
Sodom, dengan formasi 2007: Bernd “Bernemann” Kost (Gitar), Tom Angelripper (Bass, Vokal), dan Bobby Schottkowski (Drums).
Reported by: Riki Paramita
- Even: Sodom, Australia & Far East Tour 2007
- Venue/ Date: Jakarta, 18 Juni 2007, GOR Bulungan (Indoor)
- Opening Act: Noxa, The Negation (Malaysia), Mortus, Sucker Head
- Event Organizer: Mipro (Boss Ucok)
Catatan: versi original dari artikel ini pernah di-posting di mailing list i-Rock!, pada 19 Juni 2007.
Sebagai salah satu opening act dan tampil tepat sebelum Sodom, Sucker Head menyudahi penampilan mereka dengan sangat rapi. Krisna, Nano, Medy, dan Bakar tidak berlama2 dalam sound check, dan langsung main dengan sound yang sangat baik. Amazing, semuanya seperti serba terukur dengan baik: vokal Krisna, permainan bass, sound gitar, serta drum. Komposisinya sangat seimbang dan sound yang dihasilkan relatif sangat clean. Krisna & teman-teman memainkan track2 mulai dari era “Blinded by the Light” (1995), “Mario Budak Industri” (1995), sampai pada sound Sucker Head modern seperti pada album “Hipertensi” (2005). Penonton juga sudah mulai “panas” terprovokasi oleh Krisna & teman-teman. Permainan Sucker Head yang apik dan sound yang clean membuat saya mulai curiga dan bertanya2: jangan2 ini adalah puncak dari Metal conference malam ini. Ah, mudah2an tidak. Tidak lama setelah Krisna dkk turun panggung, Sodom dan beberapa teknisi mengambil alih panggung.
Firasat saya semakin menjadi2 ketika Bernemann mulai terlihat tidak happy dengan sound gitarnya yang sudah di-setting sejak tadi sore. Sepertinya setting-nya berubah ketika jalannya pertunjukan. Akan tetapi, seharusnya mengembalikannya ke setting-an awal tentunya tidak selama ini. Penonton juga mulai gelisah, dan crowd yang duduk di belakang saya mulai mengeluarkan komentar2 jahil. Hal yang biasa di dalam sebuah konser Metal. 🙂 Akhirnya Tom Angelripper mengambil posisi di atas panggung, dan penonton mulai histeris. Sodom memaksakan main walaupun sound belum sempurna! Very brave, Uncle Tom!

Tom Angelripper, sang founding father, konseptor, bassist, dan vokalis Sodom mulai mengambil tempat di atas panggung. Thomas Sucht Angelripper, si pendekar tua, ternyata masih tetap gagah berdiri di belakang mic dengan gitar bas-nya yang sudah disandangnya selama 25 tahun. Dari tatapan mata dan raut mukanya saya masih bisa melihat kegarangan dan keteguhan hati yang membawanya tetap eksis bermain Metal sampai di abad yang berbeda (mereka bermain sejak 1982). Tanpa basa basi, Sodom membuka konser malam itu dengan “City of God” yang diambil dari album baru mereka yang self titled. Thrash Metal, pure German Thrash attack! Sepertinya Sodom dengan album self titled–nya ingin mendeklarasikan eksistensi mereka di jalur Thrash Metal. Beware Kreator & Slayer! Uncle Tom is back! Ternyata vokal dan permainan bas Tom masih gahar, gebukan drum Bobby masih sangat presisi dan powerful, sementara permainan gitar Bernemann dengan Thrash sound-nya cukup tajam menyanyat kuping audiens.
Masalah pada sound gitar Bernemann pada track ini sebenarnya masih ada dan cukup mengganggu, tetapi mulai solve pada lagu berikutnya. “The next song’s called, Oubreak of… Eeeviiiiil!” Pada track ini penonton mulai gone wild, karena track “Outbreak of Evil” ini berasal dari album “In the Sign of Evil” (1984) yang pernah dirilis lokal dalam bentuk kaset. Sound sudah semakin rapi pada track berikutnya: “Napalm in the Morning” yang bertempo mid. Tembang dengan tempo mid tetapi bernuansa tragis ini dengan representatif memberikan gambaran mengenai adegan di sebuah pagi yang cerah di hutan tropis Vietnam pada 1960-an, tiba2 suasana yang penuh kedamaian ini langsung dirusak oleh bau bensin yang menyengat di udara: Napalm! Bom Napalm yang dilepaskan oleh angkatan udara Amerika! Setelah udara dipenuhi oleh bensin, pesawat dengan kode “B” (Bomber) tsb akan memercikkan api di udara dan membakar bensin yang sudah memenuhi udara, menjadikan area seluas ratusan meter persegi tersebut menjadi sebuah inferno, lautan api. Api menggulung-gulung dengan suhu yang sanggup membuat benda2 dari logam menjadi menyala. Jadi jangan ditanya pengaruhnya pada tubuh manusia. “Naapalmm in the mooorniiing…!”, teriak Tom. Inilah pesan yang sepertinya dengan intensif ingin disampaikan oleh Tom & Sodom: there’s no beauty in war (salah satu track dengan tema sejenis yang jauh lebih populer tentunya adalah “One” milik Metallica). Tom yang seorang warga negara Jerman pasti mengerti sekali mengenai perang dan efeknya terhadap sebuah negara. Setelah itu berturut2 Sodom membawakan “Sodomy & Lust” serta “Obsessed by Cruelty.” Sound yang semakin sempurna membuat audiens semakin ‘terbakar’ dan mulai membentuk moshing, headbanging, dan slam dance. Chaos beneath the stage!

“The next song is dedicated to President George W. Bush: The Axiis of Eviiillll…”, teriak Tom setelah sebelumnya sempat spitted out mengisyaratkan ketidaksukaannya pada si manusia paling berkuasa di dunia itu (Catatan: George W. Bush adalah presiden AS ketika tulisan ini dibuat, 2007). Ternyata orang Arya yang satu ini mempunyai hati seperti layaknya orang Asia dan bangsa2 lain di dunia yang tidak setuju dengan kesewenang2an yang berlandaskan pada kekuatan semata. Saya menjadi semakin mengerti pemikiran yang disampaikan Sodom lewat lagu ini, “Axis of Evil!”
Berikutnya adalah track yang sepertinya sangat ditunggu2 oleh Metalhead di Bulungan pada malam itu: “Agent Orange.” Sekali lagi Tom bercerita mengenai kejamnya peralatan perang Sam’s Army waktu di Vietnam (Agent Orange adalah produk yang kurang lebih sama cara kerjanya dengan bom Napalm). Sayang, pada beberapa bagian terakhir lagu sound mulai bermasalah lagi, vokal-nya Tom menjadi timbul tenggelam dan kemudian tidak terdengar sama sekali. Tetapi Tom jalan terus, dan hanya memberikan instruksi lewat bahasa isyarat, tanpa sedikitpun marah-marah.

Setelah itu berturut2 Sodom membawakan “Ausgebombt”, “Witching Metal”, “The Saw is the Law”, “Blasphemer”, “Leibe”, “Der Wachturn”, dan “Sodomized.” Pada masing2 jeda untuk setiap lagu Tom juga menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan penonton sambil bagi-bagi air mineral botol. Di sini saya melihat attitude Tom dengan lebih mendalam. Ketika membagikan botol2 air mineral, Tom tidak asal melempar begitu saja, tetapi dia juga memastikan audiens dapat menerima botol air mineral tersebut dengan baik. Tidak jarang Tom memberikannya hand to hand. Tidak melempar. Kadang2 attitude seseorang dapat dilihat secara representatif dari bahasa tubuhnya. Komunikasi dengan penonton juga terjalin dengan apik sampai ke sesi encore yang dilanjutkan dengan track yang menurut saya paling populer: “Remember the Fallen!” Sekali lagi Tom bercerita tentang perang dan efek tragisnya bagi para tentara yang terkadang tidak mengerti apa yang sedang diperjuangkannya: “Honor the fallen heroes, see their last resting place, perished in the battle of nations, where they found eternal peace, do you know the use of their decorations? Awarded for patriotism, they left their life in fire, but don’t know even why. Remember, the fallen!” Saya tidak mengerti exactly objek apa yang diceritakan oleh Tom di track ini. Apakah kejatuhan The Third Reich di Eropa? Ah, tidak penting. Hal ini bisa jadi terjadi pada setiap bangsa yang mulai pongah dan mulai bertindak sewenang2 ke bangsa lain. Saya melihat banyak sekali point2 yang membuat saya menjadi sangat terkesan dengan kecerdasan Sodom dalam menulis lagu. Ternyata Tom Angelripper dan Sodom tidak asal berteriak saja. Setelah “Remember the Fallen”, Tom and friends membawakan “Ace of Spades” yang merupakan cover version dari Motorhead. Me, myself sebelumnya tidak dapat mengidentifikasi track ini. Terima kasih dari informasi rekan2 yang sudah membantu saya mengidentifikasinya. Track terakhir adalah track yang sangat cepat dan straighforward, yaitu “Bombenhagel” dari “Persecution Mania” (1987). “Waiting for the painful decision, senseless action of Germans on and on, only suicides delivered is from suffering, what does the future have in store, Bombenhagel, Bombenhagel!” Tom menyuarakan protes terhadap bangsanya sendiri yang telah menyengsarakan Eropa pada 1940-an. Apakah ini merepresentasikan sikap pemerintahan bangsa Jerman ? Mudah2an. 🙂 Those German learn it the hard way.

Sodom masih sangat produktif dengan merilis album terbaru mereka “Epitome of Torture” di tahun 2013.
Tanpa terasa Sodom sudah membawakan 17 tracks dan ini adalah akhir dari Metal workshop pada malam itu. Saya sempat menulis bahwa Sodom mulai kelihatan tua dan terlihat ’ketinggalan’ dibandingkan dengan rekan2 mereka sesama musisi Metal dari Jerman. Pada malam ini saya merevisi pendapat saya dan menilai bahwa konser Sodom malam ini sedikit lebih baik dari konsernya Kreator pada 2005 lalu. Ada banyak hal yang membuat saya memberikan rate tinggi ke Tom & friends ketimbang Mille & friends. Profesionalisme, attitude, dan tentu saja pemikiran2 yang disampaikan mereka lewat lirik2nya. Ketika bubaran, saya tidak langsung pulang tetapi menyempatkan diri untuk melihat Tom, Bobby, & Bernie keluar dari GOR Bulungan. There he goes, ladies & gentlemen: Tom Angelripper has left the building, Bernemann & Bobby have left the building. The legend live on!
Thomas Sucht Angelripper, sang pendekar tua, dengan menyandang sendiri gitar bas-nya menaiki mobil dan menghilang dari pandangan saya. Menuju belahan bumi yang lain untuk terus berteriak menyuarakan pemikirannya melalui media Thrash Metal ke orang2 yang masih mau mendengarkan. Good bye Tom, Bobby, Bernie. God bless you all!
Jakarta, 19.06.2007, 00:30
Catatan: foto-foto live on stage adalah hasil bidikan Adib Hidayat dari Rolling Stone Indonesia, yang di-posting di mailing list i-Rock! pada 19 Juni 2007. Thanks brother!
