Top 20 Album Death Metal Menurut beyondheavymetal.com (Bagian 1 dari 2)

Erik Rutan

Erik Rutan dari Hate Eternal.

Article written by: Riki Paramita

DEATH METAL: barangkali ini adalah salah satu musik dalam bentuk yg paling ekstrim yang pernah dimainkan oleh manusia; riff gitar yang cepat dan berat, ketukan drum yang seperti senapan mesin, dan vokal dalam format growl atau deep growl. Singkat kata: ekstrim! Kalau dianalogikan ke karya seni lain seperti seni rupa atau lukisan, barangkali ini adalah bentuk lukisan yang paling abstrak seperti karya Pablo Picasso atau Salvador Daly. Seperti halnya karya Picasso dan Daly, meskipun “abstrak” genre Death Metal tetap mempunyai komunitasnya tersendiri yang sangat loyal pada karya2 musisi di genre ini, meskipun jumlahnya (barangkali) tidak sebanyak komunitas genre2 lain yang lebih populer.Me, myself bukanlah fans yg fanatik di genre Death Metal, dalam arti tidak melulu mendengarkan Death Metal saja. Ketika pertama kali mendengarkan album Suffocation dan Malevolent Creation di awal 90-an, terus terang saya tidak begitu antusias. Akan tetapi belakangan (terutama 18 tahun terakhir, :-)) entah kenapa saya cukup obsessed dengan genre ini dan mulai menggeser Thrash & Heavy Metal sebagai main preference (main preference dalam periode yang disebut di atas adalah lebih ke Death Metal & Black Metal, sampai sekarang). Hal yang biasa-biasa saja tentunya, karena minat dan apresiasi terhadap musik seringkali berubah2 sesuai berjalannya waktu.

So, my metal brothers, please share me your story, sehingga kita bisa saling berbagi preferensi di genre ini, and here goes my story (in no order):

Album#1: Malevolent Creation – “The Ten Commandments” (1991)

Malevolent Creation-The TenSalah satu early act pada panggung American Death Metal.  Salah satu literatur awal saya dalam perkenalan dengan genre ini. Raw, fast, brutal, dan sangat straighforward. Permainan gitar Phil Fascianna sangat dominan dalam membentuk struktur dan karakter pada hampir keseluruhan tracks pada album ini. Deskripsi: seperti angin-angin pegunungan yang berhembus sangat kencang dan menerbangkan apa saja di sekitarnya. Brutal moments: “Premature Burial”, “Remnants of Withered Decay”, “Malevolent Creation.”

Album#2: Deicide – “Once Upon the Cross” (1995)

Deicide-Once Upon

Salah satu mailorder pertama saya :-). Duet Hoffmann brothers benar-benar kick a#s! Cepat, brutal, tapi sangat jauh dari kesan repetitif dan monoton. Selalu saja ada “hal-hal baru” yang dapat ditemui pada setiap track. Vokal growl Glen Benton juga mulai dapat didengar dengan ‘jelas.’ Sepertinya Glen sangat serius agar pesan2nya dapat didengar oleh masyarakat Metal.  Pada awalnya saya mengira setelah “Legion” (1992) Deicide akan mulai mengalami sedikit penurunan, seperti band2 lain setelah sebuah rilisan masterpiece-nya. Ternyata saya salah, sangat salah! Deskripsi: deep hatred, hatred dalam bentuk yang paling ekstrim yang ditumpahkan ke dalam bentuk riff2 gitar yang cepat dan berat, plus blast beats, dan tentu saja: growl vocals. Brutal moments: “Once Upon the Cross”, “Christ Denied”, “To Be Dead.”

Album#3: Deicide – “Legion” (1992)

Deicide-Legion

Album yang mencuatkan Deicide ke kelompok elite di US Death scene. Solid, brutal, dan full of hatred. Tidak ada yang tidak sinkron di album ini: vokal & bass Mr. Benton, duet gitar Hoffman brothers, dan drumming-nya Steve Asheim. “Legion” yang dirilis tahun 1992 menjadi salah satu blueprint mengenai bagaimana Death Metal seharusnya dimainkan, bersama Suffocation dan Morbid Angel, menjadi band yang paling berpengaruh dalam mendefinisikan dasar-dasar Death Metal modern. Sebuah legacy yang tidak akan terlupakan dari Deicide. Deskripsi: hatred, sekali lagi hatred  yang diterjemahkan dengan sangat solid ke dalam bentuk distorsi gitar+blast beats drumming+growl vocals. Brutal moments: “Satan Spawn: The Caco Daemon”, “Dead But Dreaming.”

Album#4: Cannibal Corpse – “The Bleeding” (1994)

Cannibal Corpse-Bleeding

Cannibal Corpse, si tukang jagal dari Buffalo-Florida dengan salah satu karya terbaik mereka. Album ini tidak melulu ngebut, tetapi juga sarat dengan pattern2 gitar & drumming yang membuat kita betah berlama-lama mendengarkan Chris Barnes nge-growl. Tema album masih relatif sama; gore, akan tetapi Cannibal Corpse menampilkannya dalam bentuk ilustrasi komikal yang tidak akan membuat bulu kuduk merinding atau perut mual. Deskripsi: salah satu album Death Metal yang relatif easy listening (artinya tidaklah easy listening untuk telinga yang awam dengan Death Metal :-)). Brutal moments: “Pulverized”, “Stripped Raped & Strangled”, “Staring Through The Eyes of the Dead.”

Album#5: Morbid Angel – “Domination” (1995)

Morbid Angel-Domination

American Death Metal dalam bentuk yang sangat mature dan terstruktur. Duet Trey & Erik Rutan adalah sebuah masterpiece. Production untuk album ini dapat dikatakan the best yg pernah di-deliver oleh Morbid Angel. Ketika pertama kali mendengar album ini, saya sangat amazed, tidak menyangka Morbid Angel bisa sejauh ini. Trey Azagthoth, sang gitaris,  mulai menemukan statusnya sebagai seorang  dewa pada album ini. Deskripsi: Death Metal dengan blast beats, growl vocals, dan riff + lead guitar yang sangat extraordinary. Brutal moments: “Domination”, “Where The Slime Live”, “Eyes to See… Ears to Hear.”

Album#6: Morbid Angel – “Heretic” (2003)

Morbid Angel-Heretic

The most technical album from Morbid Angel. Ada beberapa komplain pada masalah production. Akan tetapi secara keseluruhan album ini adalah sebuah karya yg brilian, terutama permainan gitar-nya Trey, yang saat itu mulai populer dengan nickname ‘Eddie Van Halen of Death Metal.’ Permainan drum Pete Sandoval yang hanya berupa sound check juga cukup mencuri perhatian. Deskripsi: Death Metal dengan blast beats, dalam bentuk yang relatif rumit. Brutal Moments: “Cleansed in Pestilence”, “Enshrined by Grace”, “Beneath The Hollow”, “Drum Check by Pete Sandoval.”

Album#7: Hate Eternal – “King of All Kings” (2002)

Hate Eternal-King

Salah satu karya Erik Rutan pasca Morbid Angel dimana Erik seperti menemukan dirinya sendiri setelah berpisah dengan Trey dan kawan2. Gaya Erik memang terlalu cepat untuk karakter Morbid Angel, akan tetapi Erik masih harus menggali kreativitasnya dengan lebih dalam untuk tidak terjebak dalam struktur2 lagu yang relatif sama satu sama lainnya. Deskripsi: seperti sebuah gattling gun yang ditembakkan non-stop selama 5-6 menit. Brutal Moments: “King of All Kings”, “The Obscure Terror”.

Album#8: Hate Eternal – “Conquering the Throne” (1999)

Hate Eternal-Conquering

Bagaimana kalo ex Morbid Angel (Erik) bertemu dengan ex Suffocation (Doug Cerrito), dan kemudian jamming dengan Tim “The Missile” Yeung? Hasilnya adalah: Hate Eternal – “Conquering the Throne!” Sebuah langkah awal yang cukup fenomenal dari Erik Rutan pasca Morbid Angel. Semua kreativitas Erik “tumpah” di album ini, dan didukung oleh talenta yang tidak kalah besar dari Doug Cerrito. Deskripsi: Suffocation meets Morbid Angel. Brutal moments: “Dogma Condemned”, “Spiritual Holocaust.”

Album#9: Hate Eternal – “I, Monarch” (2005)

Hate Eternal-Monarch

Erik Rutan sepertinya sudah mulai belajar dari kesalahan minornya di album sebelumnya dan menghasilkan “I, Monarch” yang cukup spektakuler. Guitar riff, leads, & drumming-nya (thanks to Derek Roddy) adalah sebuah masterpiece dan mencerminkan musicianship yang sangat luar biasa, yang juga didukung oleh production yang cukup clean.  Memang, sound dan struktur lagu adalah sangat Morbid Angel-ism, tetapi dalam tempo yg relatif lebih cepat dan struktur lagu yang lebih agresif. Satu lagi, “the big thing” dari American Death scene. Apakah Erik mulai melampaui pencapaian Trey? Only time can tell. Deskripsi: Death Metal at its best. Saya ulangi: best! Brutal moments: “Two Demons”, “Behold Judas”, “I Monarch”, “The Faceless One.”

Album#10: Suffocation – “Pierced from Within” (1995)

Suffocation-PiercedSalah satu karya terbaik yang pernah dihasilkan di genre ini. Suffocation benar2 membayar kontan kesalahan mereka pada album sebelumnya. “Pierced…” adalah album yg  superbly produced. Sound album ini sangat jernih dan detail: duet gitar, bass, drum, dan vokal Frank Mullen begitu tajam mengiris telinga. Apakah ini puncaknya Suffocation? Deskripsi: seperti menghadiri kuliah dari seorang PhD (Philosophy Doctor) di bidang Death Metal. Semuanya terlihat masih harus banyak belajar di hadapan Suffocation.  Brutal Moments: “Syntethically Revived”,  “Throne of Blood”, “Pierced from Within.”

Sampai 10 album pertama (in no order), saya yakin pembaca banyak yang bertanya-tanya kenapa 3 tempat sudah di-booking oleh Hate Eternal. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh subjektivitas dan preferensi pribadi saya sebagai fans Erik Rutan. 🙂

Bersambung ke bagian 2.

Leave a comment