Reviewed by: Riki Paramita, Mar 11, 2008 1:24 PM.
HATE ETERNAL (Baca: ERIK RUTAN) telah kembali, sang future king of Death Metal telah kembali, dengan sederet muka baru yang cukup berhasil menterjemahkan visi “the demon” (julukan Erik Rutan) ke dalam track2 Death Metal yang cepat, keras, teknikal, berkarakter, sekaligus berkelas. Hate Eternal memang seringkali disebut sebagai band pribadi Erik Rutan. Akan tetapi dukungan dari rekan2 musisi yang lain sangatlah berpengaruh terhadap resultan yang hendak dicapai, yaitu kualitas dari musik Hate Eternal sendiri. “Conquering the Throne” (1999) adalah sebuah euphoria pertama bagi Erik Rutan setelah lepas dari Morbid Angel; dan diimbangi oleh Doug Cerrito (gitar) dari Suffocation, sehingga sound yang dihasilkan secara garis besar adalah hybrid antara Suffo sound & Morbid Angel sound. Pengaruh dari band mereka
sebelumnya masih sangat terasa dominan. “King of All Kings” (2002) adalah pernyataan visi yang pertama dari seorang Erik Rutan: Death Metal dalam bentuk yang (sangat) cepat, growl vocals, blastbeats to the core, dengan sound gitar yang high-treble dengan kecepatan yang sanggup mengimbangi blastbeats drumming. ‘Kings…’ adalah album yang (definitely) brutal, namun masih relatif raw, akan tetapi inilah cikal bakal dari Hate Eternal sound. Pencapaian yang cukup fenomenal adalah di album berikutnya: ‘I, Monarch’ (2005) dimana Erik Rutan & friends sudah dapat menyeimbangkan speed & brutality dengan beberapa aspek yang lebih listenable & lebih teknikal. Lalu apa yang hendak ditawarkan oleh Hate Eternal di “Fury & Flames” ?
“Fury & Flames” dibuka dengan “Hell Envenom.” Track yang dibuka dengan growl Erik sendiri…”Heell Envenoom…”, power riffing Death Metal dengan ropel drum yang padat, dan… that bass sound! Nada2 yang langsung mengingatkan saya pada “Tomb of the Mutilated” (all hail Alex Webster on bass!). Dan enter blast beats drumming dengan growl vocal yang multi layer, dan lengkingan gitar yang tajam mengiris yang seolah-olah merupakan lengkingan kesedihan Erik Rutan yang ditinggal mati sahabatnya, Jared Anderson (Bass, ex-Hate Eternal, ex-Morbid Angel). Duet blastbeats dan power riffing guitar pada track ini mirip dengan sound Hate Eternal pada era “King…”. Akan tetapi beberapa perbaikan dapat dilihat terutama pada bagian guitar riffing ketika bermain dalam tempo yang lebih lambat, dan variabilitas permainan Jade Simonetto di departemen drum. Mr. Simonetto dalam hal ini tidak melulu ngebut dengan blastbeats, tetapi juga pada permainan ropel yang membuat musik Hate Eternal menjadi semakin berat (heavy) dan lebih berkarakter. Erik Rutan dan Shaune Kelley di departemen gitar bermain dengan sangat cepat cenderung brutal dengan power riffing yang (sangat) agresif, dengan style mengadopsi old-school American Death Metal (Suffocation, Morbid Angel, Cannibal Corpse) yang ditambahkan dengan beberapa kreativitas2 baru, yang pada akhirnya menghasilkan platform tersendiri (Hate Eternal sound). Sementara itu departemen vokal yang diisi oleh Erik Rutan masih dengan growl Morbid Angel-ism (David Vincent/ Chris Tucker style). Teknik multi layer vocals diterapkan di sini, sehingga vokal Erik Rutan cenderung undecipherable dan menambah kesan brutal pada musiknya Hate Eternal. Jelas sudah, Hate Eternal 2008 mengambil jalur yang lebih agresif (brutal) dengan technicalities yang semakin kompleks. Technically Brutal! Brutality in a more technical way!

“Hell Envenom” adalah track pembuka yang secara representatif membuat pernyataan mengenai “Fury & Flames” secara keseluruhan. Kekacauan semakin menjadi-jadi di track 2, “Whom Gods May Destroy” track dengan pattern gitar dan vokal yang saling bersahutan dengan brutal, yang mirip dengan style Hate Eternal di era “King…”. “Para Bellum”, “Bringer of Storms”, “Proclamation of the Damned”, “Fury Within”, dan “Tombeau (Le Tombeau De La Fureur et Des Flames)” adalah track2 yang layak dikedepankan. “Fury & Flames” ditutup dengan “Coronach”, sebuah instrumental berbasis keyboards yang sepertinya adalah kelanjutan dari track sebelumnya (“Tombeau…”), yang merupakan sebuah elegi untuk Jared Anderson.

“Fury & Flames” juga menegaskan bahwa dominasi American Style Death Metal masihlah sangat dominan. Permainan yang berakar dari Morbid Angel-ism atau Suffocation-ism masih mendominasi karya2 terbaik di scene ini. Hate Eternal – “Fury & Flames” bersama2 dengan Decrepit Birth – “Diminishing Between Worlds” (2008) seolah-olah menegaskan bahwa karya dalam bentuk musik masih berbicara lebih keras dibandingkan dengan gimmick atau kostum seperti yang banyak digunakan oleh rekan2 mereka dari benua Eropa. Creation speaks louder than just gimmicks! (Well, dalam beberapa kasus, ‘great creations’ yang ditunjang oleh ‘first class dark-demonic gimmicks’ justru menghasilkan karya2 yang lebih monumental. Ah, biarlah; American scene dan Euro scene tentunya punya strategi differensiasi tersendiri, yang akan menegaskan competitive advantage mereka di scene metal dunia).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa Hate Eternal – “Fury & Flames” adalah sebuah masterpiece dalam genre Death Metal, yang merupakan sebuah pencapaian yang sulit untuk diraih oleh band2 sejenis, termasuk Hate Eternal sendiri. Apakah “Fury & Flames” adalah sebuah antiklimaks untuk Hate Eternal? Biarlah Erik Rutan & his terror squad yang menjawab.
“Fury & Flames” memang bukan album untuk semua kalangan. Album ini adalah Death Metal dalam salah satu bentuk yang paling ekstrim yang ditunjang oleh musicianship kelas satu. Kalau anda adalah fans Death Metal, adalah sebuah kesalahan besar apabila anda melewatkan album ini. Untuk fans Non-Death Metal yang ingin mengetahui bagaimana musik Death Metal terbaik dimainkan, then you should give this album a try.
Line Up:
- Erik Rutan – Vocals/Guitars
- Shaune Kelley – Guitars
- Alex Webster – Bass
- Jade Simonetto – Drums
Tracks :
- Hell Envenom – 04:09
- Whom Gods May Destroy – 03:41
- Para Bellum – 04:29
- Bringer of Storms – 05:18
- The Funerary March – 04:15
- Thus Salvation – 03:57
- Proclamation of the Damned – 04:13
- Fury Within – 03:33
- Tombeau (Le Tombeau De La Fureur et Des Flames) – 04:41
- Coronach – 01:39
Categorised as: Death Metal, Modern Death Metal, Brutal Death Metal
Last words: Morbid Angel? Who?

