seperti disebutkan di atas. Akan tetapi baru di “Conjuring the Dead” Belphegor secara signifikan mengadopsi sound Death Metal yang lebih agresif dan brutal berikut pengaruh-pengaruh lainnya.
“Conjuring the Dead” akan selalu diingat sebagai sebuah rebound atau titik balik dari Helmuth Lehner setelah sembuh dari penyakitnya yang mematikan. Effort dan kerja keras Helmuth dan kawan-kawan dalam menulis dan merekam album ini adalah sebuah penghargaan dan perayaan terhadap hidup dan kehidupan (walaupun Belphegor cenderung untuk menulis lagu tentang kematian 😀 ), seperti kata-kata bijak Helmuth berikut ini: “It’s now important for me to have a major goal in life, new challenges to push the band, my guitar playing and the intensity of live shows to an even higher level.”
Live on, Helmuth Lehner & Belphegor!
Musisi:
- Helmuth Lehner – Vocals, Guitars
- Vojtech R. “Serpenth” – Bass
- Martin “Marthyn” Jovanović – Drums (guest musician)
Track:
- Gasmask Terror – 03:41
- Conjuring the Dead – 04:33
- In Death – 04:12
- Rex Tremendae Majestatis – 05:21
- Black Winged Torment – 03:27
- The Eyes – 01:19
- Legions of Destruction – 04:28
- Flesh, Bones and Blood – 03:32
- Lucifer, Take Her! – 02:48
- Pactum in Aeternum – 03:18
Recording Studio: Mana Recording Studios (St. Petersburg – Florida, USA), dalam 4 recording session antara 29 May 2012 – 15 April 2014
Production/ Engineering: Erik Rutan
Categorized as: Blackened Death Metal
Label: Nuclear Blast Records
Kredit untuk tulisan: artikel (review & interview) pada Metalsucks.com, Crypticrock.com, Ghostcultmag.com, reflectionsofdarkness.com, Metaldescent.com, Nuclearblast.com.
Foto: Belphegor official Facebook: https://www.facebook.com/belphegor
Tentang Penulis

Riki Paramita adalah founder, owner, dan penulis utama di Beyondheavymetal.com. Riki adalah pemerhati musik dan skena Extreme Metal, terutama untuk kategori Black Metal, Death Metal, dan Thrash Metal. Tujuan utama dari inisiatif Beyondheavymetal.com adalah untuk memperbanyak informasi mengenai rilisan anyar dan klasik untuk kategori musik Extreme Metal, sehingga informasi berbahasa Indonesia yang ditulis dengan bahasa yang baik, ringan, dan terstruktur mengenai rilisan-rilisan musik kategori ini tidak lagi relatif susah didapat, dan pada akhirnya dapat saling berbagi informasi dengan sesama penggemar. Dalam kesehariannya, Riki adalah konsultan Teknologi dan Manajemen Sistem Informasi yang sangat aktif terlibat di berbagai proyek baik untuk skala nasional maupun internasional.
