Sebuah Panggung Imajiner: ‘The Big 4 of Death Metal’ Versi Beyondheavymetal.com (Bagian 4 dari 4 Tulisan)

Cannibal Corpse 2014 2

Cannibal Corpse dengan formasi 2014: Alex Webster (Bass), Pat O’ Brien (Gitar), Rob Barrett (Gitar), George “Corpsegrinder” Fisher (Vokal), dan Paul Mazurkiewcz (Drum). Cannibal Corpse mempunyai karakteristik musik yang brutal, straightforward, eksplisit, dengan topik gore yang konsisten, akan tetapi mempunyai penjualan album dengan skala platinum. Foto: Cannibal Corpse Official Facebook.

Article written by: Riki Paramita

Artikel ini adalah bagian terakhir dari 4 bagian tulisan mengenai band2 yang termasuk ke dalam ‘The Big 4’ untuk kategori Death Metal menurut Beyondheavymetal.com. Seperti yang sudah diceritakan di bagian terakhir pada tulisan bagian ke-3, dan sesuai dengan foto di atas, maka tempat teratas ditempati oleh sang tukang jagal dari Florida yang konsisten dengan topik zombie, torture, gore, dan serial killer untuk setiap lagunya, yaitu Cannibal Corpse! Kenapa Cannibal Corpse? Cannibal Corpse adalah salah satu pionir yang paling menonjol untuk genre/ sub-genre Death Metal terutama untuk tema yang berhubungan dengan gore dan turunannya. Karya mereka yang pertama “Eaten Back to Life” (1990) adalah sebuah inovasi yang semakin memperkuat definisi Death Metal yang pada saat itu sedang berada pada proses ‘melepaskan diri’ dari definisi Thrash Metal sebagai sebuah root sound. “Eaten Back to Life” masihlah mempunyai elemen-elemen Thrash Metal yang kental, akan tetapi sudah memperkenalkan template vokal growl yang terdengar sangat psycho dari Chris Barnes, dan tematis gore yang digarap dengan sangat serius, konsisten, akan tetapi masih bersifat karikaturial sehingga tidak cenderung untuk membuat perut menjadi mual :-). Karya2 mereka berikutnya seperti “Butchered at Birth” (1991), “Tomb of the Mutilated” (1992), dan terutama “The Bleeding” (1994) telah menorehkan jejak yang sangat signifikan di skena Death Metal dunia sebagai salah satu pionir dan innovator untuk sound Death Metal baik yang bersifat tematis gore maupun Death Metal secara umum. Karya2 mereka menjadi inspirasi untuk ribuan band sejenis yang muncul setelah mereka, dijadikan inspirasi, dijiplak, ditiru, diparodikan, namun tidak pernah ada yang bisa menyamai. Cannibal Corpse juga menjadi salah satu dari sedikit band Death Metal yang mempunyai penjualan album berskala platinum. “Butchered at Birth” dan “Tomb of the Mutilated” mempunyai angka penjualan sampai dengan 7 digit copies di seluruh dunia. Bersama-sama dengan 10 full length album setelah “Tomb..” dengan rentang waktu tidak kurang dari 26 tahun, Cannibal Corpse telah menjadi band Death Metal dengan penjualan album tertinggi di Amerika Serikat dan nomor 2 untuk seluruh dunia (setelah Death). Sama halnya dengan Suffocation, Deicide, dan Morbid Angel, pemilihan Cannibal Corpse sebagai pemuncak ‘The Big 4’ ini juga berdasarkan pada 6 parameter, yaitu:

  1. Band yang bersangkutan masih aktif dan masih terlihat essential di skena Death Metal dunia (active & currently essential).
  2. Pioneer in Death Metal: band yang bersangkutan sudah sangat aktif mengeluarkan album di era kelahiran Death Metal pada akhir 80-an dan awal 90-an.
  3. Faktor orisinalitas dan inovasi untuk genre/ sub-genre Death Metal (originality & innovation factor).
  4. Dalamnya pengaruh atau legacy yang ditinggalkan oleh band tersebut di genre/ sub-genre Death Metal (influence & legacy factor).
  5. Kesuksesan album2 band tersebut secara finansial (selling factor). Death Metal bukanlah sebuah genre dengan semangat ‘selling’, akan tetapi masihlah penting untuk melihat faktor ini sebagai complementary dari faktor nomor 4 dimana dalam hal ini adalah ‘selling’ dalam skala Death Metal tentunya.
  6. Crowd factor: tidaklah dapat disebut sebagai ‘The Big 4’ apabila tidak dapat mendatangkan crowd. Sekali lagi, tentunya hal ini dalam skala Death Metal.
Cannibal Corpse Live 2007

Cannibal Corpse on stage: masih sangat fit dan mematikan. Cannibal Corpse masih menjadi langganan even2 besar mulai dari Wacken Open Air sampai Rock in Solo.

Active & currently essential: faktor inilah yang menjadikan Cannibal Corpse dengan kokoh menduduki posisi teratas di ‘The Big 4’ untuk kategori Death Metal versi Beyondheavymetal.com. Cannibal Corpse masih sangat fit dan aktif baik dalam produksi album studio, tur lintas benua, dan masih menjadi favorit untuk even2 yang digelar di venue besar. Dari Rock in Solo sampai Wacken Open Air, nama Cannibal Corpse selalu muncul sebagai salah satu headliner dan menjadi magnet untuk ribuan metalheads untuk datang ke venue tersebut. Pada 2014 ini Cannibal Corpse juga merilis album ke-13 mereka yaitu “A Skeletal Domain” yang masih sangat konsisten dengan Cannibal Style Death Metal dengan pendekatan musikalitas yang terus berupaya menemukan kreativitas2 baru tanpa harus keluar dari norma Death Metal. Dalam bahasa singkat, Cannibal Corpse masih sangat essential di skena Death Metal dunia dengan produktivitas yang tinggi yang dibarengi dengan kesuksesan finansial yang bersifat mainstream.

Kenapa Bukan Chuck Schuldiner & Death?

Faktor ‘active & currently essential’ ini adalah faktor yang membuat saya tidak memasukkan nama Death sebagai salah satu yang terbesar di tulisan ini, dimana konteksnya adalah ‘The Big 4’ sebagai sebuah gigs kolaboratif. Ketika Chuck pergi meninggalkan kita untuk selamanya pada tahun 2001 yang lalu, praktis juga mengubur nama Death sebagai sebuah band. Chuck adalah Death. Musisi yang lain ‘hanyalah’ bersifat delegatif dari kreativitas Chuck dalam bermusik. Death adalah band Death Metal yang paling sukses dalam hal penjualan album untuk skala global (dimana Cannibal Corpse adalah nomor 2), dan barangkali adalah band Death Metal terbesar sepanjang masa. Akan tetapi di era sekarang, sebagai sebuah band, Death tidak cukup ‘fit’ untuk tampil di atas panggung. Apalagi yang bersifat ‘The Big 4.’ Apabila Chuck masih berada di tengah2 kita, maka posisi puncak akan diduduki oleh Death. Rest in peace, Chuck. Semoga engkau berbahagia di sana.

Alex Webster

Alex Webster, sang bassist. Nama “Cannibal Corpse” adalah sebuah usul dari Alex yang langsung disetujui oleh rekan-rekannya yang lain. Apa arti dari nama ini? Zombie! 😀

Pioneer in Death Metal: Cannibal Corpse terbentuk di tahun 1988 sebagai sebuah ‘merger’ dari 3 band Extreme Metal lokal yang berlokasi di Buffalo, New York. Alex Webster (Bass) dan Jack owen (Gitar) adalah berasal dari band Beyond Death. Chris Barnes (Vokal) berasal dari Leviathan/ Tirant Sin. Sementara Bob Rusay (Gitar) dan Paul Mazulkiewicz (Drum) dari Tirant Sin. Permainan dari ketiga band embrio tersebut adalah cenderung untuk berada di jalur Thrash Metal ekstrim yang merupakan cikal bakal Death Metal. Visi dan konsep bermusik dari para personil ex-Beyond Death/ Tirant Sin/ Leviathan mulai disatukan ketika Alex Webster mengusulkan nama “Cannibal Corpse” untuk band mereka yang baru, yang langsung disetujui oleh teman-temannya yang lain. Sebuah visi ke arah yang lebih ekstrim dengan tematis berdarah-darah yang disampaikan dengan gaya joke dan karikaturial. Setelah itu pada periode 1989 – 1992, dengan didahului oleh sebuah demo, Cannibal Corpse dengan sangat produktif berturut-turut merilis 3 album yang akan menjadi fondasi dari Death Metal modern: “Eaten Back to Life” (1990), “Butchered at Birth” (1991), dan “Tomb of the Mutilated” (1992). Bersama-sama dengan Suffocation “Effigy of the Forgotten” (1991), Morbid Angel “Altars of Madness” (1989), Deicide self titled (1990) dan “Legion” (1992), Obituary “Slowly We Rot” (1989) dan “Cause of Death” (1990), Death “Scream Bloody Gore” (1987) dan “Leprosy” (1988), Cannibal Corpse menjadi kekuatan yang secara signifikan mendefinisikan arah perkembangan Death Metal pada tahun-tahun berikutnya sampai memasuki milenium ketiga dan tetap eksis sampai saat ini.

Catatan: tentu saja dalam hal ini kita tidak dapat mengecilkan peranan band2 non-Amerika, seperti pasukan teror dari Britania Raya (Napalm Death, Carcass, Bolt Thrower), atau para Viking yang revolusioner dari Swedia (Entombed, Grave, Dismember). Akan tetapi main force tetap berasal dari tanah Amerika. Argumen ini jugalah yang menjadikan tidak adanya band non-Amerika di daftar ‘The Big 4’ of Death Metal pada tulisan ini.

Cannibal Corpse-Bleeding

“The Bleeding” (1994): salah satu album Cannibal Corpse yang paling sulit secara teknikal. Album terakhir dengan Chris Barnes sebagai vokalis.

Innovation factor: album “Eaten Back to Life” yang dirilis 24 tahun yang lalu merupakan sebuah groundbreaking untuk fusion yang konsisten antara Death Metal dan topik gore yang berdarah-darah. Death Metal dengan musik yang mega-brutal dan lirik yang sangat eksplisit menceritakan topik2 di seputar film horor, zombie, serial killer, dan violence secara umum. Akan tetapi dengan artwork yang digarap dengan sangat rapi oleh Vincent Locke sehingga masih bersifat seperti sebuah komik dengan kesan yang tidak terlalu serius. Sekilas ada aspek humor dan mengada-ada di artwork dan setiap lagunya :-). Konsep seperti ini terus dipertahankan sampai 12 album berikutnya, sehingga gore yang disajikan oleh Cannibal Corpse masihlah bersifat komikal dan tidak membuat perut mual. Bandingkan misalnya dengan artwork dari album Carcass di era awal, Pungent Stench, Devourment, atau Vile. Terlihat sangat berbeda. Konsep seperti Cannibal Corpse inilah yang membawa Death Metal plus gore ke audiens yang lebih luas sampai mencapai spotlight dan kesuksesan yang bersifat mainstream.

Originality factor: Cannibal Corpse memainkan Death Metal dengan tematis gore yang sangat eksplisit. Apa implikasi dari hal ini? Tidak banyak :-). Mulai dari CD mereka yang di-banned di negara-negara seperti Australia, Jerman, atau Rusia, pencekalan untuk konser mereka yang mulai dari pada saat perizinan sampai dibubarkannya konser mereka yang sudah separuh jalan (seperti kasus di Rusia), kemudian ‘serangan’ dari para aktivis dan senator di parlemen Amerika Serikat sehubungan dengan lirik lagu2 mereka yang sangat eksplisit. Apakah banyak band Death Metal dengan ‘kehebohan’ seperti ini? Tidak banyak. Sehingga sangat valid untuk mengatakan bahwa Cannibal Corpse adalah sangat orisinal dan tetap konsisten di jalur yang mereka tempuh walaupun ‘diserang’ dari semua penjuru.

Pat O'Brien

Pat O’Brien (Gitar). Pat banyak berperan pada komposisi-komposisi yang rumit pada track2 Cannibal Corpse.

Influence & legacy factor: Cannibal Corpse menjadi influence nomor satu untuk Death Metal dengan tematis gore. Menjadi panutan untuk ribuan band dengan tema sejenis. Apabila technicalities, brutality, dan kecepatan adalah legacy dari Suffocation, tematis mitologi dan permainan gitar yang kompleks adalah legacy Morbid Angel, dan tematis blasphemy yang penuh amarah adalah legacy Deicide, maka Death Metal yang brutal dengan tematis gore adalah legacy dari Cannibal Corpse. Legacy yang lain dari Cannibal Corpse di skena Death Metal dunia adalah sebuah pelajaran yang mendalam bahwa menjadi band yang ekstrim, brutal, kontroversial, dan idealis, bukan berarti tidak bisa mencapai sukses secara finansial yang didapat dari penjualan album sampai jutaan copies, dan konsisten tampil live di stage besar. Death Metal dan kesuksesan finansial adalah sebuah hal yang secara umum cenderung untuk bersifat trade-off. Tidak demikian halnya dengan Cannibal Corpse.

Selling factor: seperti yang sudah diceritakan di atas, album Cannibal Corpse “Butchered at Birth” (1991) dan “Tomb of the Mutilated” (1992) mempunyai angka penjualan sampai melebihi 1 juta copies untuk seluruh dunia. Kemudian dengan 10 full length album setelah “Tomb..” dalam interval waktu tidak kurang dari 26 tahun, Cannibal Corpse telah menjadi band Death Metal dengan penjualan album tertinggi di Amerika Serikat dan nomor 2 untuk seluruh dunia. Album mereka yang terbaru “A Skeletal Domain” (2014) berhasil terjual sebanyak 8.800 copies di minggu pertama setelah dirilis dan menembus posisi ke-32 dari daftar Billboard 200. Nama Cannibal Corpse pada era sekarang adalah identik dengan superstar Death Metal dengan aspek bisnis yang profitable

Crowd factor: di tahun 2014 ini Cannibal Corpse mempunyai jadwal gigs yang sangat intensif. Mulai dari tur melintasi tanah Amerika, Kanada, sampai Eropa, sampai event “70,000 Tons of Metal” yang merupakan gigs dengan kapal pesiar mewah bersama-sama dengan lebih dari 50 band lainnya yang berlayar bolak balik dari Florida ke Jamaika. Nama Cannibal Corpse adalah sebuah jaminan untuk mendatangkan crowd ke venue.

Bersama tulisan ini lengkaplah band2 yang dikategorikan ‘The Big 4 of Death Metal’ versi Beyondheavymetal.com, yaitu Suffocation, Deicide, Morbid Angel, dan Cannibal Corpse.

Dimana Posisi Obituary?

Dengan berat hati saya tidak mengikutsertakan Obituary sebagai salah satu dari ‘The Big 4.’ Obituary memenuhi persyaratan dalam 6 parameter seperti yang dituliskan di awal tulisan ini. Pada tulisan ini, slot untuk Obituary ditempati oleh Suffocation. Kenapa? Menurut pendapat saya, legacy dan impact dari Obituary di skena Death Metal tidaklah seluas dan sedalam impact/ legacy dari Suffocation (dimana New York sound yang diinisiasikan Suffocation menjadi cikal bakal dari Brutal/ Technical Death Metal di era sekarang ini). Musikalitas dari Obituary juga cenderung untuk menurun sejalan dengan berjalannya waktu, termasuk album terbaru mereka “Inked in Blood” (2014). Dimana hal ini kontradiktif dengan Suffocation yang masih bisa menghasilkan “The Blood Oath” (2009) dan “Pinnacle of Bedlam” (2013) yang sangat brilian. Akan tetapi saya yakin tidak satupun dari kita yang membantah bahwa Obituary juga termasuk sebagai salah satu nama besar di skena Death Metal yang masih survive dan eksis di era sekarang. Posisi Obituary di dalam tulisan ini kurang lebih sama dengan posisi Testament untuk kategori ‘The Big 4 of Thrash Metal.’ Tetap dihormati sebagai salah satu yang terbesar walaupun tidak termasuk ke dalam ‘The Big 4.’

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, metode pemilihan untuk band2 yang termasuk ke dalam ‘The Big 4 of Death Metal’ ini adalah bersifat sangat kualitatif dimana secara garis besar sangat dipengaruhi oleh preferensi saya pribadi. Anda memiliki pendapat yang berbeda? Justru di sinilah terletak keindahannya: perspektif yang berbeda akan dapat saling mengisi satu sama lainnya. Musik bukanlah sebuah kompetisi. Dan siapalah saya untuk ikut berkomentar dan menulis panjang lebar mengenai topik ini. Peace brothers! 🙂

Jadi, bagaimana ‘The Big 4 of Death Metal’ menurut pendapat anda? 🙂

Leave a comment