
Ihsahn, sang musisi multi instrumen & multi talenta asal Norwegia dengan latar belakang Black Metal yang sangat dalam. Foto: Ihsahn Official Facebook (Promo-Photo 2010).
Reviewed by: Riki Paramita
IHSAHN (aka Vegard Svere Tveitan), sang komposer, produser, vokalis, dan musisi multi instrumen asal Norwegia ini kembali dengan karya musiknya yang avant garde melalui album terbarunya “Das Seelenbrechen” di tahun 2013 yang lalu, dengan tema yang masih di sekitar pemikiran Friedrich Nietzsche, sang filsuf Jerman. Ihsahn masih terobsesi dengan Nietzsche. Hal ini tentunya menjelaskan pemilihan judul album dalam bahasa Jerman, “Das Seelenbrechen” yang artinya kurang lebih “The Breaking of Soul.” Obsesi Ihsahn pada topik di sekitar pemikiran Nietzsche adalah seperti sebuah kelanjutan dari album terakhir sang solois yang dirilis pada 2012 yang lalu, yaitu “Eremita” (2012). Bahkan Ihsahn menggunakan foto Nietzsche (dalam pose terbalik) sebagai artwork untuk albumnya ketika itu. Bagaimana dengan “Das Seelenbrechen” sebagai karya terbaru dari sang maestro?

Secara garis besar Ihsahn menjelaskan: “What Nietzsche was saying is that the most beautiful kind of art is when the soul breaks.” “Das Seelenbrechen” adalah sebuah nyanyian ketika jiwa (seseorang) pecah berkeping-keping. Jadi apabila motivasi terbesar Ihsahn untuk meninggalkan Emperor, band Black Metal yang dibesarkannya sekaligus membesarkan namanya, adalah untuk keluar dari batasan musikalitas tertentu (dalam hal ini ‘batasan’ adalah dalam bentuk format bermusik Emperor), maka pada “Das Seelenbrechen” Ihsahn melakukan eksplorasi dengan lebih dalam lagi, melihat jauh ke dalam jiwanya sendiri, menjelajahi semua area kognitif yang ada, dan memformulasikan pendekatan musik yang tidak berbatas, dalam arti juga berusaha untuk keluar dari batasan yang dibuat oleh dirinya sendiri. Jadi, wahai para fans Emperor dan Black Metal, bersiaplah untuk sebuah album yang ‘sangat buruk’ dari sang maestro! Continue reading
