
Suffocation dengan formasi 2013: Dave Culross (Drum), Terrance Hobbs (Gitar), Frank Mullen (Vokal), Guy Marchais (Gitar), dan Derek Boyer (Bass). Foto: http://www.metal-archives.com
Article written by: Riki Paramita
Musik bukanlah sebuah kompetisi. Walaupun persaingan adalah sesuatu yang umum kita lihat di sebuah skena musik. Musik juga bukanlah untuk dikotak-kotakkan ke dalam kategori-kategori yang terdapat di dalam taksonomi genre musik. Sehingga pengkategorian hanyalah ditujukan sebagai identifier saja, untuk memberikan informasi dalam bahasa yang singkat dan efektif mengenai permainan musik sebuah band tertentu. Sehingga apabila kita mengacu kepada mindset di atas, maka terminologi ‘The Big 4 of Thrash Metal’ yang mencuat beberapa waktu yang lalu akan terdengar sangat absurd dan penuh kontroversi: apakah mereka benar-benar dapat dikategorikan sebagai Thrash Metal? Dimana dalam hal ini kategori Thrash Metal tidaklah secara eksplisit disebutkan. Apabila tidak disebutkan maka akan lebih absurd lagi: the big 4 of what? Dan apakah band2 yang tergabung di dalam ‘The Big 4’ ini benar2 dapat dikatakan sebagai yang terbesar di genre Thrash Metal? Kenapa nama Testament, Overkill, Exodus, atau Nuclear Assault tidak termasuk di dalamnya? Sudahlah, walaupun kontroversial saya yakin tidak satupun dari kita yang membantah kebesaran nama Anthrax, Megadeth, Slayer dan Metallica di skena Metal dunia. Dan saya yakin bahwa kita semua akan sependapat bahwa mega-concert ‘The Big 4’ adalah sangat dahsyat baik dari segi performansi dan finansial (yang dapat teridentifikasi dari besarnya crowd pada konser tersebut). Dan apabila ada sebuah EO yang dapat membawa Anthrax, Megadeth, Slayer dan Metallica ke atas 1 panggung, maka nama apa yang paling sesuai untuk mega-concert ini? Tentu saja ‘The Big 4 of Thrash Metal’! Saya sendiri juga menjadi tidak konsisten dalam hal ini. 🙂
Bersama ini saya ingin menambah polemik dan kontroversi dengan mencoba mengidentifikasikan ‘The Big 4’ untuk genre/ sub-genre Death Metal :-). Dimana pemilihan band2 untuk kategori ini adalah didasarkan pada 6 parameter, yaitu:
- Band yang bersangkutan masih aktif dan masih terlihat essential di skena Death Metal dunia (active & currently essential).
- Pioneer in Death Metal: band yang bersangkutan sudah sangat aktif mengeluarkan album di era kelahiran Death Metal pada akhir 80-an dan awal 90-an.
- Faktor orisinalitas dan inovasi untuk genre/ sub-genre Death Metal (originality & innovation factor).
- Dalamnya pengaruh atau legacy yang ditinggalkan oleh band tersebut di genre/ sub-genre Death Metal (influence & legacy factor).
- Kesuksesan album2 band tersebut secara finansial (selling factor). Death Metal bukanlah sebuah genre dengan semangat ‘selling’, akan tetapi masihlah penting untuk melihat faktor ini sebagai complementary dari faktor nomor 4 dimana dalam hal ini adalah ‘selling’ dalam skala Death Metal tentunya.
- Crowd factor: tidaklah dapat disebut sebagai ‘The Big 4’ apabila tidak dapat mendatangkan crowd. Sekali lagi, tentunya hal ini dalam skala Death Metal.
Metode pemilihan untuk band2 ‘The Big 4 of Death Metal’ ini adalah bersifat sangat kualitatif dimana secara garis besar sangat dipengaruhi oleh preferensi saya pribadi. Anda memiliki pendapat yang berbeda? Justru di sinilah terletak keindahannya: perspektif yang berbeda akan dapat saling mengisi satu sama lainnya. Peace, brothers! 🙂 Baiklah, kita akan mulai dengan band #4 yaitu band yang akan tampil pertama di panggung imajiner ini. Sebuah posisi yang pada ‘The Big 4 of Thrash Metal’ diduduki oleh Anthrax.
Band #4: SUFFOCATION
Barangkali akan muncul pertanyaan mengenai pemilihan Suffocation untuk tampil begitu awal di panggung imajiner versi Beyondheavymetal.com ini. Pertanyaan ini akan terjawab pada bagian-bagian berikutnya dari tulisan ini. Akan tetapi saya yakin tidak akan ada yang mempertanyakan kelayakan Suffocation untuk diposisikan sebagai salah satu yang terbesar di skena Death Metal dunia.

Album Suffocation “Pinnacle of Bedlam” (2013): teknikal, agresif, brutal, dengan beberapa bagian yang melodius. Sang pionir masihlah sangat relevan di era sekarang.
Active & currently essential: Suffocation masih sangat aktif dan masih terus berusaha untuk memformulasikan standar baru di skena Death Metal dunia. Hal ini terbukti dari album terbaru mereka “Pinnacle of Bedlam” yang dirilis pada 2013 yang lalu: agresif, cepat, technically brutal sekaligus melodius pada beberapa bagian. Selain masih sangat aktif touring, Suffocation juga menunjukkan standar yang cenderung untuk meningkat di rilisan-rilisan mereka di 10 tahun terakhir yaitu sejak “Souls to Deny” (2004) yang merupakan come back mereka setelah sempat non aktif di periode 1998 – 2002 (periode 1998 sampai 2002 ini seringkali disebut-sebut sebagai periode yang sangat sulit untuk sebuah band Death Metal).
Pioneer in Death Metal: Suffocation sudah sangat aktif sejak tahun 1988 dengan rilisan awal berupa demo, yaitu “Reincremated” (1990). Jadi Suffocation sudah eksis dan aktif sejak hari-hari pertama Death Metal, dan ikut menentukan arah perkembangan Death Metal melalui sound mereka yang unik.

Suffocation live in Jakarta, 12 Agustus 2007.
Innovation factor: Suffocation adalah pionir untuk New York Style Death Metal yang sangat ekstrim dari segi sound: vokal deep growl yang seringkali disebut ‘cookie monster vocals’ :-), permainan drum yang rapat dan didominasi blast beats plus iringan gitar yang downtuned, bass yang chaotic, plus pola-pola yang tidak lazim untuk masing2 track-nya. Karakteristik-karakteristik seperti ini membuat Suffocation terdengar sangat orisinal sekaligus membedakan (differentiated) mereka dengan band-band lainnya pada periode awal Death Metal. New York Style Death Metal atau Suffocation-ism ini akan menjadi template yang banyak diadopsi oleh band2 Death Metal generasi berikutnya maupun band2 yang seangkatan yang kemudian ‘banting stir’ ke New York Sound. New York Sound ini kemudian menjadi embrio dari monster yang kemudian disebut dengan Brutal/ Technical Death Metal.
Originality factor: seperti yang sudah dideskripsikan sebelumnya, bahwa Suffocation adalah pionir untuk New York Style Death Metal yang merupakan cikal bakal Brutal/ Technical Death Metal. Artinya, sebelumnya belumlah ada band yang bermain seperti Suffocation. Mari kita tanyakan ke diri sendiri: apakah ada pembanding yang seimbang dari “Effigy of the Forgotten” (1991) yang dirilis sebelumnya dari band lain? Tidak Ada! Suffocation adalah sangat orisinal dengan inovasi musik mereka yang kemudian mempunyai pengaruh yang sangat besar di skena Death Metal dunia.

Album “Effigy of the Forgotten” (1991) dari Suffocation: sebuah game changer di skena Death Metal dunia.
Influence & legacy factor: album-album Suffocation seperti “Effigy of the Forgotten” (1991) dan ‘Pierced from Within” (1995) menjadi sebuah karya klasik dan abadi di domain Death Metal. Album2 yang akan selalu dijadikan referensi dan rujukan bagi band2 Death Metal dalam mencari inspirasi, dan akan selalu berada di playlist fans2 Death Metal. Tingkat signifikansi album “Effigy of the Forgotten” (1991) dapat dikatakan sejajar dengan “Master of Puppets” (1986) milik Metallica atau “Reign in Blood” (1986) dari Slayer di domain Thrash Metal. Dan pengaruh Suffocation pun menyebar jauh tidak hanya di tanah Amerika saja melainkan juga ke seluruh penjuru dunia, sampai ke Indonesia (masih ingat dengan Rotten Corpse dari Malang? 🙂 ). Apabila tidak ada album “Effigy of The Forgotten” (1991), maka Death Metal akan menempuh arah yang sangat berbeda dengan sekarang. Suffocation dan “Effigy of the Forgotten” adalah game changer di skena Death Metal dunia.

“Pierced from Within” (1995): salah satu legacy Suffocation di skena Death Metal dunia.
Selling factor: penjualan album2 Suffocation tidaklah jelek, akan tetapi juga tidak dapat dikategorikan tinggi bahkan untuk standar Death Metal sekalipun. “We’re not Metallica, we’re not Beyonce and we can’t afford to give everybody a free CD”, demikian kata Guy Marchais, sang gitaris Suffocation, sehubungan dengan penjualan album-album Suffocation. Tidaklah banyak informasi mengenai penjualan album2 Suffocation, dimana informasi hanya didapatkan untuk 2 album terakhir mereka yaitu “Blood Oath” (2011) dan “Pinnacle of Bedlam” (2013). Menurut Wikipedia, “Blood Oath” terjual sebanyak kurang lebih 5.700 copies, sementara “Pinnacle of Bedlam” sebanyak 8.500 copies. Angka2 ini masih cukup bagus untuk ukuran band Death Metal dengan sound ekstrim seperti Suffocation. Band2 yang akan tampil setelah Suffocation di panggung imajiner ini adalah mereka yang memiliki angka sales yang cukup luar biasa untuk ukuran Death Metal dan bahkan untuk ukuran Metal secara umum. Dimana hal ini menjadikan Suffocation ‘hanya’ berada di urutan ke-4 dan harus tampil di awal.
Crowd factor: nama Suffocation masih menjadi sebuah garansi untuk mendatangkan crowd Death Metal. Masih ingat dengan gigs mereka di Jakarta pada 2007 atau pada Hammersonic 2012 yang lalu? Pada 2014 ini Suffocation masihlah sangat aktif melakukan touring baik di tanah Amerika sendiri, Amerika Latin, maupun Eropa.
Berdasarkan parameter-parameter di atas, maka Beyondheavymetal.com menempatkan Suffocation sebagai salah satu dari ‘The Big 4 of Death Metal’ dengan urutan #4. Siapakah yang akan menempati urutan #3? Topik ini akan dibahas pada bagian 2 dari tulisan ini.
Bersambung ke bagian 2.
