
Reviewed by: Riki Paramita, Oct 23, 2007 4:16 PM.
DISSECTION, hantu Black/ Death Metal dari Swedia pada 2006 yang lalu merilis “Reinkaos”; album yang akan menjadi rilisan terakhir mereka – paling tidak album terakhir yang melibatkan frontman/ gitaris mereka Jon Nodtveidt. Seperti yang kita ketahui, pada Agustus 2006 yang lalu, Jon Nodtveidt merasa bahwa dia sudah mendapatkan semua yang dia inginkan di dunia ini, dan merasa sudah mencapai apa yang seharusnya dia capai (achieved). Jon kemudian menulis surat ke orang2 terdekatnya, menyalakan beberapa lilin dengan formasi lingkaran di apartemennya, dan kemudian di tengah lingkaran lilin tersebut Jon meledakkan kepalanya sendiri dengan sebuah shotgun. Bum ! Game over untuk Jon Nodveidt. Another fallen musician with “insanely genius” or “brilliant stupidity.” Kita skip saja cerita mengenai Jon dan keterlibatannya di sekte Misanthropic Luciferian Order (MLO), dan mari fokus pada karya2 Jon bersama Dissection, khususnya pada album “Reinkaos” ini.
Ketika pertama kali mendapatkan “Reinkaos”, ekspektasi saya adalah ingin mendengarkan versi yang lebih modern dari dari “Storm of the Light’s Bane” (1995). “Storm..” adalah sebuah album yang melejitkan nama Dissection di blantika elit Black/ Death Metal dunia dan secara representatif menjadi jawaban Swedia terhadap pertumbuhan scene Black Metal di negara tetangga yaitu Norwegia (alongside band2 Swedia lainnya seperti Marduk dan Dark Funeral). Note bahwa beberapa literatur menyebut Dissection pada periode awal ini sebagai Melodic Black Metal, akan tetapi saya lebih cenderung untuk menyebut musik mereka sebagai Black/ Death, sebagai fusion yang paling primitif antara Black Metal dan Death Metal. “Storm…” adalah album yang sangat luar biasa: vokal Jon Nodtveidt yang sangat demonic (growl dengan high tune, dengan karakter decipherable), plus sound gitar yang juga high tuned dan terdengar menakutkan, dan permainan drum terutama blastbeats yang relentless. Track2 seperti “Unhallowed”, “Night’s Blood” , dan track yang bertempo lambat tetapi mengerikan seperti “Where Dead Angel’s Lie” telah mendefinisikan karakter sound yang relatif original pada waktu itu: Dissection sound atau Dissectionist. Akan tetapi itu adalah pada tahun 1996. Bagaimana dengan album yang dirilis 11 tahun kemudian, yaitu “Reinkaos” ?
Reinkaos dibuka dengan “Nexion 218”, sebuah intro yang dimulai dengan gitar akustik yang terdengar dingin dengan background suara tiupan angin, dan disambut dengan permainan snare drum yang terkesan epic-style, kemudian masuk riffing gitar yang cukup melodius. Sebuah intro yang cukup menarik perhatian, akan tetapi terdengar sangat tidak Dissection! Setelah itu enter vokal dari Jon Nodtveidt yang seperti berbisik, yang tanpa jeda langsung disambut oleh track berikutnya yaitu “Beyond the Horizon” dengan riffing gitar yang terdengar sangat Death Sueco style dan ketukan drum mid, yang akan membuat kepala mengangguk-angguk mengikuti ketukan lagu. Groovy dan nge-beat. What the hell is going on? Jangan2 CD-nya tertukar dengan salah satu album Entombed? 😦

Ternyata “Reinkaos” sangat kontras apabila dibandingkan dengan “Storm..” Setiap band pasti mengalami evolusi dalam konsep musik dan songwriting seiring dengan berjalannya waktu, akan tetapi saya tidak menyangka Dissection akan evolved sejauh ini. Mari kita mulai dari departemen gitar : sound gitar Jon Nodtveidt dan Seth Teitan sama sekali berbeda dengan karakterisitik sound gitar pada “Storm…” Gitar di-tune menjadi seperti kebanyakan band2 Death Metal Swedia lain, let’s say mirip dengan sound gitar Entombed pada self titled era. Seth dan Jon memainkan riff2 gitar yang groovy untuk headbang, dan sesekali kita akan dikejutkan oleh solo gitar yang berkelas. Sama sekali tidak tersisa riffing2 liar atau melodi gitar yang haunted seperti pada era “Storm…” Karakter gitar yang dipilih Jon pada “Reinkaos” dengan sendirinya menghapuskan influenced Black Metal pada struktur lagu Dissection. Dissection sudah evolved menjadi lebih modern dengan sound gitar yang groovy dan melodius seperti layaknya band2 Swedia dengan format Gothenburg sound. Sementara itu dari sisi vokal juga terjadi evolusi dimana karakter vokal Jon tidak lagi haunting dengan influenced Black Metal, tetapi lebih ke growl yang terdengar lebih Thrash-sound ketimbang Black Metal. Kita dengan jelas dapat mendengar kata2 yang dinyanyikan oleh Jon. Departemen drum ber-evolved dengan menjadikan ketukan middle sebagai standar baru, yang memberikan efek groovy, dan format baru ini menjadikan blastbeat sebagai sesuatu yang sepertinya menjadi tabu. Dissection tanpa blastbeats! 😦
Apabila anda ber-ekspektasi untuk mendengarkan versi modern dari “Storm of the Light’s Bane” pada “Reinkaos” maka hampir dapat dipastikan anda akan kecewa. Untuk menilai sebuah album dengan jernih dan objektif, sepertinya kita harus menutup mata terhadap rilisan2 mereka sebelumnya dan fokus pada karya band tersebut, regardless format baru mereka dalam hal genre, songwriting, atau konsep bermusik secara keseluruhan. A good music is a good music regardless the genre. Dissection – “Reinkaos” akan terdengar jauh dari ekspektasi apabila kita berharap mereka masih bermain Black/ Death. Akan tetapi apabila kita cukup berani menilainya dengan hati yang terbuka untuk perubahan dan dengan jernih menilai musik dan kreativitas mereka yang baru dari kacamata yang juga baru, maka kesimpulan untuk Dissection – “Reinkaos” adalah cukup positif. Sebuah Melodic Death Metal yang ringan yang dimainkan dengan cukup apik melalui riffing2 yang groovy plus solo gitar yang melodius, dengan konsep album dan theme yang cukup kuat.
Konsep album dan theme pada “Reinkaos” adalah lebih ke seputaran cerita yang berhubungan dengan Misanthropic Luciferian Order (MLO), dimana konsep dan theme album ini digarap dengan sangat serius yang terutama tercermin dari artwork dan lirik lagu. Kita akan menemukan banyak lirik yang ‘susah’ untuk diterjemahkan (ditulis dalam bahasa latin (?)) yang hanya merupakan cerita fiksi mengenai dunia vampir, ancient myth, atau occultism, yang tidak perlu ditanggapi terlalu serius. Artwork pada album ini cukup outstanding: boxcase dengan logo Dissection yang dicetak timbul plus judul2 lagu pada bagian belakang boxcase yang juga dicetak timbul, berikut gambar logo yang sepertinya derivatif dari pentagram sebagai cover. Cool! Sleeve CD juga cukup tebal dan secara informatif menyampikan lirik dan konsep album, yang juga dilampiri dengan foto2 Jon & his terror squad. Yang menarik di sini adalah cara penulisan “Reinkaos” dimana karakter untuk ‘o’ digantikan oleh symbol Ω (omega) yang secara universal mengindikasikan ‘ sesuatu yang paling terakhir.’ Secara tersirat sepertinya Jon Nodtveidt sudah menyampikan ke kita bahwa “Reinkaos” adalah album terakhir dia bersama Dissection.
Dissection – “Reinkaos” bersifat recommended untuk fans Melodic Death Metal, Death Sueco, atau Gothenburg Sound, dan saya perkirakan juga masih bisa diterima oleh fans Heavy Metal atau Speed/ Power Metal, ataupun untuk fans yang ingin ‘masuk’ ke Death Metal untuk pertama kali. But, tentu saja album ini terutama ditujukan untuk die-hard Dissection fans yang tidak ingin kehilangan kenang2an terakhir dari Jon Nodtveidt.
Line Up:
- Jon Nödtveidt (R.I.P. mid-August 2006, suicide) – Guitar, Vocals
- Sethlans Teitan – Guitar
- Tomas Asklund – Drums
Tracks:
- Nexion 218 – 01:32
- Beyond The Horizon – 05:20
- Starless Aeon – 03:59
- Black Dragon – 04:48
- Dark Mother Divine – 05:44
- Xeper-I-set – 03:08
- Chaosophia – 00:41
- God Of Forbidden Light – 03:42
- Reinkaos – 04:43
- Internal Fire – 03:20
- Maha Kali – 06:04
Categorised as: Melodic Death Metal
